Part 25

2.5K 402 128
                                    

Matanya yang terpejam dia pandangi, ada rasa penyesalan dalam hatinya, kelopak matanya yang menghitam, terlihat sembab karna menangis, membuat dia semakin merasa bersalah.

Ntah sampai kapan, hubungannya akan seperti ini, berjalan tak tentu arah akibat sikapnya sendiri, kehadiran Veranda malah semakin membuat dia bingung, jujur saja Veranda masih ada dalam hatinya walau dia selalu dengan keras menepisnya.

Dan dia jadi semakin tidak mengerti saat Yona selalu memafkannya, tetap bertahan dalam hubungan yang semakin rumit.

"Sebenarnya aku cuman pengen kamu yang ada dihati aku, tapi waktu membuat semuanya terasa rumit." Dia berbicara pada dirinya sendiri, menatap langit langit kamar dengan tatapan yang terus mengadu.

Kepalanya dia tolehkan lagi menatap gadis disampingnya yang kini masih terpejam, dia membiarkan Yona tertidur tanpa berniat membangunkannya, kejadian kemarin membuat semuanya terasa lelah, bukan hanya Yona, tentu dia juga merasakan yang sama.

Kini dia dengan hati hati membawa Yona kedalam dekapannya, memeluk tubuh mungil Yona yang terlihat semakin kurus.

Kinal yang mencium ujung bibir Yona membuat gadis itu jadi terusik dia sedikit mendorong wajah Kinal dengan mata yang masih terpejam.

Walau ujian demi ujian dalam cinta terus ada, ntah kenapa semuanya tetap berjalan, dia tetap mencintai Yona begitu juga dengan Yona.

Dia yang selalu menunggu Yona untuk terbuka akan hubungannya tak kalah berjuang dengan Yona yang selalu sabar akan tingkahnya.

Matahari kian meninggi, hari ini dia libur, tapi Yona siang nanti pasti akan sibuk dengan urusan mahasiswanya.

"Jam berapa?" Kata Yona yang kini sedang mengucek matanya bertanya pada Kinal yang masih menaruh wajahnya begitu dekat pada Yona.

"Masih pagi, tidur lagi aja."

Mata Yona sudah terbuka, menatap kekasihnya itu. "Hm emang kamu gak laper?"

Sekecewa apapun Yona pada Kinal, rasa perhatiannya tak pernah meluntur sedikitpun, dia bukannya gadis bodoh yang selalu saja mau disakitin terus menerus, kalian akan melakukan hal yang sama seperti Yona, jika kalian sedang merasakan cinta.

"Udah kenyang liatin kamu juga."

Yona tersenyum, gombalan ala kadarnya dari Kinal membuat hatinya menghangat, dia selalu bisa meredam rasa sakitnya, mencoba membangun kembali rasa pada tiap detik dalam hubungannya, dia tidak mau hubungannya jadi hambar hanya karna badai menerpanya.

Jari jarinya menyentuh wajah Kinal, dia seakan menghitung tiap bagian pada wajah Kinal, lagi lagi senyumnya mengembang namun terlihat begitu menyakitkan, pikirannya kini mengingat bagaimana sikap Ibunya.

Dia takut kalau pada akhirnya Kinal tak mau berjuang saat Kinal tau kalau Ibunya tak menyukai hubungannya dengan Kinal.

"Kenapa?" Pertanyaan Kinal menghentikan gerakan jari jemari Yona, nafasnya dia tarik begitu panjang. Dia rasa Kinal harus tau mengenai Ibunya.

"Aku udah ngelakuin apa yang kamu minta."

"Ngelakuin? Yang aku minta? Apa?"

"Kamu masih mau kan berjuang buat hubungan ini?"

Kinal semakin tidak mengerti, dia hanya mengangguk, menjawab ucapan Yona.

"Sekalipun orang tuaku gak menyetujuinya?"

"Maksud kamu?"

"Dua hari kemaren, aku memberanikan diri buat ngomong semuanya, tentang kamu, tentang hubungan kita."

Kinal sedikit kaget, karna dia memang tidak menau soal ini,"Kenapa gak bilang ke aku? Aku kan bisa nemenin kamu."

"Aku bisa sendiri kok, ini bukti kalau aku serius sama kamu. Tapi-"
Kata Yona menggantung.

"Kenapa? Apa mamah sama papah gak bisa terima?"

Yona mengangguk, raut wajahnya langsung berubah.

Hati Kinal jadi sakit, mungkin seharusnya dia tau, perkataan Yona dulu benar, kalau orang tuanya tak akan mungkin mengiyakan hubungan semacam ini, Yona masih bersyukur dia tidak dicoret dari daftar keluarganya.

"Jadi gimana? Apa masih mau nunggu?"

Kinal tersenyum dalam rasa kecewanya, membawa kembali Yona pada pelukaanya.

"Apapun Yona apapun, buat kamu."






..
.
.





Jika hidup ingin lebih bahagia, kita memang harus lebih berjuang, terkadang hidup tak pernah sesuai apa yang kita inginkan, karna yang kita inginkan belum tentu baik untuk kita, tuhan lebih tau segalanya atas hidup kita.

Saat hubungan Lidya dan Melody masih terhalang restu orang tua, saat hubungan Yona Kinal masih terlu rumit, disini ada Shania dan Saktia yang selalu selangkah lebih maju.

Tapi siapa disangka, semuanya tak seperti apa yang kita lihat, diam diam Shania masih memeperhatikan masa lalu nya, dia terkadang merasa iba melihat Beby yang kini seperti enggan hidup.


Mereka hanya saling tatap dalam diam, mereka tidak sedang berdua, banyak mata disini, rapat antar defisi yang di lakukan tiap minggunya selalu menjadi alasan Beby untuk bisa bertemu dengan Shania.


Rapat baru saja selesai, Shania sudah membereskan semua berkasnya, dia mendorong kursi duduknya baru saja ingin keluar, tapi suara lirih yang keluar dari mulut Beby mampu membuat dia menghentikan langkahnya.

Beby melangkah mendekat pada Shania, ruangan rapat ini sudah sepi hanya tinggal mereka berdua.

"Apa kamu sibuk hari ini?"

"Gak, kenapa?"

Beby menggeleng. "Mau keluar kan? Yuk bareng."

Shania mengiyakan ajakan Beby, mereka berdua berjalan beriringan tanpa ada kata lagi yang keluar dari bibir keduanya. Sampai pada diujung koridor rumah sakit mereka berpisah, karna ruangan mereka yang berbeda.

"Eu.. Nju."

Shania membalikan badannya lagi."Ya?"

"Hati-hati."

Shania hanya tersenyum dan menggeleng membalas ucapan Beby. Rasanya hatinya menghangat, hingga dia sampai diruanganya senyumnya tak pernah pudar ada rasa bahagia yang tak pernah bisa dia jelaskan.

Saat pintu ruanganya terbuka, disana ada Saktia yang tertidur di sofa panjang yang berada di ruangan Shania. Saktia terlihat lelah, Shania mendekat mengambil majalah yang menutupi wajah Saktia.

Shania jadi berfikir, sejak kapan Saktia menunggunya? Sampai dia tertidur karna lelah menunggunya, rasa hangat karna Beby jadi hilang, dia menyentuh helaian rambut yang menutupi wajah Saktia yang terlihat serius jika sedang tertidur.

Hatinya jadi merasa bersalah, dia salah jika sampai saat ini dia belum bisa mencintai Saktia sepenuhnya.

"Maafin aku ya Ka." Lirihnya masih memandangi wajah Saktia.

























Bersambung.


#TeamVeNalID



Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang