Part 31

1.6K 434 94
                                    

Seketika Veranda menatap Kinal, dengan susah payah dia menelan nafasnya, pikirannya masih menelaah apa yang baru saja Kinal katakan. Saat semua tercerna dengan baik hatinya baru terasa nyeri, sesak, oksigen di tempat ini seakan menipis.

Yang Kinal katakan sungguh pukulan keras untuk hatinya, secara tidak langsung Kinal mematahkan hatinya, Kinal seakan menyadarinya kalau dia tak mungkin memilikinya.

Mata yang sedari tadi menatap Kinal, memerah rasanya matanya memanas, dia berkali kali mengatur nafasnya agar tak terdengar terlalu memburu.

Apa maksud Kinal mengatakan ini padanya? Pikirnya Kinal harusnya tahu kalau dia mencintai nya tapi kenapa harus mengatakan padanya? Apa Kinal sengaja membuat hatinya sakit?

"Maafin aku Ve."

Veranda masih saja diam, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dia hanya mengerti hatinya kini sakit, merasakan nyeri yang teramat sakit.

"Aku minta maaf kalau selama ini aku buat kamu berharap. Aku gak bermaksud mempermainkan kamu, aku juga gak ngerti, bahkan sampai sekarang aku masih gak ngerti kenapa kita harus kaya gini, bahkan kamu tahu aku itu pacar Yona."

Bibir Veranda masih saja terkatup enggan bersuara menyauti ucapan Kinal. Membuat Kinal menatapnya semakin dalam, lewat pantulan mata Veranda, Kinal tau kalau kini Veranda merasakan sakit.

"Tanpa kamu ngomong pun aku tahu kamu menyimpan rasa yang sama, aku memang cinta sama kamu, tapi-"

Kinal sengaja menjeda ucapannya, tatapannya semakin dalam, dia rasanya berat mengatakan ini pada Veranda, dengan suara yang cepat dia melanjutkan lagi ucapannya.

"Itu dulu, saat aku tahu kamu gak pernah suka perempuan, aku coba mundur dan melupakan kamu sampai pada akhirnya Yona datang dan merubah semuanya. Yona datang menghapus semua luka yang aku rasakan karna mencintai kamu."

Hari kian sore, langit diluar pun terasa gelap, menyisakan semburat orange pada lapisan awan-awan yang bergerak seirama dengan angin yang membawanya.

Keadaan cafe yang ramai namun seakan sepi, mereka berdua seakan sedang menyelami perasaan masing masing lewat pantulan cahaya yang dihasilkan dari tatapan yang mulai menatap tak jelas.

Tatapan matanya buram dilapisi cairan bening yang kian memanas.

"Dan saat aku sudah benar-benar menikmati cinta Yona, kamu datang tanpa aku duga. Kamu tahu aku gak pernah bisa nolak kamu bahkan sampai sekarang."

Tarikan nafas Kinal yang panjang menampakan betapa dia sangat begitu dilema akan hal yang sedang dia lakukan.

"Tapi Ve, ada hati yang sedang aku jaga, aku gak bisa begini terus, dia sudah terlalu sering aku sakiti.Bahkan kamu tau? aku dibuat terharu, saat dia memberanikan diri mengatakan pada kedua orang tuanya kalau dia mencintaiku."

Cairan bening itu meluruh bersamaan dengan Kinal yang menghentikan ucapannya, Veranda menangis.

Kinal langsung mengalihkan pandangannya, rasannya hatinya juga sakit melihat Veranda yang menangis hanya karna nya.

"Maafin aku, Nay." Dengan suara yang bergetar, akhirnya Veranda berbicara, membuat Kinal jadi menatapnya lagi.

"Maafin aku yang terlalu lama menyadari. Aku bodoh, aku munafik."

Melihat Veranda yang tersedu sesenggukan, memaksa Kinal untuk menyentuh pipi Veranda yang basah.
Senyum simpul tipis Kinal berikan dengan tangan yang terus memberikan sentuhan pada Veranda.

"Gak perlu disesali, kamu tetap orang penting dalam hidup aku, Yona gak akan bisa gantiin posisi kamu, kamu tetap sahabat terbaik aku, Veranda."



..
.
.



Ini memamg menyakitkan, namun melegakan.

Hidup memang harus memilih, hidup itu pilihan. Kita tidak bisa memilih dua-duanya atau bahkan menggantungnya tanpa tujuan.

Cinta bisa saja menyajikan berbagai warna, mendua adalah hal yang lumrah, seakan diiming-imingi pada tiap hubungan, tapi Kinal rasa memilih satu dan menetapkan hati pada satu hati akan jauh lebih baik.


Langkahnya terasa ringan, pada setiap langkahnya dia berharap Veranda semakin merelakannya, dia pun sama akan selalu berusaha merelakan Veranda.

Kini kakinya sudah menapaki kamar nya, dia tidak melihat Yona, padahal waktu sudah hampir malam, sore sudah mulai habis. Suara gemricik air di dalam kamar mandi membuat bibir Kinal tertarik untuk tersenyum.

Yona sedang mandi rupanya, dan benar saja baru saja ingin melepaskan jaket yang dia kenakan, suara knop pintu yang terbuka membuar dia harus menoleh.

Disana terlihat Yona dengan rambut yang masih dibungkus oleh handuk.

"Macet?" Kata Yona, gadis berdarah sunda itu mendekat, berdiri disamping Kinal yang kini sudah melepaskan jaket jeansnya.

"Enggak, tadi ketemu Ve sebentar." Kata Kinal jujur.

Mimik wajah Yona seketika berubah, dia hanya beroh ria dan langsung berjalan menjauh dari Kinal, sebelum kaki Yona melangkah, Kinal menahannya.

"Aku ketemu buat selesaiin semuanya."

Yona mengangkat sebelah alisnya, seakan tidak mengerti apa yang sedang Kinal katakan.

"Aku udah ngomong sama Ve, kalau sore ini aku mau lamar kamu."

"Lamar aku?"

Kinal mengangguk. "Bukannya datang ke bogor mengakui kalau aku pacar kamu sama aja kaya aku minta kamu buat jadi pendamping aku ke orang tua kamu kan?"

Yona tertawa, menurutnya ini memang menggelikan.

"Aku serius Yona, aku mau ngelamar kamu."

Suara Yona jadi terhenti, dia kini menatap Kinal yang memang terlihat serius.

"Aku gak yakin" kata Yona, dia melepaskan genggaman Kinal, berjalan, berdiri didepan cermin riasnya, dia membuka handuk yang menutupi rambutnya, menggosok rambutnya yang basah dengan handuk.

"Aku lagi gak bercanda, aku serius."

Yona masih diam, melanjutkan aktifitasnya.

"Apa aku semeragukan itu?"

Gosokan pada rambutnya dia hentikan, dia kini menatap Kinal yang berdiri tak jauh darinya.

"Memang kamu siap kalau mamah malah ngusir kamu?"

Kinal meringsikan wajahnya, Yona bukan menakut-nakuti, dia hanya ingin, agar Kinal siap akan hal pait yang akan diterimanya.

Bukan pesimis, Yona hanya khawatir. Dia takut kalau pada akhirnya Kinal akan sakit hati dan menyerah.

"Aku siap Yon, setidaknya aku udah mencoba, apapun keputusan orang tua kamu aku siap, aku gak takut. Aku akan lebih menyesal, kalau aku gak pernah mencobanya sama sekali."

"Aku tau apapun yang akan kedua orang tua kamu putuskan, aku tau kamu pasti akan dideket aku trus
."

Yona jadi tersenyum dia mendekat dan langsung memeluk Kinal.

"Aku percaya kamu pasti bisa yakinin mamah kaya kamu yakinin aku."



































Bersambung.

#TeamVeNalID

Aku pikir udah gak ada yg nunggu crita ini, ternyata kolom komen kemaren masih rame, makasih ya:)

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang