Part 33

1.6K 403 177
                                    

Diputer ya lagunya, UZA-JKT48.




----------------------------








Dia menyibakan selimutnya, sinar matahari pagi ini sudah meninggi padahal waktu tak cukup siang, rentangan ototnya membuat syaraf-syaraf nya yang kaku tertarik.

Disampingnya Kinal masih memejamkan mata, kantung mata yang menghitam membuatnya semakin khawatir dengan keadaan Kinal, dia tahu kalau kekasihnya itu sangat mengkhawatirkan tentang hubungannya.

Rasanya memamg berat, ntah dia juga tidak tahu harus bagaimana, jika harus mengatakan 'ya kita akan melewatinya bersama' dia terlalu takut hanya untuk mengatakan itu, dia tidak bisa menjanjikan apapun untuk saat ini pada Kinal.

Kecupan pagi yang menghangatkan dia berikan diujung bibir Kinal, melepaskan segala kekhawatirkan yang ada pada dirinya juga, dia kini turun dari ranjang miliknya, meninggalkan Kinal yang masih tertidur.

Setelah membersihkan wajah dan menggosok gigi, kini dia sudah duduk di kursi, meja makan. Mengoleskan selai pada selembar roti gandum, kekhawatirannya membuat dia lupa kalau perutnya belum terisi dari kemarin.

Rumahnya nampak sepi, padahal hari ini adalah hari libur, yang seharusnya semua keluarganya akan berada di kursi meja makan di waktu pagi. Dia hanya tersenyum menerima kenyataannya, ini memang salahnya, dia jadi tak merasakan kehangatan keluarga seperti dulu lagi.

Saat pikirannya trus melamun dengan tangan yang masih mengoleskan selai, suara tak terlalu berat membuat dia menoleh.

"Datang kapan?" katanya, sosok yang tak lain adalah adiknya, kini sudah duduk dihadapannya.

"Kemaren malem." Kata Yona menjawab, dia menyodorkan roti yang sudah dia berikan selai pada adiknya, mengambil satu lembar roti lagi untuk dirinya.

Lutfi yang diberikan roti, sontak tak langsung memakannya, dia malah menatap dengan intim pada Yona, sadar diperhatikan Yona pun mengangkat kepalanya dan melihat adiknya itu.

"Kenapa?"

"Gapapa." Kata Lutfi, dia mulai menguyah roti pemberian Yona, rasa coklat yang manis ntah kenapa terasa hambar dengan suasana yang terkesan dingin.

"Sama ka Kinal?"

Yona hanya mengangguk menjawabnya, dia mulai memasukan rotinya juga pada mulutnya.

"Aku udah tau semuanya, beberapa hari yang lalu Papah sama Mamah ribut."

Mendengar penuturan Lutfi rasanya roti yang harusnya tertelan, serasa begitu berat, dia menelannya dengan dorongan yang sangat dalam.

"Aku sedih ka. Kenapa sih ka harus sama ka Kinal?"

Jelas Yona tak bisa menjawab, karna dia juga tidak tahu akan jawabannya. Yona memilih diam mengunci bibirnya, memandang adiknya yang kini menampakan raut wajah yang tak bisas.

"Apa cinta harus seegois itu? Membuat banyak orang terluka demi kebahagian kalian sendiri?"

Yona beberpa kali meredam sesak dalam dadanya, dia tahu Lutfi tak akan ada dipihaknya untuk urusan ini.

"Ka, Mamah selalu mikirin ini dia selalu merasa gagal mendidik kaka, dia selalu menyalahkan dirinya sendiri akan ini, aku sakit ka, liat Mamah tiap hari nangis karna ini, apa harus kebahagian kaka membuat mamah sakit dulu?"

"Tolong ka, Pikirin lagi, kalau kalian mau hidup bahagia, bukan kah kebahagian orang disekitar kalian juga harus kalian pikirkan? Bagaimana bisa kaka hidup tenang dan bahagia, kalau pada nyatanya disini mamah selalu sedih. Kaka tau kan, mamah yang udah besarin kita segede ini."

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang