part 21

155 19 14
                                    

#Small_Hours part 21

"Waiting.
Simply one person doing nothing, over time, while another approached. Waiting was a heavy word."
"Menunggu.
Seseorang benar-benar tidak melakukan apapun, selama waktu itu, sementara seseorang yang lain mendekati. Menunggu benar-benar kata yang berat."
(Atonement,Ian McEwan)

Srek.

Iva merasakan ada seseorang berdiri di belakangnya. Iva menoleh.

Kautsar, dengan gaya khas kedua tangan di dalam saku celananya. Menunduk menatap Iva.

Suara Iva yang hampir menumpahkan semua unek-unek tentang cowo yang tengah menatapnya itu tertahan di kerongkongan.

"Iva? Ada apa?" Ryo kembali bertanya di ujung sana.

"Euh..."

****

Iva menutupi gagang telepon dengan tangannya. Mengangkat alis lalu bertanya berbisik pada Kautsar, "Mau pake teleponnya? Ato lagi nunggu telepon?"

Cowo itu mengangguk, "Iya, katanya orang rumah mau telepon sebentar lagi. Gapapa, nanti aja seudah kamu selesai. Tadinya aku kira kamu ga kan make telepon lagi."

Oow, mungkin maksud dia tadi sesudah Iva menelepon Salman.

Iva tahu, telepon dari rumah Kautsar lebih penting dari telepon curhatan pada Ryo. Lagipula tidak mungkin kan dia melanjutkan curhat sementara orangnya ada dekat situ. Membuat hasrat curhat menguap saja. Maka dia kembali mendekatkan mulut pada gagang telepon.

"Halo, Ryo? Maap ganggu, tapi aku -emh- nanti telepon lagi, ya. Ini -euh- temen kost-an aku lagi nunggu telepon interlokal."

Kan tidak mungkin menyebut nama Kautsar sekarang. Kautsar pasti heran kenapa teman Iva sampe perlu tahu siapa yang mau memakai telepon. Lagipula, Iva khawatir Ryo akan menggodanya tentang Kautsar.

"Owh, gitu? Okeh. Nanti telepon lagi ya, Va?" kalau Iva di SMA dulu, mungkin akan geer mendengar nada suara Ryo yang seperti sedikit kecewa. Tapi Iva yang sekarang, sudah tahu dimana tempat dia berdiri ; teman baik Ryo.

"Iya, nanti aku telepon lagi. Janji. Byee..."

Klik.

Iva bangkit berdiri. Mempersilakan Kautsar duduk di depan telepon. Cowo itu mengangguk berterimakasih.

Iva sudah setengah berjalan ke pintu sewaktu Kautsar memanggil lagi.

"Eh, Iva?"

Iva berbalik, "Ya?"

"Seudah aku nerima telepon, kamu -emh- mau cari makan malam bareng?" suaranya sedikit tidak yakin.

Whaat??
Ulalaa...!

Iva merasakan mulutnya mangap di luar kendali. Cepat-cepat dia katupkan kembali, khawatir Kautsar akan menganggap itu tidak anggun.

Oke, mari berpikir cepat. Baiklah, Kautsar dulu. Menelepon Ryo kembali, urusan belakangan. Sate dan lontong yang kadung titip dibelikan pada Akbar dan Ardi, bisa dijadikan cemilan tengah malam.

Small HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang