Part 35

1.5K 393 91
                                    

Seminggu berlalu dia membohongi perasaanya sendiri, terus meredam semua rasa sakit yang hatinya rasakan, tak ada yang bisa dia lakukan sekarang selain mengiyakan semua apa yang Ibunya katakan.

Apa ini tindakan bodoh? Jika dia hanya ingin menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya. Kalau memang dengan merelakan Kinal membuat orang tuanya bahagia dia akan melakukannya.

"Ka?"

"Neng?"

Sayup suara Ayah nya yang memanggilnya bagai angin yang tak dia dengar, dia baru tersadar saat Ayahnya menyentuhnya.

"Ha? Iya kenapa?" Ucapnya dengan mata yang dia bulatkan karna sedikit kaget.

Ayahnya sedikit menghembuskan nafasnya setelah itu dia menggeleng, mengambil pisau yang sedang Yona pegang.

"Gak baik, anak perawan pagi-pagi ngelamun, apalagi sambil masak, nanti masakannya jadi hambar." Kata Ayahnya, dia mengambil alih tugas memotong sayuran yang sedang Yona kerjakan.

"Kamu ngelamun juga, daun bawang ini gak akan tiba-tiba jadi neng Kinal, ka." Lanjut Ayahnya lagi dengan senyum tipis yang dia berikan pada Yona.

Yona membalas senyum itu, dia berdiri disamping Ayahnya, ada perasaan bahagia, memiliki sosok Ayah yang selalu mengerti apa yang menjadi kebahagiannya, walau sekarang Ayahnya tidak melakukan apa-apa, tapi Yona tahu kalau Ayahnya selalu mendukungnya, jika itu membuatnya bahagia.

"Sore ini ikut Papah yuk."

"Kemana?"

"Lomba mancing. Rame loh ka, lumayan kan hiburan, dari pada kamu diem dirumah terus."

Yona meringiskan wajahnya, rasanya membayangkannya saja sudah sangat membosankan, apalagi harus benar-benar ikut Ayahnya memancing. Seminggu terakhir dia memang selalu dirumah, berdiam diri didalam kamar, menghabiskan waktunya hanya untuk melukis dan memikirkan Kinal.

"Gak ah. Yang ada aku bosen, aku mau ke gerai aja, udah lama juga gak ketemu ka Dila."

"Yakin nih ke gerai? Bukan ke Jakarta?" Kata Ayah nya lagi dengan senyum yang sedikit menggoda Yona.

Yona selalu berusaha melupakan Kinal tapi Ayahnya selalu membuatnya selalu mengingat Kinal.

"Mulai deh." Kata Yona malas, dia mulai memasang Appron nya, tangannya sudah memegang spatula.

"Mendem kangen itu gak enak loh, kalau mau ketemu ya ketemu aja. Nanti papah bantuin. Gimana?"

"Apaan sih, udah ah sana. Udah jam 8 itu, murid udah nunggu." Yona sedikit mendorong tubuh Ayahnya, Ayahnya jadi tertawa, mulai menjauh dari Yona.

Setelah tawa Ayahnya mulai tak terdengar, suasana sunyi mulai dia rasakan, dia hanya bisa tersenyum begitu miris, meratapi apa yang sedang dia rasakan.

Jauh di dalam hatinya dia sangat merindukan sosok Kinal, Kinal tak pernah sedikitpun hilang dari hatinya bahkan pikirannya.




..
.
.



Waktu seakan berjalan lambat, sepi selalu saja menghantui, bahkan dari pagi hingga beranjak sore saja rasannya lama.

Saat gelap malam mulai memenuhi langit.
Dia hanya bisa terdiam lirih
Tanpa dia tau harus berbuat apa.
Hanya bayangnya, hanya kenangan itu, yang kian menari di ingatan nya.

Tangannya berhenti bergerak, matanya terperangah tak percaya, tanpa sadar dia melukiskan wajah Kinal. Mata yang dia buat seakan menatapnya, bibir yang terkatup itu seakan kalau dia tak berkata apapun padanya.


Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang