chapter 27

1.3K 82 23
                                    

Myungsoo pov

Karena ulah Moonsoo, Soojung tidak jadi makan makanan yang sudah aku buat. Sekarang dia hanya berbaring diatas kasur sambil memegang perutnya. Memang dari kemarin dia sedikit berbeda ,dari dia yang memanggilku oppa lalu membantahnya (padahal aku sudah lama menunggunya memanggilku seperti itu) sampai dia tidak jadi makan padahal dia biasanya tidak akan memperdulikan perdebatanku dengan Moonsoo dan lebih memilih menyantap makanannya.

Aku tidak marah dengannya atau lebih tepatnya aku tidak jadi marah. Setelah mendengar pengakuannya tadi malam membuatku mengurungkan niat untuk menyerah. Kenapa aku harus menyerah disaat kami mempunyai rasa yang sama. Aku akan membuat nenek lampir itu jujur padaku bagaimanapun caranya.

Aku berjalan mendekatinya. Jujur aku kasihan melihat dia kelaparan seperti itu tapi disisi lain aku juga merasa senang melihat wajahnya seperti anak kecil. Dia menjadi sangat imut.

"bukankah kau lapar?"

"hmm"

"Lalu kenapa kau tidak makan?"

"Tidak mood."

"Dasar labil"

Dia tiba-tiba terduduk dan langsung menatapku tajam. "Berhentilah mengejekku. Kau ini hobi sekali membuatku kesal"

Aku hanya terdiam membiarkan dia terus mengomel, nanti dia juga lelah sendiri. Dia berhenti saat suara yang berasal dari perutnya lebih besar daripada omelannya. Aku bisa melihat wajahnya yang berubah menjadi merah padam.

"Jangan tertawa. Jika kau tertawa aku akan membunuhmu!" Bentaknya

"Hei!! Kenapa kau sensi sekali? Bahkan dari tadi aku hanya diam mendengar omelanmu!" Obat apa yang dia makan kemarin sehingga membuatnya makin mirip dengan nenek lampir.

"Kenapa kau malah membentakku?"

"Kau yang duluan"

Dia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Jika melihatnya seperti itu membuatku merasa bersalah.

Aku mengacak-acak rambutku. Bingung apa yang harus kulakukan, Soojung yang ada didepan ku sekarang seperti bukan Soojung saja. Benar-benar aneh. Ntah sudah berapa kali aku mengatakan itu.

"Maaf jika aku membentakmu" ucapku. Kali ini aku akan mengalah untuk membuatnya senang.

"Minta maaflah dengan ikhlas" Bagaimana bisa aku suka dengan wanita menyebalkan ini. Mungkin hatiku sudah rusak, jadinya tidak bisa memilih yang mana yang bagus dan tidak.

"Baiklah, Kim Soojung maafkan aku. Sungguh aku tidak berniat benar-benar membentakmu"

"Baiklah aku memaafkanmu. Tapi ada satu syarat, kau harus memasak omelet untukku"

"Kau makan saja apa yang tadi kumasak"

"Pokoknya aku tidak mau tau, kau harus masak omelet untukku" ucapnya lalu mengalihkan pandangannya dariku.

Dosa tidak ya, jika aku membunuh istri sendiri. Dia benar-benar membuatku emosi, seenaknya memerintahku seolah aku adalah pembantunya. Tapi tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali memenuhi perintahnya.

"Baiklah" Saat aku ingin melangkah keluar tiba-tiba dia menahan tanganku

"Ada apa lagi?" ucapku kesal

Bukannya balasan yang kudengar malah kecupan yang kudapatkan. Aku hanya terdiam, tidak tau harus melakukan apa ini sangat mendadak. Sedangkan dia menundukkan kepalanya dengan wajah yang sudah berubah merah padam.

Aku menyentuh dahinya dengan punggung tanganku. Tidak panas.

"Sudah masak saja sana" Soojung mendorongku menjauh darinya.

Lagi-lagi tingkahnya membuatku bingung apa yang sebenarnya sedang terjadi. Tidak ingin mengambil pusing aku kembali melangkahkan kakiku keluar menuju dapur untuk memasak keinginan Soojung.

**
Saat Soojung menunggu makanannya datang didalam kamar dia merasakan ada yang aneh dengan perutnya, awalnya dia pikir mungkin karena tidak ada makan tapi nyatanya bulan sedang mengunjunginya.

Dia sedikit merasa lega, karena dari tadi dia menjadi sensitif alasannya adalah itu bukan yang lain. Dia takut jika dugaan Moonsoo itu benar, dia belum siap menjadi seorang ibu jika tingkahnya saja masih seperti anak kecil.

"Hya!! Jung Soojung keluarlah!!" Laki-laki itu benar-benar bisa membuat perasaan Soojung campur aduk, kadang bahagia kadang kesal tapi Soojung tidak mengelak bahwa karena tingkah nya lah Soojung merasakan sesuatu yang berbeda dari dalam hatinya.

"Mwo?!" teriak Soojung setelah keluar dari kamarnya

"Makananmu sudah siap"

Soojung mengulurkan kedua tangannya tepat didepan wajah Myungsoo "Mana?" tanyanya

"Didapur"

"Kenapa kau tidak membawanya kemari?"

"Hey, aku bukan budakmu yang bisa kau perintah begitu saja. Aku sudah membuatkan makanan yang kau minta jadi kau sendiri lah yang harus mengambilnya"

"Menyebalkan sekali, padahal kau juga jalan kesini kenapa tidak sekalian saja"

"Malas. Seharusnya kau berterima kasih kepadaku karena aku sudah meluangkan waktuku yang sangat berharga untuk melayanimu"
Bukannya menuruti perintah Myungsoo, Soojung malah berjalan turun sambil menyenggol bahu Myungsoo dengan sengaja.

Diatas meja sudah ada omelet yang dia mau dan juga makanan yang tidak jadi dia makan tadi. Seketika dia langsung mengambil keduanya dan menyantapnya dengan semangat.

"Enak" gumamnya

Tidak terasa jika sudah habis hanya dalam waktu yang singkat seperti tidak makan selama seminggu.

"Aku masih lapar"

"Perutmu sebenarnya terbuat dari apa sih?" Soojung menolehkan kepalanya kebelakang melihat Moonsoo yang sedang berjalan kearahnya.

"Jangan menghinaku, kau sendiri juga seperti itu"

Setelah itu hanya keheningan yang terjadi, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing karena mereka tidak tau harus berbicara tentang apa lagi. Sampai Moonsoo memecahkan suasana saat dia mengingat sesuatu yang sangat penting.

"Kau tau bahwa sainganmu diluar sana sangat banyak?"

"Aku tahu itu mereka sangat iri dengan kecantikanku ini"

"Pabo, bukan itu yang kumaksud" ucap Moonsoo sambil menjitak kepala Soojung.

"Sakit tau"

"Kau tau kan suamimu itu banyak yang menyukai nya apa kau tidak khawatir jika suatu saat nanti dia akan berpaling darimu?" Soojung hanya terdiam, tentu saja dia khawatir. Dia tidak ingin jika Myungsoo nanti akan meninggalkannya demi wanita lain.

"Melihat reaksimu seperti ini aku yakin jika jawabannya adalah iya. Kalau begitu aku akan memberimu saran"

"Apa? Tapi berjanjilah kalau itu bukan saran yang aneh"

"Kau harus menghilangkan gengsi mu"

"Aku tidak mengerti"

"Kau ini benar-benar bodoh ya. Maksudku hilangkan tingkahmu yang menyebalkan itu, yang seolah-olah kau ingin menjauh darinya"

"Itu tidak akan mengasikkan"

"Kalau begitu jangan salahkan aku jika nanti hyung akan meninggalkanmu karena tingkahmu" Moonsoo berjalan menjauh membuat Soojung bingung harus memanggilnya atau bagaimana.

"Tunggu sebentar. Baiklah aku akan menurutinya, tapi kau harus membantuku"

"Deal"

Tbc....

***
Yeay aku kembali...
Maaf beribu-ribu maaf jika aku lama banget updatenya, jujur aku kehilangan ide waktu itu membuatku harus menunda.
Aku ingin menanyakan pendapat para readers, lebih bagus mana aku update setiap menulis 1 chapter atau aku selesaikan cerita ini baru aku update setiap minggu? Aku butuh sarannya ya 😊

Love you all💕




















MY HUSBAND MY ENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang