#Small_Hours part 19
"Love is something that never happens if you plan it. It happens at the most uncertain time and when you were least expecting it. A slight brush of someone's hand can make you fall in love. The simple words which your heart desires to hear can make you fall in love."
"Cinta adalah suatu hal yang tidak dapat direncanakan. Ia terjadi ada saat yang paling tidak diduga dan saat kamu tidak mengharapkannya. Sebuah sentuhan ringan dari tangan seseorang bisa membuat kamu jatuh cinta. Kata-kata sederhana yang diinginkan hatimu untuk didengar bisa membuat kamu jatuh cinta."
(Broken Hearts, Sonysa)"Ya, kamu, Rin! Sama Kautsar. Emang kamu ga ngeh gitu Kautsar merhatiin kamu? Coba inget-inget, Kautsar paling sering bantuin kamu, kan? Lebaran kemaren yang dia telepon cuma kamu. Terus dia berenti pedekate ke temen kamu itu juga, kan? Soalnya dia justru ngincer kamu."
Iva dan Arin terkesiap bersamaan.
"Masaa??" Arin tertawa melengking, jelas sekali salah tingkah.
Iva melirik ke arah Akbar, setengah meminta konfirmasi. Akbar teman sekamar Kautsar, pasti lebih mengetahui kebenarannya. Sayangnya Akbar sedang tidak melihat ke arahnya.
Di luar kendali, Iva merasakan telapak tangannya menjadi sangat dingin. Sementara sudut matanya menghangat.
Ryo. Iva merasakan dorongan untuk berbicara kepada Ryo. Sesegera mungkin.
****
Tapi tidak mungkin menelepon Ryo sekarang. Listrik belum menyala. Iva takut harus ke ruang tv seorang diri. Lagipula, apa yang akan dia bicarakan pada Ryo? Iva bahkan belum memahami apa yang sebenarnya terjadi saat ini.
Iva duduk perlahan di atas kursi yang kosong. Akbar, Ardi dan Arin berkumpul di atas karpet tidak jauh dari kakinya. Suara Arin yang melengking manja sedikit menyakiti telinga Iva.
Mereka bertiga masih sibuk berbisik-bisik keras bermuatan rumpi tentang Arin dan Kautsar.
"Iva kok diem aja?" terdengar Akbar bertanya. Iva mengerjap kaget.
"Ya," Iva berdehem kecil, "aku kan lagi dengerin Ardi."
"Kirain kamu syok, Va." Ardi menatap Iva, agak terlalu dalam. Iva memalingkan wajah, menatap Arin yang sekarang menengok ke arahnya juga.
"Nah loh, Arin. Gimana tuh, ada lagi penggemar baru." dan sepertinya tawa yang Iva paksa keluarkan cukup terdengar natural. Arin yang semula memandangi Iva dengan keheranan, langsung berubah sumringah.
"Ah, ini kan baru teori Ardi. Belum tentu juga, kan. Tapi aku ga nyangka banget loh kalo Kautsar emang bener suka aku." dia bahkan tidak berusaha menyamarkan nada geer dan bangga dalam suaranya. Iva tertawa kecil. Entah kenapa tawa manja Arin jadi terdengar berlebihan. Mengganggu sekali.
Listrik menyala kembali. Semua berteriak senang.
Iva bangkit, "Tar aku ambil kue." dan berjalan menuju kamarnya. Saat membuka kunci, Akbar keluar dari kamar Arin. Menghampiri Iva.
Setelah pintu terbuka Iva masuk, mengambil toples kue. Akbar ikut masuk berdiri dekat pintu yang masih dibiarkan terbuka.
"Gimana,Va?"
"Apanya?"
"Kautsar dan Arin."
"'Gimana' gimana maksudnya? Ya biarin aja. Walau aku agak heran sih, Kautsar kok maksain banget suka ke Arin yang jelas-jelas punya pacar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Small Hours
Teen FictionRanking #1 amatir (7/7/18) Ranking #3 komitmen (11/7/18) Ranking #133 sekolah (8/7/18) Ranking #138 teenlit (8/7/18) Kesan pertama Iva ketika melihat Ryo sewaktu di SMP adalah : ga banget. Ryo yang terkesan songong, jutek, sok playboy, sok keren bet...