Part 11

2.4K 427 274
                                    

Kemaren2 "Ih apaan sih Shansak"

Sekarang "thor bayangkin part Shansaknya dong"

Malu gak?

Hm..

Ini kek dejavu gitu saat dimana kalian menolak Kiyon dicerita ini terus lama2 gumoh juga.

Hm lagi.





Besok gak update ya, jadi hari ini aja di double, ditunggu komen2 nya!

Have a nice dream!💙




-----------------------------






Sebuah undangan pernikahan dengan warna abu-abu bercorak batik, terus dia pandang, matanya yang tadi menatap tajam kini mulai menanar, bayangan sebuah pernikahan yang selalu dia inginkan terus terputar di hadapannya bagai sebuah film layar lebar.

"Kapan? Kapan aku menikah?"

Monolog nya pada diri sendiri menayakan hal yang sangat dia inginkan, sebenarnya bukan hanya sebuah keinginan tapi ini adalah sebuah tuntutan usia yang tak lagi muda, umurnya yang sudah berkepala tiga membuat dia jadi khawatir sendiri.

Ada yang mengkhawatirkan masalah pernikahan hanya karna usia? Atau sebuah tekanan dari keluarga?

Tidak menutup kemungkinan pasti diluar sana banyak seorang wanita yang mengkhawtirkan hal ini. Apalagi jika usia sudah cukup matang untuk membangun sebuah rumah tangga.

Sebuah kecupan yang mengejutkan membuat dia jadi tersadar akan lamunananya, kini dihadapannya seseorang yang selalu dia inginkan menjadi pendamping hidupnya tersenyum, matanya menelaah apa yang sedang terjadi padanya.

"Serius banget sih? Liatin apa?"

Dengan mata sipitnya Lidya mencoba melihat apa yang sedari tadi Melody pandangi dan dia mengangguk mengerti setelah dia tau apa yang ada di tangan Melody.

"Temen kamu nikah lagi?" Kata Lidya dan Melody hanya bergumam mengangguk.

Melihat raut wajah Melody yang terlihat bersedih dia membawa Melody kedalam pelukaanya.

"Sabar ya Mels, semoga pintu hati papah bisa cepet terbuka."

Melody mendongakan kepalanya menatap Lidya yang lebih tinggi.

"Mau nikah." Kata Melody dengan tatapan sedihnya, Lidya jadi menggeleng, perasaan gemas dan bersalah tercampur menjadi satu.

"Iya sayang nanti aku nikahin kok tenang aja."

Melody semakin menekuk wajahnya, membalas pelukaan Lidya tak kalah erat.

Mereka tertatih dalam langkah yang penuh perih.
Mengiba mengharap keadilan Tuhan
Sambil menantikan takdir mengatakan rahasianya.

Mengiris hati dalam letupan jiwa yang sekarat.
Menenggelamkan diri dalam cinta yang terlarang.
Saat cinta tak seharusnya dirasa.

Airmata itu tak seharusnya mengalir
Membasahi pipi dan menulis cerita sedih di lembaran hidup.
Mereka telah sama sama memiliki.
Ada cinta yang mencintai.

Mereka tahu mereka tak pernah akan memberikan restu. Tapi mau bagaimana lagi, cinta itu sudah mendarah daging,

Cinta itu menyiksa mereka. Ntah kapan kata restu dapat mereka terima.

Keadaan lokasi syuting yang sudah sepi membuat mereka bebas berinteraksi, menunjukan kalau mereka adalah dua orang yang saling mencintai dan tak ingin dipisahkan. Lidya melepaskan Melody dari pelukaanya, dia sedikit membungkuk menatap mata Melody, tanganya menelungsup masuk membelai pipi putih Melody.

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang