#Small_Hours part 5
Sok playboy yang merepotkan Tata Usaha
Jadi kapan tepatnya hubungan Iva dan Ryo kacau balau tidak jelas alang ujurnya?
Hmmm...
Tak lama setelah pertemuan di mall itu, segera setelah mereka masuk sekolah lagi memulai semester dua.
Bagaimana bisa menjadi kacau?
Well, Iva sendiri tidak paham betul bagaimana. Yang Iva ingat, Iva meminta Uli memberitahu Ryo tentang perasaannya. Iva yang polos menuju oon, yang terlalu banyak membaca komik Jepang, yang terlalu banyak menonton film drama remaja. Uli tidak terlalu banyak membantu, karena sejujurnya Uli bahkan lebih polos menuju oon dibanding Iva. Uli ikut merasa itu ide brilian.
Reaksi Ryo di luar dugaan. Dia tampak kaget dan langsung berlari pulang tanpa merespon pernyataan Uli.
"Dia cuma terlihat kaget dan bingung, Va. Lalu teriak pelan 'Aaaaaaaargh!' gitu. Balik badan dan lari pulang."
"Apa itu berarti aku ditolak?"
"Aku khawatir begitu, Va...."Iva merasa sangat malu. Dia merasa ditolak. Dia menghabiskan dua minggu ke depan dengan menangis dan cemberut. Sedih sekali rasanya. Kenapa Ryo berlaku begitu? Tidak bisakah dia menjawab ya atau tidak?
Iya, iyaaa.. Iva tahu dia juga salah, bisa-bisanya berlaku norak sedemikian rupa. Tapi, tapi, Iva saat itu masih bocah. Bocah banget. Bangeeet. Mana dia paham kalau kelakuannya berlebihan. Menyuruh Uli membisiki Ryo tentang perasaannya.
Maka keesokan harinya dia mulai menjauhi Ryo. Bahkan mengajak Uli pindah ke bangku depan. Saat itu Iva mengira aksinya bisa menyelamatkan mukanya.
Ryo sempat bertanya, "Va, kok sekarang kamu tiap kali aku deketin langsung kabur?"
Mungkin sikap Iva terlalu jelas, karena Iva juga berusaha menghindari berkumpul dengan teman-teman yang lain bila ada Ryo di sana.Terlanjur malu, Iva tidak menjawab apapun. Sebagai anak remaja usia 16 pada masa itu yang masih polos, Iva menganggap bahwa perasaan tidak berbalas adalah hal yang memalukan. Padahal kan sangat memalukan dan menyedihkan ya. Plus hilang gengsi atuuuuh wakakakaka...
****
Karena Iva pindah ke depan maka formasi duduk yang biasa berubah. Sekarang Ryo duduk dekat dengan May, kembang sekolah yang kebetulan satu kelas dengan mereka. Dan semester yang terasa sangat panjang dan mengesalkan bagi Iva pun dimulai.
Sebelumnya sudah diceritakan, kan? Mengenai Ryo yang sering bersikap sok playboy terhadap anak cewe yang lain. Ini juga membuat Iva takjub, bagaimana mungkin orang dengan tingkat kemasaman akut seperti Ryo, bisa-bisanya menjelma jadi cowo yang sok charming dan sok playboy.
Tapi ternyata itulah kehebatan Ryo. Dia bisa jadi charming kalau dia mau. Dia bisa kecut dan tajam kapanpun dia suka.
Nah, sepanjang semester dua ini Ryo melakukan aksi sok playboy-nya terus menerus kepada May. Mereka sering ditemukan ngobrol berdua, cekikikan, bahkan tidak jarang Roy memegang-megang lengan May yang putih mulus berbulu halus itu. Tak jarang juga Ryo terlihat merangkul-rangkul bahu May. Uuuugh, pokoknya ngeselin deh!
Dengan menyesal Iva menilai Ryo ternyata cowo 'gampangan' yang tidak bisa menahan tangannya dari hal yang bukan jadi haknya. Eh, emang ada ya istilah cowo 'gampangan'? Hahaha, pokoknya seperti gitu deh. Maaf ya Ryoo...
Iva, standar-standar gini (ga mau ngaku jelek mah), punya batasan khusus mengenai masalah pelukan dan sentuhan antara teman lawan jenis.
Yang membuat Iva kesal bukan semata-mata cemburu, bahkan Iva rasanya tidak merasakan itu lagi sama sekali. Iva kesal karena Ryo seperti memanfaatkan keakraban dengan May sebagai pengumuman khusus kepadanya bahwa Iva bukanlah cewe yang dia sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Small Hours
Teen FictionRanking #1 amatir (7/7/18) Ranking #3 komitmen (11/7/18) Ranking #133 sekolah (8/7/18) Ranking #138 teenlit (8/7/18) Kesan pertama Iva ketika melihat Ryo sewaktu di SMP adalah : ga banget. Ryo yang terkesan songong, jutek, sok playboy, sok keren bet...