Part 18

1.8K 392 70
                                    

Tanganya dengan lihai terus menggoreskan pensilnya, kanvas putihnya kini jadi terisi penuh dengan sketsa-sketsa sebuah ruangan, mulai dari sebuah furnitur sampai detail kondisi tempat yang sedang dia gambar.

Dia sedang mengerjakan tugas, untuk dia presentasikan ke mahasiswanya lusa. Ada Lidya sekarang di apartemannya. Mereka berdua berada di ruang tamu. Dengan Yona yang duduk di bawah fokus pada gambarnya dan Lidya duduk tak jauh darinya dengan tangan yang terus memencet tombol stik pada game playstasion.

"Kalau lo tetep ngekang dia gitu nanti lama-lama dia lari loh. Biasanya gitu tau, yang diposesifin malah jadi muak."

Yona sedikit menegakan kepalanya melihat Lidya yang masih sibuk dengan gamenya.

"Kalau gak gitu bisa aja sekarang dia udah kemana mana."

Lidya tertawa, matanya masih fokus pada gamenya. "Itu sih balik lagi kedia nya, Ka. Emang dasarnya buaya mah susah. Mau lo rante sekuat apa juga bakal lepas kalau emang pada dasarnya liar."

Yona menaruh pensilnya, kini dia menyandarkan tubuhnya pada kursi dibelakangnya. "Ya setidaknya kan lepasnya gak jauh-jauh banget kalau gw rante."

Kali ini Lidya berdecak karna dia tak berhasil menembak lawanya di game, dia tak menoleh pada Yona. "Tapi kan kasian, nanti dia ngejalanin sama lo nya cuman karna rasa terpaksa doang, menurut gw mah biarin aja lepasin, buat dia berekpresi nunjukin gimana dia sebenenrnya, dari pada keliatannya jinak padahal diem-diem masih liar juga, tinggal nunggu semuanga nikam lo aja."

Mendengar penjelasan panjang lebar dari Lidya, Yona jadi mengeluarkan suaranya begitu lemah. "Jadi gw harus gimana?"

"Ya bersikaplah seperti biasanya, kaya Yona yang gw kenal dulu. Yang gak pernah tergantung sama cinta. Semuanya akan baik-baik aja kalau dia memang cinta sama lo. Percaya sama gw. Kalau pada akhirnya dia tetap berpaling dari lo. Saran gw yaudah lepasin aja, dia emang brengsek. Lagian ya ka, gw rasa lo makin tua makin gak jelek dah, gw yakin ada kok yang masih mau sama lo kalau dia gak mau sama lo. Asal lo jangan minta gw buat macarin lo aja."

Yona hanya menggeleng, dia tak memperdulikan ucapan Lidya kembali fokus pada gambarnya.

"Mending sama si ituh deh.

Baru saja kepalanya menunduk, ucapan Lidya membuat dia menegakan kepalanya lagi. "Siituh? Siapa?"

"Itu mahasiswa lo, lumayan lah cakep  anaknya gubernur lagi."

"Fajar maksud lo?"

Karna memang sejak lama ada seorang mahasiswa yang selalu gencar mengejar Yona, umurnya tak berbeda jauh dengan Kinal hanya trpaut satu tahun lebih muda dibawah Kinal.

Fajar sendiri mahasiwa tingkat akhir yang sekarang sedang di bimbing Yona. Dia jadi sering bertemu dengan Fajar, Yona tak pernah menganggap serius semua bentuk perhatian Fajar, dia selalu mengaggap itu adalah hal wajar mahasiswa yang terlihat perhatian pada dosen pembimbingnya.

"Iya itu. Dia masih ngejar-ngejar lo kan?"

"Ya gitu, tapi gw gak suka, biasa ah."

"Ya buat seneng-seneng aja. Dari pada lo setres amat mikirin si Kinal, yang cakep aja kaga lo bela-belain banget setia sama dia. Cakepan juga gw."

Kali ini Yona tertawa mendengar Lidya yang memang terlihat sangat kesal dengan Kinal. "Kalau gw gitu juga gak bakal ada ujungnya Lid, gak ah. Setia itu harga mati."

"Hilih bct, ah sialan mati kan!"

Lidya mengumpat kesal akan game nya yang terus saja kalah. Pada akhirnya dia melemparkan stik game nya membuat Yona langsung menatapnya tajam.

"Kaga bakal rusak tenang aja." Kata Lidya yang mengerti tatapan Yona,Yona hanya mendengus dan membuat Lidya tertawa.

Kini Lidya berjalan kedapur mencari makanan untuk mengganjal perutnya. Dia memang sedang libur, sedangkan Melody sibuk dengan kerjaanya bersama Kinal juga.

"Kinal pulang jam berapa deh?"

"Malem kali."

Lidya kembali duduk dihadapan Yona dengan membawa semangkok sereal instan yang dia buat sendiri.
"Perasaan Melody cuman sampe sore kok dia malem?"

Yona yang mendengar itu lagi lagi menaruh pensilnya, mengangkat satu alisnya menatap Lidya.

Melihat wajah serius Yona. Membuat Lidya jadi menahan tawanya.

"Hahahah bcanda gw." Kata Lidya pada akhirnya tertawa. Dia menutup wajah Yona yang menatapnya tajam.

"Apaan sih Lid!"

"Gila ya segitu khawatir kah lo? Hahaha."

Yona membereskan peralatan gambarnya, menaruhnya dimeja belajar, dia kembali duduk di samping Lidya dengan membawa segelas air putih untuk menyegarkan tenggorokannya yang kering.

"Gw bcanda serius, nih chat Melody dia minta jemput malem." Kata Lidya menyodorkan hapenya pada Yona.

Padahal Lidya memang sedang bercanda, tapi Lidya tak menyangka kalau Yona seserius itu menanggapinya, seharusnya Kinal beruntung di cintai Yona yang sangat takut kehilanganya.

Hari ini Kinal memang pergi dengan Melody untuk bertemu dengan client penting, Yona memang tidak ikut karna ada Feni di aparteman, Feni sedang tidur dia terlalu capek setelah syuting berhari hari diluar kota, kondisi Yona juga yang membuat dia jadi tak ikut dengan Kinal. Dia hanya tak ingin membuat Kinal susah.




..
.
.




Malam datang, Lidya sudah pergi satu jam yang lalu untuk menjemput Melody, kali ini Yona sedang menyiapkan makan malam dengan Feni yang sudah duduk rapih di kursi meja makan.

Sudah lama rasanya untuk Feni memakan masakan Yona, beruntunglah walau sakit tapi Yona masih sempat memasak.

"Umi kok lama sih? Aku udah laper nih."

Baru saja Feni menutup mulutnya, Kinal menampakan dirinya, tapi dia tidak sendiri, dia membawa Liu. Yona jadi megerutkan dahinya. Melihat tatapan Yona Kinal langsung berbicara menjelaskan.

"Tadi Liu di ajak sama ka Melody ke tempat meeting, trus dia minta ikut sama aku, Ka Mel ketemu Ve di kantor."

Feni yang mendengar penjelasaan panjang lebar dari Kinal membuat dia melihat Kinal dan Yona secara bergantian.

"Kalian lagi berantem?"

Liu yang mendengar ucapan Feni jadi ikut andil layaknya orang yang mengerti. "Umi sama Mamski berantem?"

Yona melangkahkan kakinya ke dapur lagi. Melihat itu membuat Kinal jadi menaruh Liu di kursi, dengan Feni yang semakin bingung.

Kinal memeluk Yona. Menaruh kepalanya dibahu Yona.

Dia semakin memeluk Yona. Menghirup aroma tubuh Yona, kini malah menciumi leher Yona. "Jangan buat Feni sama Liu jadi kepikiran sama sikap kamu."

"Aunty kenapa mata Liu di tutup. Gelap "

Mendengar itu, Kinal jadi melepaskan pelukaanya pada Yona, Feni hanya tersenyum begitu kaku.

"Sory Liu hehe."

Kinal menggengam tangan Yona menuntunnya untuk duduk bersama Feni dan Liu di kursi meja makan.

"Mamski sama Umi gak marahan kok. Kita baik-baik aja, iya kan Mamski?"


Yona hanya tersenyum begitu tipis.
































Bersambung

#TeamVeNalID

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang