Part 37

1.5K 349 67
                                    

Perpisahan mana yang tak dirindukan. Jika setiap bayang sorot matanya selalu hadir dalam hening malam pelepas rindu.

Berharap akan ada harapan untuk kembali ke masa lalu.
masa dimana dia ada disaat dia membukakan pintu.

Dia mematung, masih menatap mobil yang perlahan hilang, orang bilang dia wanita yang tangguh, padahal hanya karna rindu dia melemah, padahal hanya karna cinta dia menangis.

Yona membawa semua hatinya, dia akan merindukan seperti aksara dalam tiap bait puisi.
jika cintanya memang untuk Yona.
ibarat anak yang akan selalu kembali ke pelukan sang ibu. Dia yakin Tuhan akan menunjukan jalan untuk Yona kembali.

"Aku akan buktiin ke kamu, kalau aku akan tetap berjuang walau sendiri."

"Aku akan nunggu sampai Mamah kamu bilang iya untuk hubungan kita, Yon."

Dia berjalan menghitung daun kering yang dia temukan dijalan, malam semakin larut, mengikis dingin yang kian terasa. Kadang dia tersenyum, bahkan air matanya menetes saat dia mengingat semua hal yang telah dia lewati bersama Yona.

Tujuh tahun bukan waktu yang singkat, dia kini sudah benar-benar menaruh hatinya pada Yona.

Kemanapun Yona pergi dia akan memasrahkan semuanya.

Sedangkan Yona lewat pantulan kaca mobilnya, memandang Kinal dalam samar, dia masih bisa melihat Kinal yang kini berjalan menjauh.

Kenapa cinta harus sesakit ini, semuanya terasa sulit saat nama keluarga dia pertaruhkan. Dan saat ini dalam pikirannya nama Veranda malah semakin menyakinkan kalau dia dan Kinal memang tak akan bersama.

Dia menyandarkan kepalanya pada mobil, kembali menatap jalanan didepannya dalam diam, Dilla sebanrnya ingin bertanya, dia terlalu penasaran akan kebingungan ini, Yona yang sama sekali tak bersuara membuat Dilla jadi segan.

Saat air mata Yona menetes dalam diamnya, Dilla menghentikan mobilnya, dia tidak tega kalau harus diam, padahal seseorang disebelahnya sedang merasakan hal yang membuatnya menangis.

"Dia musuh kamu? Dia ngerebut p
acar kamu?"

Yona menggeleng, pikir Dilla Kinal adalah teman Yona yang merebut pacar nya.

"Trus kenapa kamu nangis? Ada masalah sama temen kamu tadi?"

"Iya."

"Hm gak mau cerita?"

Yona menarik nafasnya begitu dalam, dia melihat Dilla yang menatapnya dengan serius. Lagi-lagi dia menggeleng untuk jawaban tidak akan pertanyaan Dilla.

"Yaudah kalau gitu, kita pulang"

Dilla menyalakan lagi mesin mobilnya, meninggalkan Jakarta yang menyakitkan malam ini untuk Yona.



.
.
.




Kemeja yang terlihat kusut, poni nya yang tak tertata rapih, memberi tahu semua yang melihatnya kalau dia dalam keadaan tak baik. Kakinya dengan berat melangkah mulai memasuki Aparteman yang sudah dia tinggalkan beberap hari ini.

Aparteman itu dia biarkan kosong, karna yang dia tahu Feni sedang sibuk dengan Syuting di luar kotanya, tapi saat tangannya baru saja ingin menarik knop pintu kamarnya suara Feni malah mengejutkannya.

"Ka Kinal"

Kinal langsung menoleh, dan Feni langsung memeluknya. Kinal mengerutkan dahinya, dia bingung dengan sikap Feni.

"Umi terlalu lama di bogor, aku kangen."

Rambut Feni yang tergerai Kinal sentuh, pelukan Feni dia balas tak kalah hangat. Feni memang tahu kalau Kinal akan ke Bogor bersama Yona, Feni tak tahu kalau seminggu terakhir Kinal tinggal di rumah Veranda.

Kinal menarik pelukaanya, menatap Feni, adik kecil yang kini tingginya hampir menyamai tinggi badannya."Maaf ya Fen, lupa ngabarin. Lo dari kapan di sini? Bukannya masih syuting?"

"Syuting udah selesai Umi, aku baru tadi sore sih kesini, btw ka Yona mana?" Mata Feni sedikit meneliti keseluruh ruangan, dia tak mendapat Yona, bahkan suaranya pun tak dia dengar.

Kinal diam, dia bingung harus menjawab apa.

"Eu.. Yona gak ikut, dia masih di bogor." Kata Kinal.

"Loh kok tumben? Biasanya kemana-mana, maunya ikut "

Kinal menggidihkan bahunya, dia tak mengerti harus menjawab apalagi, melihat Kinal yang terlihat ragu membuat Feni menatpnya curiga, dia mencondongkan badannya.

"Lagi marahan?" Tebak Feni.

Kinal tersenyum, rasanya sulit untuk menutupi rasa kecewanya didepan Feni.

"Lebih dari itu." Ucap Kinal lagi. Skearang dia melangkah memasuki kamarnya, diikuti Feni yang dengan segera menysulnya.

"Lebih dari itu gimana? Jangan bilanh kalian putus?! Kenapa lagi? Umi selingkuh sama ka Ve?"

"Enak aja, selingkuh, gw gini-gini juga setia."

"Hilih."
"Serius deh kenapa?"

Tarikan nafas Kinal yang berat, membuat Feni semakin menatapnya dengan intens.

"Orang tua Yona gak setuju Yona hubungan sama gw."

"Ha??? Kok bisa? Bukannya selama ini hubungan kalian baik-baik aja?"

"Orang tua mana yang mau nyerahin anaknya sama gw Fen, gw gak punya apa-apa buat bahagiain Yona."

"Umi punya cinta, Umi bisa buat mamski seneng kalau lagi dideket Umi, apa itu gak cukup?"

Kinal tertawa dengan hambarnya, mengacak rambut Feni.

"Mungkin untuk Yona cukup."

"Trus?"

"Hm materi masih bisa gw cari, cinta buat Yona juga gw pastiin ada, tapi orang tua Yona tetep gak akan bisa terima gw, karna gw bukan laki-laki."




















Bersambung.

#TeamVeNalID

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang