Part 8

2.2K 443 131
                                    

Rumah yang tak terlalu besar itu terlihat kosong, dengan tubuh yang ditopang seorang wanita dia memasuki rumahnya sendiri. Malvin pulang dalam keadaan mabuk dengan seorang wanita yang merangkulnya.

"Istri kamu gak ada?"

Walau keadaanya setengah sadarkan diri, Malvin masih bisa menjawab ucapan wanita yang tidak lain adalah selingkuhannya. "Dia sibuk dengan dunianya sendiri, dan aku tidak peduli sekarang."

Mereka terus berjalan menaiki anak tangga dengan terkadang Malvin yang kehilangan keseimbangan, tubuh Malvin yang lebih besar dibanding si wanita membuat wanita itu terlihat kesusahan memapah tubuh Malvin.

"Aku yakin dia sekarang sibuk dengan sahabatnya." Malvin tertawa dengan suara yang begitu menyakitkan.

"Sahabatnya?"

"Heem, dia menipu saya, dia pikir saya bodoh, sahabat macam apa yang selalu ingin sahabatnya berada disampingnya."

"Dia seorang laki-laki?"

"Laki-laki? Haha...Veranda itu tidak normal!"

Semua celotehan Malvin terus saja terdengar benar-benar menyakitkan, dia seakan sedang mengutarakan apa yang selama ini menjadi kesakitaanya, sampai pada akhirnya dia memutuskan untuk mencari wanita lain, memuaskan dirinya hanya untuk cinta semalam.

Tidak ada lagi cinta tulus dalam hatinya, tidak ada lagi Malvin yang penuh kasih sayang, Veranda telah merubah Malvin menjadi pribadi yang kasar, emosional dan tak pernah setia pada satu wanita.

Untuk kesekian kalinya, dia merasa hancur, hatinya porak tanpa sisa.
Yang terasa hanya sedih dan duka.




..
.
.




Bogor yang selalu dingin membuat dia jadi melipat kedua tangannya, jaket tebalnya menutupi tubuhnya yang semakin terlihat kurus, dia berada dibelakang rumah Yona, disini dia bisa merasakan angin yang masih sangat segar yang mungkin tak akan pernah dia dapatkan di Jakarta.

Pikirannya terus berkecamuk memikirkan tentang keluarga kecilnya, dia tidak mengerti kenapa pada akhirnya akan seperti ini. Saat angin menghembukan udaranya dia memejamkam matanya, dalam matanya yang terpejam dia berdoa memanjatkan semua hal yang menjadi kebahagiannya.

"Kenapa belum tidur?"

Mendengar suara Kinal yang bertanya, Veranda jadi membuka mata, menolehkan dirinya pada Kinal yang sekarang berada disampingnya.

"Belum ngantuk." Jawab Ve singkat, Kinal hanya mengangguk mengiyakan.

"Masuk yuk disini gak baik, angin nya kenceng."

Tanpa melihat Kinal yang berada disampingnya dia menjawab ucapan Kinal lagi. "Aku masih mau disini."

Ntah kenapa Kinal selalu mengerti apa yang sedang di rasakan Veranda, walau dia tak benar-benar tau apa yang sedang terjadi pada Veranda tapi dia tau kalau Veranda sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja, raut wajah Veranda yang menyedihkan membuat Kinal yakin kalau Ve sedang memikirkan sesuatu. Dia membawa tubuh Veranda untuk dia peluk, dia merangkulnya penuh kehangatan.

Peran sahabat harusnya seperti itu, akan ada disaat sahabatnya membutuhkan. Tanpa kita menjelaskan kalau kita sedang bersedih sahabat pasti akan tahu dan bisa merasakanya juga.

Veranda yang benar-benar dalam keadaan kalut, membalas pelukaan Kinal menaruh kepalanya dibahu Kinal, dia membagai segala kesedihannya pada Kinal. Bogor yang dingin kini jadi terasa hangat.

"Jangan buat aku khawatir Veranda."

Dari atas balkon Yona tersenyum melihat pemandangan yang begitu menyakitkan, dia menghembuskan nafasnya, menutup lagi pintu balkon kamarnya, disana Liu sudah tertidur dengan nyenyaknya. Liu memang tidur di kamar Yona, melihat Liu yang tertidur membuat Yona teringat akan wajah Kinal yang tertidur juga.

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang