Part 27

1.7K 377 59
                                    

Sepi itu datang tanpa basa basi tanpa permisi, menyergap hadir diatas dasar hatinya, dia memangku tangan nya sendiri, seseorang disebelahnya terlihat tenang menyetir tanpa kata apapun.

Dia tau kini semuanya sudah berbeda, rasa dalam hati merubah segalanya, kalau bisa diminta, mungkin lebih baik tidak menyadari perasaanya pada Kinal sampai kapanpun kalau pada akhirnya akan terasa menjadi asing saat berdua.

Sayup suara penyiar radio yang dihasilkan dari audio mobil mengisi penuh suara dalam mobil mereka. Kinal sebenarnya tahu, Veranda tak nyaman dengan kondisi seperti ini, dia membiarkan semuanya, jauh dari dasar hati Kinal, dia juga sedang menahan rasa canggung yang trus saja hadir dianatara mereka.

Lampu merah membuat Kinal menghentikan mobilnya, matanya terus memperhatikan lampu yang tak kunjung merubah warnanya, getaran pada dasboard mobilnya membuat dia mengambil hapennya.

Dia tersenyum, membaca bentuk perhatian kecil dari Yona.

"Hati-hati di jalan nya ya, aku lagi masak buat kamu nih."

Dan Kinal pun langsung membalasnya.

"Iya sayang tunggu ya, ini lagi dijalan."

"Udah hijau" Suara Veranda membuat Kinal menoleh, dia tak sadar kalau didalam mobil ini ada Veranda.

Tanpa kata apapun, Kinal langsung melajukan mobilnya lagi.

Veranda tau kalau Yona lah yang menjadi alasan Kinal tersenyum, dia menekuk wajahnya, tangannya yang sedari tadi diam dia lipat didepan dadanya. Dia merasa dia harus egois dia ingin Kinal tau kalau sekarang dia tidak suka.

"Gimana kabarnya Liu?" Pada akhirnya Kinal berbicara, dia merasakan aura berbeda dari tatapan Veranda.

"Baik"

Kinal mengangguk, suara Veranda yang terdengar ketus membuat Kinal hanya tersenyum gemas.

"Biar apa si mukanya ditekuk-tekuk gitu?"

Veranda menoleh, mengangkat sebelah alisnya bingung, Kinal pun tertawa, dia menyentuh rambut Veranda, membenarkan posisi poni Veranda yang menyamping.

Lagi lagi mobilnya berhenti karna lampu lalu lintas yang berwarna merah.

Veranda jadi diam karna sentuhan Kinal.

"Aku kangen Liu, jangan karna kita ada masalah, kamu buat Liu jadi jauh dari aku."
Dengan wajah sedihnya Kinal berbicara, hembusan nafasnya lolos dengan lemah,

"Siapa bilang aku ngejauhin Liu dari kamu? Mamah akhir-akhir ada dirumah jadi ya aku titipin Liu ke mamah dari pada ngerepotin kamu." Jawab Ve berbohong.

Suara klakson dari mobil lain membuat Kinal melajukan mobilnya lagi. Dia tidak percaya akan ucapan Veranda, karna dia tau kedua orang tua Veranda sangat sibuk, jadi dia hanya beroh ria menimpali ucapan Ve.

"Apa Liu gak kangen aku?"

Veranda membuat wajahnya seolah sedikit berfikir, senyum jailnya dia berikan pada Kinal. "Enggak kayanya."

"Kalau kamu gimana?"






..
.
.





Saat dia telah memilihnya, dalam keinginan hati yang menginginkannya, pada sebuah detik waktu yang entah kapan, tak sempat tercatat ingatannya memilih setia.

Hatinya menginginkan Kinal tanpa kompromi, karena hatinya bagian dari kehidupannya, yang tidak akan dia sia-siakan.
Dan tak akan dia biarkan dalam pesakitan yang parah saat dia sudah memilih.
Berarti memilih kesetiaan itu juga.

Kinalah kesetiaan itu, yang telah dia kekalkan di tebing batu-batu yang curam pada hatinya.

Dia tersenyum melihat masakannya yang sudah tersaji rapih, saat tangannya berhasil melepaskan appron masaknya, sepasang tangan melingkar diperutnya, dia langsung menyentuh tangan itu.


"Kangen."

Bahunya kini terasa berat, dia tersenyum mendengar kata rindu yang Kinal katakan, tangannya terulur menyentuh kepala sipelaku yang membuat bahunya berat.

"Mainnya kok lama?"

Saat Kini tatapan mereka saling bertemu, dia melingkarkan tangannya pada leher Kinal, wajah kekasih yang sangat dia rindukan itu dia sentuh begitu lembut.

"Lidya minta ditemenin syuting, trus pas mau pulang hujan, jadi aku nunggu hujan berhenti juga. Kangen yah?" Kata Kinal menghentikan gerakan tangannya.

Dia tak terlalu mempermasalahkan perihal Kinal yang datang terlambat, karna dia tau Kinal pergi dengan Lidya. Sahabatnya sendiri.

"Heem, Belum makan kan? Sekarang makan ya?"

Kinal mengangguk, sebelum mereka berjalan ke meja makan untuk makan malam, Kinal malah mengecup bibirnya, dia memejamkan mata, membuat Kinal memeperdalam ciumannya.

Malam semakin tipis bahkan nasi dimeja makam kian mendingin, tapi yang mereka rasakan kini hangat yang menjalar keseluruh tubuh mereka.

Ini tentang sebuah cinta yang selalu dia yakini, tentang rindu yang selalu dia tujukan untuk Kinal. Walau sebenarnya dalam hatinya, menyimpan banyak ketakutan akan penghianatan, tapi dia selalu mencoba, membangun sebuah kepercayaan untuk kekasih nya itu.





























Bersambung

#TeamVeNalID


Jangan lupa tanggal 27 Juni 2018.

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang