#Small_Hours part 11
"Think only of the past as it's remembrance gives you pleasure."
Ada stasiun tv baru, logonya ikan terbang. Stasiun tv itu bernama Indosiar. Menariknya, stasiun tv tersebut menayangkan drama dari negeri Jepang.
Waktu kecil, Iva ingat ada drama Oshin dari Jepang yang ditayangkan TVRI. Sering juga numpang menonton video di rumah sepupunya yang mempunyai pemutar video. Film-film Jepang yang ditonton biasanya adalah Gogle V, Voltus V, Candy-candy dan banyak lagi.
Yang diputar di Indosiar drama percintaan. Judulnya Tokyo Love Story. Dengan segera, drama itu booming dan jadi pembicaraan diantara teman-teman Iva.
Sayang sekali audionya di-dubbing. Padahal Iva suka sekali mendengar bahasa Jepang. Iva bertekad suatu saat nanti akan belajar bahasa Jepang.
Lia memasang wajah sabar saat Iva menceritakan cita-citanya, kemudian berkata, "Oke, oke, jadi kamu bercita-cita menjadi ahli bahasa Jepang yang juga mengumpulkan kucing-kucing jalanan yang terlantar serta traveling ke seluruh dunia. Aku paham. Tapi kalo kamu lagi traveling, siapa yang ngurus kucing-kucing?"
Iva ngakak, lalu memukul lengan Lia perlahan dengan sebal.
Uli datang mengintip dan langsung masuk begitu melihat mereka, "Ada berita apa yang baru?" tanya Uli.
"Iva mau adopsi kucing-kucing di seluruh dunia yang belajar bahasa Jepang." jawab Lia geli. Dih, ngeselin!
Iva melanjutkan menulis peer matematika yang belum selesai. Dia semalam hanya mampu mengerjakan sebagian. Pagi ini, dibantu buku peer Nia, pasti bisa selesai. Jurus pamungkas selalu buku peer Nia. Haha, nyontek ceritanya mah.
"Aku dituduh ngeceng Arif!" cetus Uli tiba-tiba dengan nada kesal, melanjutkan percakapan. Iva mengangkat wajah dengan heran. Tangan Lia yang hendak menyuapkan gorengan terhenti di udara.
"Haaaaah???" hampir bersamaan Lia dan Iva bersuara.
Arif adalah anak kelas Fisika 4. Kelasnya tepat sebelah kelas Uli.
Uli merengut, persis emoji sedih di masa sekarang, "Iyaaaa...si Arif cerita ke Yeni, temen sekelas aku, kalo aku keliatan ngeceng dia."
"Tapi kamu kan engga ngeceng Arif, Uliiiiii...." Iva memberitahu. Uli melirik sebal, "Iya, aku tau aku engga ngeceng Arif laaah. Masa aku ngeceng orang sampe ga tau!"
"Gimana ceritanya kamu bisa tiba-tiba dituduh begitu, Li?" tanya Lia.
"Katanya aku sering keliatan geer kalo ketemu dia. Suka nunduk malu kalo dia ajak senyum. Terus suka lewat-lewat ke depan kelas dia terus. Aku kan mau ke sini, ya pasti kelas lewat kelas dia!!! Kok bisa-bisanya sih kepedean kayak begitu. Ya ampuuuun, ngeseliiiiin...." lalu Uli menangis, yang susah dibujuk untuk berhenti walau Iva menawari dia gorengan hangat.
Anggi muncul. Keheranan melihat Uli nangis bombay, "Idiiiiih, kenapaa..??"
Iva mengulangi cerita Uli. Anggi ngakak. Semua memandang dia dengan tatapan perpaduan heran dan sebal, "Kok ketawa?"
"Ini kan cerita lucu, kenapa ga ketawa? Kan lucu kalo orang lain lebih tau kita ngeceng dia, dibanding kita sendiri. Arif ajaib juga ya, sibuk ngehayal sendiri sampe punya kesimpulan Uli ngeceng dia. Mbok ya ngomong. Nanya gitu ke Uli."
Betul juga.
Kali ini Anggi lanjut menghibur Uli, dan tampaknya berhasil karena Uli akhirnya mau memakan gorengan yang tadi Iva sodorkan.
Angan-angan memang tempat yang berbahaya. Karena itulah Iva selama ini selalu berusaha tidak berangan-angan tentang Ryo. Khawatir menjadi sesat seperti Arif kepada Uli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Small Hours
Teen FictionRanking #1 amatir (7/7/18) Ranking #3 komitmen (11/7/18) Ranking #133 sekolah (8/7/18) Ranking #138 teenlit (8/7/18) Kesan pertama Iva ketika melihat Ryo sewaktu di SMP adalah : ga banget. Ryo yang terkesan songong, jutek, sok playboy, sok keren bet...