Part 32

1.6K 391 108
                                    

Di sini sekarang dia berpijak
Meratab sesal yang membeku, dia menangis, semuanya terlambat sudah.

Kini semua sudah menjadi debu kering, hanya teriak yang ada hinggap didasar hatinya.
Dia larut tersesal, diam tak bergerak.

Waktu berjalan begitu cepat.
Hingga dia lupa bahwa semuanya berputar bagai roda.
Menggelinding mengitari hidup.
Ribuan jam seakan menikam detik dengan jarum.
Malam dan siang bersatu memadu waktu yang begitu sendu.

Lelehan air mata yang jatuh dari kelopak matanya terus saja membasahi pipinya, hanya penyesalan yang kini dia rasakan, dia tidak bisa merubah semuanya, dia tidak bisa membuat Kinal kembali.

Malam hadir membalas bintang.
Menyanyikan Syair pelarut duka
Dia masih di sini meminta semoga tuhan sudi mendengar.
Meminta agar ia takpernah meninggalkannya sendiri

Rasanya ingin dia ulang dan kembali pada rasa yang membuatnya sadar. Kini dia menanti sesal di ruah sunyi.

"Apa ini semua benar akhir?"

Monolognya sendiri, hanya sautan angin yang dia dengar, malam semakin larut dia masih berdiri dibalkon kamarnya.

"Kenapa Kinal? Kenapa??"

"Kamu juga mencintaiku kan? tapi kenapa??"

Dia tidak bisa merelakan Kinal begitu saja, dia tahu ini salah. Mengharapkan seseorang yang sudah memiliki kekasih, tapi mau bagaimana lagi? Rasa tetap lah rasa.

Hujan turun menangis, mengiringi nafas yang memburu, berlarut dengan airmata sedih.
Yang tidak akan kering malam ini.




.
.



Dia tak tau bagaiman cara memulainya,
kata-kata pertama yang harus dia ucapkan itu apa?
Semua hilang sirna ketika dia sudah berada diambang pintu.

Sungguh hal yang aneh.
padahal semua t'lah dia susun sedemikian rupa.
Apakah ini penyakit langka?
atau karna dia tak punya nyali?

Perasaan gugup, sedikit canggung.
Darah mengalir begitu deras
Keringat menetes layaknya hujan,
namun itu bukan karna panas.

Melihat wajah Kinal yang menegang, Yona menyentuh tangannya, dia menggenggam nya erat memberikan kekuatan.

Mereka berdua saling bertukar senyum, jauh didasar hatinya, mereka berdua sama-sama sedang merasakan gugup dan takut yang menjadi satu.

Yona dengan ragu membuka pintu rumahnya, terasa sepi, karna hari memang sudah cukup malam, keadaan ruang tengah rumahnya pun gelap, mungkin Ayah dan Ibunya sudah tidur.

Baru saja ingin melangkah lagi, seketika lampu menyala, sorot mata tajam dari sosok Ibunya membuat Yona dengan otomatis melepaskan genggamannya pada tangan Kinal.

Tak ada sapaan hangat seperti biasanya, yang Kinal dapatkan skerang hanya tatapan dingin, Kinal tahu kenapa, mungkin sekarang ibu dari Yona ini memang membencinya.

Saat suasana menegang, dari arah lain Ayah Yona datang, dia menyapa dengan sapaan ramah seperti biasanya.

"Kok berdiri trus disitu ka? Ajak neng Kinal nya masuk."

Ayah nya mendekat, Kinal dengan sopan menyalami Ayah Yona, begitu juga dengan Yona

"Ini baru mau masuk kok Pah." Kata Yona, matanya masih melirik Ibunya yang sekarang sedang mengaduk teh.

"Sabar." Kata Ayahnya yang mengikuti arah pandang Yona, dia menyentuh pundak putrinya itu.

Yona tersenyum sedikit menarik sudut bibirnya.

"Mending sekarang kalian mandi dulu "

Yona menghembuskan nafasnya, kini sosok Ibunya sudah hilang dibalik pintu kamar.

"Yaudah kalau gitu papah susul mamah dulu, kalian istirahat aja, ini udah malem, besok kita bicarain."

Setelah kepergian Ayah Yona, Kinal menjatuhkan dirinya di sofa ruang tamu, rasanya tubuhnya lemas, tatapan Ibu Yona masih dia ingat.


"Kok gw jadi pesimis ya Yon." Kata Kinal dengan suara yang cukup frustasi, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Yona ikut duduk disebelah Kinal, dia menarik tangan Kinal yang menutupi wajahnya, tangan itu dia bawa untuk dia genggam.

"Sama." Kata Yona tak kalah lemas, kini dia menjatuhkan kepalanya di bahu Kinal.

Pikir Kinal, Yona akan memberikan kata-kata semangat yang menguatkan, tak tahunya gadis dengan seribu sifat galaknya itu juga kini menciut.


"Kita pasti bisa, asal kan kita hadapi nya sama-sama."


Yona hanya bergumam tak jelas mengiyakan ucapan Kinal.

"Nal."

"Hm?"


"Kalau mamah tetep gak stuju juga gimana? Apa kamu bakal relain aku gitu aja?"























Bersambung.

#TeamVeNalID


#TeamVeNalID

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Makasih buat komennya, percaya deh komen kalian tuh yang buat aku semangat nulis, maaf ya dikit, smoga besok bisa lebih panjang dari ini.

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang