part 20

159 20 20
                                    

#Small_Hours part 20

"I could not unlove him now, merely because I found that he had ceased to notice me."
"Aku tidak dapat tidak mencintai dia sekarang, hanya karena aku mengetahui bahwa dia berhenti memperhatikanku."
(Jane Eyre, Charlotte Bronte)

"Va, aku mau nagih."

Iva celingukan. Merasa tidak punya hutang.

"Nagih apaan?"
"Jawaban kamu." Ardi menatap lurus mata Iva. Iva mengerjap, tidak menyukai tatapan Ardi yang terlalu intens.
"Jawaban apa?"
"Yang dulu pernah aku tanyain. Aku suka sama kamu. Sekarang jawaban kamu, gimana?"

Iva tercekat. Apa-apaan Ardi ini?

Di ujung teras sebelah sana, tertangkap oleh ujung mata Iva, Kautsar keluar dari kamar, lalu menoleh ke arah mereka.

Matanya berkilat saat melihat dia dan Ardi berdiri berdekatan.

                                 ****

"Apaan sih, Di? Becanda mulu." Iva menjauh dari Ardi. Ardi menegakkan punggungnya, tampak tersinggung.

"Aku ga becanda, Va. Ga pernah becanda untuk masalah ini." katanya, lalu terdiam sebentar sebelum memicingkan mata menatap Iva,  "Kamu ngarep aku becanda, ya? Sayang sekali, aku serius, Va."

Iva salah tingkah. Otaknya tidak bisa berpikir dengan benar. Diliriknya Kautsar terlihat menuju kamar mandi.

"Ardi..."

"Kamu bikin aku kelamaan nunggu. Ayolaah... Apa jawaban kamu?"

Kautsar sudah kembali dari kamar mandi. Berjalan menuju kamarnya, tanpa melirik sedikitpun ke arah mereka.

"Va!" Ardi memanggil dengan nada sedikit keras, membuat Iva tersadar dan berpaling dari Kautsar.

"Di," sejujurnya Iva bingung bagaimana menyampaikan jawabannya, dia pernah ditolak dan itu rasanya menyakitkan, maka dia hanya sanggup berdehem berkali-kali sebelum lanjut berkata, "aku selalu menganggap kamu temen baik selama ini."

Dan adegan dimana dia menelepon Ryo, menyatakan perasaannya, dan mendapat jawaban serupa dengan yang baru saja dia ucapkan kepada Ardi,  terbayang kembali.

Ada denyut sedih di jantungnya.

Iva mendadak kasihan pada Ardi. Tapi dia tidak tahu harus bagaimana. Maka Iva hanya menunduk memperhatikan ujung sepatunya yang ditempeli debu.

Terdengar Ardi menghela nafas. Berat dan kasar.

"Bukan Ryo, kan? Yang sekarang kamu pikirin? Bukan Ryo, kan? Tau ga, Va, Kautsar itu suka sama Arin. Kamu kira aku bohong, ya? Ga, Va, aku ga bohong. Tanya Akbar sana! Akbar tau karena Akbar sekamar dengan Kautsar."

Kemudian dia berbalik dan pergi. Iva mengangkat wajah, tercengang. Tidak menyangka sama sekali reaksi Ardi demikian kekanak-kanakan.

Lalu perkataan Ardi tentang Arin dan Kautsar, bagi dia terasa lebih meresahkan dibanding kemarahan yang ditunjukkan cowo itu terhadap Iva.

Small HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang