Part 23

2.3K 435 260
                                    

Senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya, kini dia sudah sampai di aparteman Kinal, dengan Liu yang berada didalam gendongan Kinal, anak itu terus bercerita tentang rasa rindunya terhadap Yona, Veranda selalu tidak mengerti kenapa Liu begitu menyayangi Yona, bahkan karna Liu Kinal jadi tak pernah bisa sedikit melupakan Yona sebentar saja saat dengannya.

Awalnya dia enggan untuk ikut masuk kedalam karna akan terasa sakit jika harus menyaksikan Kinal dengan Yona, tapi karna paksaan Liu akhirnya dia mau masuk kedalam, dugaanya salah, Yona belum ada, hanya ada Feni, bahkan sekarang Feni masih tidur.

"Mamski, mana umi?" Lagi lagi pertanyaan Liu mampu membuat hati Veranda murung, kenapa dia tidak bisa berhenti menyebut nama Yona sedikit pun.

"Eum.. sepertinya belum sampai, mungkin sebentar lagi, lebih baik sekarang Liu tunggu disini, Umi buatin makanan sambil nunggu Mamski ya."

Kinal mendudukan Liu di kursi ruang tamu, anak itu mengangguk menurut saja, di iming imingi Yona, Liu akan selalu terlihat jadi anak baik.

Dan Kinal sudah memakai appron nya, perutnya terasa lapar, karna Liu yang tak sabar untuk bertemu Yona dia jadi tak sempat sarapan dulu.

"Mau masak apa?" Kata Veranda, dia ikut berdiri disamping Kinal, meninggalkan Liu yang asik dengan tontonan kartunnya.

"Eum sebenernya aku lagi pengen telor dadar tapi kayanya gak bakal enak, jadi bikin mie aja kali ya."

Veranda tersenyum gemas, hanya telor dadar saja Kinal seakan tak yakin membuatnya, dia jadi berjalan, membuka kulkas milik Kinal, dia kembali membawa dua butir telur.

"Aku bisa, biar aku yang buat." Kata Ve.

Kinal malah mengangkat sebelah alisnya dia tak yakin, karna setaunya Veranda tidak terlalu bisa memasak.

"Kalau cuman telor dadar aku bisa."
Kata Ve penuh penekanaan, membuat Kinal jadi tersenyum.

"Okok, jadi apa yang perlu aku bantu?"

"Gak usah, mending kamu duduk sama Liu disana." Veranda langsung mengulurkan tangannya bermaksud melepaskan Appron yang Kinal pakai, gerakannya yang seakan berjalan lambat membuat detakan jantungnya sendiri berdebar, saat tangannya jadi seakan memeluk Kinal membuat jarak mereka semakin dekat, dia mengutuk dirinya sendiri yang telah melakukan hal itu.

Saat Appron itu berhasil dilepaskan dan dengan salah tingkah dia mengalih fokuskan kegiatanya memasang Appronnya, karna gugup membuatnya jadi terasa sulit, Kinal langsung berinisiatif membantunya, dia mengikuti apa yang Veranda lakukan tadi, bukannya melepaskan Veranda saat Appron nya sudah terpakai, Kinal malah memeluk Veranda membuat debaran di dasar hati Ve semakin bergemuruh hebat.


"Mam-"

Liu jadi diam saat Yona menaruh telunjuknya di bibirnya, dia mendekat pada Liu memeluknya sebentar, langkah kakinya dia lanjutkan lagi, menyaksikan bahwa Kinal memang tak pernah bisa dipercaya.

Dengan santai nya dia menuangkan air kedalam gelas, meneguknya sedikit, dengan tangan yang dia lipat didepan dadanya dia masih menatap Kinal dan Veranda yang saling memeluk.

"Aku rasa Jakarta gak sedingin Bogor."

Liu yang merasakan ketegangan itu jadi berlari masuk kedalam kamar Feni.

Tubuh Kinal mematung, dia sontak langsung melepaskan Veranda, saat langkahnya ingin mendekat pada Yona, tangannya malah di tahan oleh Veranda meminta dia agar tetap disampingnya.

Yona tersenyum menyaksikan dua orang yang seakan sedang jatuh cinta dan tak saling ingin meninggalkan.

Kinal jadi bingung, dia menatap Veranda, seakan bertanya kenapa Veranda harus bersikap seperti itu tapi dia juga tak melepaskan genggaman tangan Veranda malah diam seperti orang bodoh membiarkan Yona memutar badannya berjalan meninggalkan mereka berdua.

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang