The Defeat

1.7K 149 4
                                    

(Name) adalah seorang agen mata-mata yang ditugaskan untuk menyelinap ke sebuah kelompok yang bergerak di bidang produksi dan distribusi narkoba terbesar ketiga di dunia. Kelompok tersebut menjadi raja di beberapa negara. Katakanlah, jika di sekitar Asia, seperti Myanmar dan Republik Islam Afghanistan sebagai penghasil opium terbesar, lalu di sekitar Amerika Selatan seperti Kolombia, Peru, dan Bolivia sebagai penghasil daun koka.

Selain itu, kelompok ini juga memegang peranan penting di beberapa negara yang menjadi jalur utama transit narkotika, seperti Pakistan yang menjadi transit penting dari Afghanistan, serta Meksiko dan Guatemala yang menjadi transit sebelum memasuki Amerika Serikat.

Beberapa negara telah memasukkan nama kelompok tersebut ke dalam daftar hitam mereka. Memburu para pembuat dan pengedar narkoba. Kalau perlu, mereka akan membunuh bos besar mereka dan memberikan bangkainya pada hiu di laut lepas.

Masalahnya, hingga kini, bos besar kelompok tersebut belum diketahui siapa. Nama-nama orang penting seringkali hilir mudik lewat di telinga, namun dari pihak Departemen Anti Narkoba Kepolisian Metropolitan Tokyo masih mengaitkan dan menduga-duga nama-nama tersebut satu sama lain sehingga dapat ditemukan simpulan siapa mereka dan apa jabatannya.

Beberapa di antara nama-nama tersebut seperti Kageyama, Shirabu, Yahaba, dan Usuri. Dan yang digadang-gadang sebagai bos besar mereka adalah pimpinan grup yakuza terbesar di daerah Ikebukuro, Ukai Kenshin. Namun, pria tersebut menolak dugaan tersebut. Dia mengaku bahwa dia mengenal bos besar mereka, namun ia membantah bila dirinya memiliki hubungan baik dengan si bos besar.

Sejauh ini, hasil penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian hanya menemukan fakta-fakta umum yang telah diketahui beberapa lembaga keamanan di seluruh dunia. Namun, di antara lembaga keamanan tersebut tidak ada yang tahu bahwa Jepang sudah selangkah lebih maju dibandingkan negara yang lain.

Satu-satunya mata-mata yang mampu masuk ke dalam kelompok inti dan mungkin dalam waktu dekat akan berhubungan dengan si bos besar yang sangat misterius ini.

"(Name)," panggil Kiyoko sambil berjalan mendekat. "sudah waktunya."

(Name) mengangguk, mengiyakan. Ia lantas bergegas bersiap diri untuk menjadi tukang antar bahan baku produksi narkoba. Sebelum (Name) beranjak dari tempatnya, Kiyoko menahannya. "Kali ini kamu harus lebih hati-hati. Akhir-akhir ini banyak sekali anggota dari kelompok kita yang diringkus pihak kepolisian di daerah sekitat Ikebukuro."

Dahi (Name) berkerut. "Bukannya polisi tidak pernah berani macam-macam sebelumya? Ukai-san belum bertindak apa-apa tentang ini?"

"(Name), yang perlu kau lakukan adalah hati-hati. Biarkan hal itu menjadi tugas Ukai-san. Kau lakukan apa yang menjadi tugasmu." Setelah itu Kiyoko melepaskan (Name) untuk kembali melaksanakan tugasnya.

"Kode TLight."

Kode TLight yang artinya Traffic Light. Diidentikkan dengan kesibukan jalanan pertigaan yang menuju tempat tujuan, artinya tujuan paket kali ini adalah ke markas pusat. Yang kini menjadi pertanyaan adalah mengapa paket dikirimkan ke markas pusat?

Muncul rasa curiga dalam diri (Name).

"Kiyoko-san, apa kita juga mengirimkan supply ke markas pusat?"

Kiyoko memejamkan matanya. Tangan kanannya bergerak untuk menyisipkan helai-helai rambutnya ke belakang telinga. "Cukup antarkan saja paketnya."

#

(Name) keluar dari toko bunga yang merangkap menjadi markas pribadinya. Dia berjalan menuju mobil Fiat kuningnya yang terparkir di depan kafe yang berjarak lima bangunan dari toko bunga tersebut.

Beberapa hari yang lalu Kiyoko menyuruhnya mengirimkan supply ke markas pusat. Tapi, menurut (Name), yang dikirimkannya itu seperti bukan paket biasa. Terlalu ringan. Terlalu ... mencurigakan.

Dan beberapa hari yang lalu itu pula (Name) diperkenalkan dengan beberapa orang penting yang sedang kebetulan ada di markas pusat. Salah satunya adalah Iwa-san. Laki-laki yang memiliki tatapan tajam, rambut jabrik, dan ekspresi masam.

Setelah (Name) menyelesaikan tugasnya hari itu, dia buru-buru menyusun laporan. Mencatat setiap nama yang diperkenalkan padanya, menuliskan setiap detail yang telah ia dapat, dan, yang terakhir, membeberkan siapa nama bos besar kelompok tersebut.

Kodenya adalah Raven. Kode yang asing bagi pihak polisi. Pasalnya, ini adalah kali pertama mereka mendengarnya. Maka dari itu, selama beberapa hari masa libur yang (Name) dapatkan diisi dengan menyusun laporan.

"Bukannya aku nggak mau dijemput, Hinata-san. Haha, iya, iya. Aku akan segera mengirimkannya k-," panggilan telepon (Name) terputus ketika ia tak sengaja menabrak seseorang.

Ia terlalu fokus pada lembaran-lembaran kertas yang berhamburan keluar dari amplop cokelat yang sedari tadi digenggamnya. Hilir mudik kerumunan orang yang berjalan di trotoar tak sengaja menginjak-injak kertasnya. Namun, dengan perlahan, orang-orang yang berlalu-lalang tersebut menepi untuk menghindari kertas-kertas yang berhamburan.

(Name) memasang earphone wirelessnya dan melanjutkan pembicaraan di teleponnya. "Shit, dasar orang nggak punya mata!"

"Kamu mengataiku, (Name)?" suara Nishinoya-senpai.

"Bukan, bukan. Tadi ada seseorang yang menyenggolku. Laporannya jatuh berhamburan. Posisi tadi ramai orang yang berjalan karena aku dekat dengan tempat penyebrangan, sekarang sudah sepi lagi, sih. Laporank diinjak-injak. Aku nggak tahu siapa yang menabrakku. Dan sekarang aku sedang sebal!"

"Kamu tidak sedang memungutnya?"

"Aku sedang memungutnya! Dan aku merasa sebal, pada senpai juga! Sudah, kututup teleponnya."

Ada cap sol sepatu di beberapa kertas laporannya. Tak apa, yang penting info didalamnya. Toh, nanti juga Yamaguchi akan membantunya untuk mengetik ulang bagian yang rusak.

"Permisi," kata seseorang dengan pakaian serba hitam yang berdiri di belakang (Name).

(Name) yang masih sibuk dengan kegiatan memungutnya bergegas untuk menyelesaikannya. "Eh, iya. Tolong tunggu sebentar."

"Oh, tak apa. Anda tak perlu buru-buru." Batin (Name), orang ini baik sekali. Namun, ia sadar diri dan buru-buru menuntaskan pekerjaannya. "Kalau boleh saya bertanya, apa Anda mengenali seorang mata-mata yang memiliki kode Baron?" belum selesai pria tersebut bertanya, (Name) langsung membalikkan tubuhnya.

Hal pertama yang pria itu lakukan adalah menyapa (Name) dengan moncong revolver yang mengarah langsung ke dahinya.

Tindakan tertolol yang pernah (Name) lakukan. Apalagi ekspresinya makin mengacaukan keadaan.

"Eh, maaf?"

"Kita sudah pernah bertemu sebelumnya, dan kamu sudah mengetahui siapa saya ..., atau mungkin belum."

(Name) melirik ke beberapa sudut jalan. Dan hasilnya adalah jalanan tersebut telah diisi beberapa orang berpenampilan serba hitam.

Pria tersebut menarik pelatuk revolver di tangannya.

Dor!

(Name) tercekat. Rasanya seperti jantungnya berhenti berdetak. Pistol tersebut ternyata hanyalah pistol bohongan. Pistol konfeti! Dang, pria sialan!

"Kode Raven. Bos besar dari kelompok yang berhasil disusupi salah satu intel polisi dengan kode Baron. Aku tahu siapa dirimu, Baron."

***

Siapa sih si bos? Saya serahin ke kalian deh. Kira-kira siapa?


Selamat untuk yang sudah UN. Semangat untuk yang mau UN. Semangat Pejuang Merah!! Selamat Pejuang Hijau!!

Semangat & Selamat semuanya~ 😙

Quotes dari Pak Eko (panggilan dari saya karena si bapak mengajar mapel ekonomi) setiap kali selesai kelasnya, beliau selalu bilang: "Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"

Jadi kangen Pak PKN 😭

Haikyuu!! FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang