Ponsel Kuroo, yang dimode diam, lampu lednya menyala dua kali. Tanda ada pesan masuk. Dia lantas membuka pesan yang dikirim oleh (Name) dan membacanya.
'Senpai'
'Pai'
'Tet, ada kelas gak habis ini'."Nggak," ucapnya mengeja. Tak lama pesannya dibalas.
'Yaudah. Tanya doang sih'.
Kuroo tahu. Ini sinyal yang artinya kalau (Name) punya kelas sampai nanti sore.
Kuroo mengetuk-ngetukkan batang rokoknya di asbak dan mulai membuat kemepul asapnya menjadi bulat-bulat seperti donat yang melayang di udara.
Di sebelah kanannya duduk Akaashi dan di depannya ada Iwaizumi. Biasanya, kalau sempat, Oikawa atau Tanaka dari fakultas di kampus sebelah akan ikut nimbrung dengan mereka. Namun, kali ini mereka sibuk dengan tugas lab sampai nanti sore.
Sejak tadi Akaashi dan Iwaizumi asyik mengobrol sendiri. Mereka berdiskusi tentang rencana mendaki mulai Jum'at besok, setelah selesai kuliah.
"Berarti, besok aku menjemputmu jam setengah enam dari gedung asramamu, terus ke apartemen Kuroo, kan? Kita berangkat dengan mobilnya atau pakai mobilku saja?" kata Iwaizumi melirik dua orang di depannya.
Akaashi ikut melirik Kuroo. Meminta jawaban.
"Pakai mobilku saja." Kuroo mengacungkan jempolnya ke depan dada. "Medannya kali ini mantap."
"Kalau begitu aku yang akan menyiapkan bahan makanannya. Aku tahu tempat makan enak di dekat perbatasan."
Setelah itu mereka membahas hal-hal lain. Seperti Akaashi yang tidak betah dengan kelakuan Bokuto, teman sekamarnya, yang tiap malam pindah tidur di kasurnya. Atau tentang Iwaizumi yang mulai menemukan kebiasaan buruk Kageyama yang suka mengintip penghuni putri saat mandi di indekos yang membelakangi indekosnya lewat celah angin-angin.
Hal-hal kecil yang tidak menyangkut kehidupan perkuliahan. Yang tidak perlu dengar kata nirmana, gambar bentuk, anatomi plastis, dll. Apalagi tentang revisi.
Kuroo merupakan mahasiswa tingkat dua jurusan Seni Rupa Murni. Orang bilang anak seni itu punya tampilan yang mencolok. Kata Kenma, dia punya aura yang berbeda. Beda dari zaman dia SMA.
Namun, dia pikir dirinya biasa saja. Mungkin berbeda karena saat belajar seni, ia dituntut untuk dapat mengekspresikan diri.
"Senpai." Beberapa anak perempuan mendatanginya. Mereka membawa alas gambar yang ujungnya menjepit beberapa lembar kertas sketsa yang masih kosong.
"Nggak ada kelas lagi?" tanya Kuroo ke mereka.
Mereka terlihat santai satu sama lain. Inilah salah satu semboyan keluarga SRD, yaitu kekeluargaan. Tanpa ada sekat senior-junior.
"Ada, tapi malas. IPA-IPAan. Mending ke rooftop selesaikan target sketsa hari ini," jawab perempuan yang memakai tank top dan cardigan hitam, memakai celana joger batik yang agak longgar. Rambutnya diikat dan digulung tinggi-tinggi, ujung rambutnya terlihat kena cat akrilik warna biru terang.
"Saranku ya, cuma saran. Nggak perlu pakai target-targetan. Kerjakan saja sedapatnya ide. Daripada ditarget, tapi jatuhnya ide mentok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikyuu!! Fanfiction
Fanfiction"Karena berbagi (suami) itu indah"-optimuspride. I don't own chara. I don't own pictures. I don't own u. Haikyuu created by Papa/Mama (?) Haruichi Furudate tersayong || Story written in Bahasa Indonesia.