ke Sekolah

26 6 0
                                    

" aku semangat, karena ada kamu.
Entah ini perasaan suka, atau apa. Aku tidak tahu.
Yang jelas aku mulai sibuk memikirkan kamu semenjak kejadian seminggu lalu,
Saat kamu menolongku dengan wajah dinginmu."
Laura

" Laura? " ucap Mia yang kaget melihatku masuk sekolah pagi itu.
" hai." Sapaku padanya dan juga ke yang lainnya.

" kakimu udah sembuh, Ra?" Tanya Andien.

" iya, udah mendingan."

Andien berjalan mendekatiku, lalu memelukku.

" aku rindu." Ucapnya.

"Me too!" jawabku

Kulepas dekapannya, lalu berjalan menuju bangku tempat biasa aku duduk.

Terlintas nama Alex di kepalaku, bagaimana kabar anak itu? Apa dia masih ingat kejadian minggu lalu? Apa dia gak kangen aku?  
Ah, banyak pemikiran mengenai dia, yang justru tidak masuk akal.

Dan aneh saja, aku merasa jika aku sudah terbawa perasaan dengannya. Mungkin memang seperti itulah aku, yang mudah menyukai orang hanya dengan kesan pertama. Tapi itu berbeda saat bersama Alex.

" aku mau ke perpustakaan." Ucapku pada Mia yang sebenarnya ingin mengajakku ke kantin saat istirahat makan siang .

" oh ya udah, aku tinggal ke kantin dulu ya?" Ucap Mia.

" iya."

Mia dan Andien ke kantin.  mereka hanya tau jika aku ingin pergi ke perpustakaan untuk sekedar membaca atau mungkin meminjam buku disana. Tapi bukan, tujuanku lain. Aku kesana karena ingin mencari Alex yang memang kelasnya bersebelahan dengan perpustakaan. Entah sejak kapan pemikiran modus itu merasuki otakku. Bahkan aku lupa batasan dimana dulu aku sangat membenci Alex, tetapi sekarang tak sedikitpun rasa kebencian itu terbesit dalam hatiku.

" kak Alex kalau istirahat gini di kelas atau ke kantin ya?" Gumamku sambil terus berjalan menuju perpustakaan.

                         
Sesampainya diperpustakaan aku bahkan tidak melihat batang hidung Alex sama sekali.

" ya Tuhan, apa sebegitu sukanya aku dengan dia?" Gumamku lalu menepuk jidatku sendiri.

Menunggu Alex keluar dari kelasnya memang kurasa mustahil saat itu. Daripada aku termenung menantikan hal yang tak pasti, lebih baik aku masuk mengalihkan fikiran dengan membaca buku di perpus.

" sekolah membangun perpustakaan bukan untuk modus, Ra." Ucapku pada diri sendiri.

" lagian kalau jodoh, ntar juga ketemu." Sambungku

Aku berjalan mondar-mandir disana layaknya orang gila kehilangan uang. Entah ada yang memperhatikanku atau tidak. jika ada, yang jelas dia akan tertawa heran dengan tingkahku.

Ddeeepp......

" ya Tuhan, itu kak Alex kan?"
Aku terpanah melihat Alex ada disana. Di perpustakaan.

" tuh kan, aku bilang apa. Kalau jodoh gak bakalan kemana." Gumamku.

Aku berjalan mencari celah yang pas untuk menguntitnya. Dan aku berhasil memandangi dia tanpa harus takut ada yang curiga.

" kalau lagi alim gini, kak Alex tambah ganteng ya." Gumamku.

" eh eh, dia kok jalan ke arah sini." Ucapku kebingungan.

Aku gugup, salah tingkah, dan tidak tau harus apa.

" apa aku senyum sama dia aja ya? Tapi, kalau dia cuek gimana? kalau aku sapa dia, ntar dia gak akan nengok! Ah... aku harus gimana?" Gumamku sambil menggigit jari telunjukku.

Nafasku semakin sesak saat aku dikagetkan Alex yang tiba-tiba sudah berada di sampingku. Aku gugup, dan itu sudah jelas dari bagaimana reaksiku padanya.

Dia melihatku sekejap, lalu mengalihkan pandangannya ke buku-buku yang ada dihadapannya.

" em... kak Alex?" Ucapku.

Dia melirikku sebentar, lalu kembali menghadap depan.

" bisa bantu aku ambilin buku? Soalnya tangan aku gak sampai."  Ucapku dengan nada agak terburu.

dia melihatku lalu menghadap pada buku yang kutunjuk dengan jariku.

Dia berjalan kearahku, dan aku sangat senang. Akhirnya adegan-adegan di drama yang biasa kutonton itu kualami sendiri hari ini.

Sretttt...

" kok?" Desisku melihat Alex yang berjalan melaluiku bukannya berhenti di depanku lalu membantuku mengambil buku.

" kok dia malah pergi?" Ucapku pada diri sendiri.

Kesal? Pasti! Bagaimana tidak... seorang laki-laki pujaan didepan mata tiba-tiba mengacuhkanmu disaat kamu benar-benar mengaharapkan dia berhenti dihadapanmu. Tidak masalah, hari itu dia mengacuhkanku. Yang terpenting semua telah dia ganti di tahun 2017. Dan jika dulu aku sangat berinisiatif mengejar dia, maka di tahun berikutnya dialah yang memperjuankan aku.

Tetep enjoy sama Laura ya? Silahkan lanjut ke chapter berikutnya.

Beku yang dinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang