Part 20

2K 415 103
                                    

Setelah membujuk Liu dengan berbagai cara akhirnya dia bisa keluar juga dari aparteman, Liu tetap menangis keukeuh ingin ikut, tapi kali ini Yona tidak bisa mengajaknya, kepergiannya kebogor untuk menyelesaikan hal yang terlalu lama dia buat tertunda, jadi menurutnya sendiri lebih baik.

Anak kandung Veranda itu masih terdengar sesenggukan, kepalanya dia taruh dicaruk leher Kinal dia tidak mau melihat mobil Yona yang berjalan pergi, suara tangisannya membuat Kinal jadi tidak tega, Kinal memberikan sentuhan pada rambut Liu agar Liu bisa sedikit tenang, mobil yang dikendarai Yona sudah tak terlihat, sebenarnya Kinal juga bingung karna untuk pertama kalinya Yona tega meminggalkan Liu yang merengek meminta ikut, karna biasanya Yona tak akan pernah bisa menolak permintaan Liu.

"Kenapa Mamski pergi, Umi? Kenapa?" Liu masih saja merancaukan berbagai pertanyaan dengan suaranya yang serak karna menangis.

Kinal jadi benar-benar tidak tega, dia menghembuskan nafasnya mencoba berfikir agar Liu bsia mengerti.
"Mamski gak pergi sayang, cuman sebentar, mamski kangen enin sama eyang."

Liu yang sedari tadi menyembunyikan kepalanya kali ini jadi menegakan kepalanya menatap Kinal. "Tapi kenapa Liu gak boleh ikut? Liu juga kangen enin sama eyang, Umi."

"Kamu lupa? Siang ini kan Mami jemput kamu, kalau mami kesini ternyata Liu gak ada gimana? Apa Liu tega buat mami sedih?"

Liu menundukan kepalanya, dia melupakan kalau Ibunya siang ini akan menjemputnya, dia harus pulang.
"Tapi Liu mau ikut Mamski umi."

"Iya nanti dua hari kedepan. Umi janji ajak Liu kebogor kita susul Mamski, oke?"

"Janji?"

"Heem, sekarang hapus air matanya."

Liu pun menghapus air matanya sesuai perintah Kinal, sekarang dia menatap Kinal dengan tatapan yang begitu sedih, wajar Liu selalu seperti itu pada Yona, karna Yona selalu menyayanginya, Yona selalu bisa membuat Liu nyaman, membuat Liu mendapat sosok ibu saat Veranda tidak ada.

Sedangkan Yona sudah memutar stir mobilnya, mobilnya memasuki daerah bogor. Rasanya suara tangisan Liu masih begitu terdengar di telinganya dia beberapa kali menekan tombol klakson karna jalanan yang macet, suara bunyi klakson mobilnya seakan memecah keheningan pada pikirannya.

Rasanya ini sudah tak bisa dia tunda lagi, jalan satu-satunya untuk Kinal agar tak kemana-mana ialah mengikat, mengikatnya dalam suatu pernikahan. Dan kini niatnya sudah matang, siap tidak siap dia harus benar-benar mengatakan pada kedua orang tuanya, kalau dia memiliki hubungan dengan Kinal.

Dia sudah siap dengan apa yang akan terjadi kedepanya, sekalipun dia harus di coret dari daftar kartu keluarga, rasanya membayangkan penolakaan dari kedua orang tuanya saja mampu membuat keringat dingin meluruh jatuh dipelipisnya.

Dan kini mobilnya benar-benar berhenti didepan rumahnya, detakan pada jantungnya kian berdetak hebat, dia seakan tak bisa mengontrol dirinya sendiri, ini lebih mendebarkan dari rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama atau mungkin lebih hebat dari hari pertama ujian nasional.

Hembusan nafasnya dia keluarkan berusah menenangkan dirinya sendiri, Kinal tidak tau tentang ini, dia hanya ingin memperjuangkan cintanya karna Kinal sudah cukup berjuang untuk menunggunya.

Jika nanti kedua orang tuanya menyetujuinya, mungkin ini akan menjadi kado terindah di hari jadi mereka yang sudah berlangsung selama tujuh tahun, bahkan hubungan mereka sudah melebihi batas waktu cicilan motor jika ditambah tiga tahun lagi lunas sudah rumah kecil di cluster pinggiran Bogor.

Kini dia sudah membuka pintu rumahnya yang sedikit terbuka dia bisa melihat kini Ibunya yang sedang sibuk didapur dengan Ayahnya yang setia menemani dengan secangkir kopi dan Kue balok.

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang