Part 6

2.3K 402 76
                                    

Pernikahan bukan hanya tentang dua orang yang saling mencintai tapi pernikahan menyangkut banyak orang tak terkecuali keluarga. Lagi-lagi restu orang tua adalah hal yang penting, restu orang tua menjadi hal yang paling di tunggu.

Ntah sudah berapa kali dia meredam rasa kecewanya atas sikap orang tua kekasihnya, terutama sikap dari Ayah Lidya, Ya, Melody yang selalu bertahan dalam ketidakpastian, dia menunggu akan kata "Ya" dari bibir Ayah Lidya walau sampai sekarang tak kunjung dia dengar.

Melody wanita yang sempurna, dia baik, dia cantik, dan dia mapan, Ayah Lidya tidak menyukai bukan karna hal itu, orang tua mana yang suka melihat anaknya menjalin hubungan yang tidak normal, Ayah Lidya hanya terlalu takut kalau rasa dalam diri mereka hanya rasa sesaat yang bisa kapan saja hilang, bisa kapan saja saling menyikiti dan meninggalkan.

Cinta sesama jenis bukan hal yang wajar di Indonesia, apalagi mereka adalah sebagian orang yang mengerti agama, jelas Tuhan tidak pernah membenarkan hal ini bagaimana bisa dia mengatakan iya untuk suatu hal yang Tuhan saja menolak mengiyakan.

"Ehm.. kalau gitu saya permisi, Om."

Raut tegas dengan mata sipit khas Lidya hanya berdehem mengiyakan ucapan pamit dari Melody, mungkin kalau Lidya seorang laki-laki atau Melody seorang laki-laki, dia akan dengan mudah mengatakan iya. Menolak seorang Melody bukan hal yang dia inginkan ini hanya keharusan yang dia jalankan sebagai Ayah.

Melody memasuki mobilnya, menghembuskan nafasnya begitu gusar, tak ada lagi yang bisa dia lakukan karna ini juga orang tuanya jadi menimpang keseriusan Lidya. Orang tua Melody memang sudah merestui hubungan Melody dan Lidya, mendapat restu dari kedua orang tua nya saja susah, dia akan hilang kalau sampai orang tuanya mencabut restu itu, Melody sudah menunggu hampir tiga tahun lamanya, menanti Ayah Lidya menyetujui hubungan mereka tapi keberuntungan belum berpihak padanya, mungkin memang dia harus lebih keras lagi menanti.

Dia berniat menjemput Lidya, tapi Ayah nya mengatakan kalau Lidya sudah berangkat duluan, padahal dia tau Lidya ada didalam, jadi dia sekarang menungggu dipersimpangan jalan untuk bertemu Lidya, sebenarnya saat Lidya mengatakan kalau dia meminta Melody menjemputnya dia sudah pesimis akan penolakan Ayah Lidya yang akhir-akhir ini jadi sering dirumah.

Setelah berstatus menjadi ex member JKT48, Lidya sendiri sekarang menjadi salah satu Manager di sebuah Production house (PH), rumah produksinya sudah menggarap banyak film atau hanya sekedar iklan.

Bukan hanya berstatus manager dia juga terkadang menyutradari sendiri suatu produksinya, dan kini dia sedang menyutradarai satu film dengan Veranda dan Shania yang menjadi pemainnya. Sedangkan Melody masih sibuk dengan JKT48 sendiri, tapi fokus Melody kini bukan menjadi seorang manager, tugas itu memang sudah diemban Kinal beberapa tahun terakhir, Melody lebih fokus menjadi duta Asean nya dia sering keluar negri untuk mempromosikan Jepang dan tentunya JKT48.

"Maaf ya lama, Papah lagi rese."

"Iya."

"Omongan Papah jangan dipikirin, udah biasa kan?"

Melody tersenyum, wajah dewasanya kian terlihat mempesona jika sedang menatap serius.

"Maaf ya Mels, aku belum bisa buat Papah jadi jinak."

Melody sedikit tertawa dengan suara yang terdengar dipaksakan. "Emang Papah kamu apa gitu dibikin Jinak."

Hembusan nafas dari Lidya terdengar, Lidya yang sekarang memilih memangkas rambutnya itu masih terlihat lucu dengan mata sipit nya walau umurnya tak lagi muda.

"Apa kita kawin lari aja?"

Melody yang berniat menyalakan mesin mobilnya jadi seketika memukul bahu Lidya, menatap Lidya begitu tajam "Idih, naon ceunah!"

Dibalik Layar Season 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang