#Small_Hours part 28
"I love you without knowing how, or when, or from where.
I love you straightforwardly, without complexities or pride;
so I love you because I know no other waythan this: where I does not exist, nor you,
so close that your hand on my chest is my hand,
so close that your eyes close as I fall asleep.""Aku mencintaimu tanpa mengetahui bagaimana, atau kapan, atau dari mana.
Aku mencintaimu dengan lugas, tanpa kerumitan atau kebanggaan;
jadi aku mencintaimu karena aku tidak tahu cara lain dari ini:ketika aku tidak ada, demikian juga engkau,
begitu dekat sehingga tanganmu di dadaku adalah tanganku,
begitu dekat sehingga matamu menutup saat aku tertidur."
(Pablo Neruda)"Hey." Kautsar kembali menangkap tangannya, "Aku belum selesai."
Iva berhenti dan menghadap cowo itu lagi. Menunggu.
"Supaya kamu bisa mutusin aku, kita sambungin sekarang aja ya? Anter aku ketemu bapak kamu. Aku udah siap membangun ruangan kaca itu sekarang. Kalo udah nyambung, kita liat, kamu masih mau putus ato ga."
Iva bengong.
"Iva?"
"Ya!"
"Anter aku ketemu orangtua kamu. Aku mau lamar kamu, dan aku ga mau ada penolakan lagi kali ini."
Wait. Whaat???
*****
"Hah?"
Kautsar menegakkan punggung. Menatap Iva lekat-lekat. Ekspresi wajahnya menyiratkan : serius? Kamu masih ga denger?
Tapi Iva mendengarnya. Jelas sekali. Kautsar mengajukan permintaan seperti yang pernah diucapkan tiga tahun yang lalu. Masih sedikit syok dan bingung, Iva menggeleng-gelengkan kepala. Berusaha membuat otaknya fokus.
"Tsar..."
"Aku serius. Aku siap."
"A-aku cu-cuma cemburu...ga harus gini juga kali..." tergagap-gagap Iva menyahut.
"Ini ga ada hubungannya lagi sama Rena dan rasa cemburu kamu. Ini tentang aku mau melanjutkan hubungan kita." dan saat dilihatnya Iva mulai membuka mulut untuk membantah, dengan cepat ditambahkannya, "Aku siap, inshaa Allah. Aku selama ini mempersiapkan diri buat kamu. Buat kita."
"Aku belum selesai kuliah."
"Nanti aku bantu supaya cepet selesai."
"Kamu belum selesai!" Iva menuding. Cowo itu tersenyum cool.
"Pokoknya aku minta anter ketemu orangtua kamu. Ya?"
Iva menunduk, perasaannya masih kacau.
"Hey." Kautsar menyentuh lengannya lagi, "Itu juga kalau kamu masih berminat."
Ya ampuun!! Tentu saja masih! Dasar freezer tidak peka.
Iva merengut. Kautsar tersenyum lebar.
"Jadi gimana?"
"Apanya?" suara Iva melembut, tidak garang lagi.
"Bolehkah aku melanjutkan tanggung jawab yang sebelumnya merupakan tanggung jawab Bapak atas kamu?"Iva tidak tahu bahwa wajahnya bisa lebih panas lagi. Cowo ini! Luarbiasa, bagaimana kata-kata seperti itu bisa keluar dari seseorang yang biasanya begitu dingin, kaku, dan irit bicara?
KAMU SEDANG MEMBACA
Small Hours
Teen FictionRanking #1 amatir (7/7/18) Ranking #3 komitmen (11/7/18) Ranking #133 sekolah (8/7/18) Ranking #138 teenlit (8/7/18) Kesan pertama Iva ketika melihat Ryo sewaktu di SMP adalah : ga banget. Ryo yang terkesan songong, jutek, sok playboy, sok keren bet...