Part 38

1.6K 349 40
                                    

Deburan ombak kian menerjang kakinya, dia berjalan beriringan dengan kekasihnya, pantai yang jauh dari kota Jakarta ini dia pilih untuk menjadi tempat mengungkapkan perasaanya pada kekasihnya.

Pikirnya menunggu apalagi, jika semuanya sudah menyetujuinya, dia hanya ingin lebih mengikat, memberi tahu semua bahwa Shania si dokter muda itu adalah miliknya.

Dengan ragu, tangan Shania dia gapai, dia menggengam tangan yang sedari tadi berayun seirama dengan angin yang semakin membuatnya merasa dingin. Shania langsung menoleh, tersenyum padanya dengan begitu manis.

"Kita duduk dulu disana, kakiku pegel." Katanya dengan nada yang selalu saja membuat Shania tertawa, apapun yang dia lakukan Shania selalu bisa tertawa, walau sebenarnya dia tidak sedang melawak. Menurut Shania, wajahnya memang sudah cukup konyol apapun yang dia lakukan pasti menimbulkan rasa geli dalam perutnya.

Shania setuju, dia mengikuti langkahnya, sesampai dipinggir pantai dengan dua kursi, dia menarik kursi itu mempersilahkan Shania duduk. Shania jelas terenyuh diperlakukan semanis ini, mungkin sampai detik ini Shania belum mencintainya sepenuh hati, tapi dia tak akan pernah gentar hanya karna kata cinta, dia selalu percaya cinta datang karna terbiasa.

Dari semua yang pernah datang,
Dia belajar bagaimana menggenggam tangan.
Sedang dari semua yang memilih pergi,
dia ingin belajar untuk bisa mencintai lagi.

Dan hari ini Dia melihat Shania. Seakan mengatakan bolehkah aku mencintaimu?
Dan menjagamu, untuk seumur hidupku.

Dia memang tidaklah lebih baik, dibanding semua orang yang pernah mencoba masuk dalam kehidupannya.
Banyak hal salah dan buruk yang tlah dia lakukan di masa lalu.

Namun entahlah,
Tiap kali Dia ada disampingnya,
Dia selalu merasa ingin menjadi seseorang yang lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi dimata Shania.

"Shan.."

"Hm?"

Sorot matanya menatap masuk pada mata Shania yang terlihat menyipit saat dia tersenyum, lagi, dia menarik tangan Shania mengenggamnya begitu erat.

Hening beberap saat, sampai dia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang membuat Shania mengerutkan keningnya menatapnya penasaraan.

"Itu apa?" kata Shania.

Sedangkan dia tersenyum, sedikit mengangkat kotak kecil itu. "Penasaran ya?"

Shania mengangguk, dan dengan perlahan Saktia membuka kotak dengan warna merah bercorak hitam itu.

"Mau gak habisin waktu kamu buat aku?"

Indahnya suatu hubungan,
tercipta bukan semata karna mereka selalu sama dan berjalan seirama.
Namun saat dia mampu melengkapi kekuranganya.
Sedang dia menutupi apa yang
tidak ada padanya.
Inilah keindahan yang sesungguhnya

Dan Shania selalu merasa Saktia bisa mengisi kekosongan yang ada pada celah hatinya, dia selalu merasa Saktia bisa membuatnya nyaman dan bahagia. Walau dia tak bisa membohongi perasaanya sendiri masih ada nama Beby di hatinya. Tapi sebisa mungkin dia selalu menepis itu, perlakuan Saktia membantunya untuk mencintainya sepenuh hati, walau sampai sekarang belum bisa.

Shania menutup mulutnya tak percaya, dia jelas kaget dan tidak menyangka kalau Saktia akan seserius ini.

"Ini tentang kita,
tentang jalan cerita yang telah kita lalui.
diantara suka dan duka yang telah kita lewati bersama." Kata Saktia kali ini dia benar-benar berbicara serius. Membuat Shania tak percaya jika yang berbicara didepannya adalah Saktia.

"Ini Keyakinan tentang hati yang sepenuhnya aku yakini."

"Ini kamu kan? Kamu sakit ya?" Kata Shania yang malah menyentuh kening Saktia.

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang