bukan sekedar modus

18 5 0
                                    

" terkadang aku berfikir untuk bosan,
Bosan menunggu kamu turun dan memandangku."
Laura





" gak ada perasaan banget si Alex. Dasar es batu!" Omelku sepanjang jalan.

Aku berjalan ke kelas dengan Mia dan Andien.

" pagi." Ucap seseorang dari belakang. Aku menoleh, begitupun Mia dan Andien.

" kak Sony?" Balas Mia. Andien tersenyum tapi aku tidak.

" mau balik ke kelas ya?" Tanya Sony.

" iya nih kak, habis dari kantin." Jawab Mia.

" oh... kalian ini pagi-pagi udah ngantin aja!"

" hahahaha, iya nih si Laura pengen minum kopi, kak. Jadi kita temenin." Balas Andien sambil menyenggol sikuku.

" oh gitu."

" ya udah kak, aku langsung ke kelas ya? Udah mau masuk nih." Ucapku yang kemudian berjalan meninggalkan mereka.

Sony diam lalu tersenyum. Andien dan Miapun menyusulku. Mereka pasti paham dengan sikapku yang acuh pada Sony.

" Aku tuh paling gak suka sama cowok yang sok akrab." Ucapku pelan.

" itu bukannya sok akrab, tapi perhatian." Jawab Mia.

" terserah."

Entah mengapa aku slalu merasa jengkel jika harus berhadapan dengan Sony. Awalnya aku biasa saja, Tapi semenjak Sony berubah sedikit agresif padaku, aku jadi sungkan menanggapinya. Dia mendadak jadi sok akrab dan peduli padaku.



                           ****

Kring kring kring

Bel sekolah berbunyi, aku keluar untuk mengikuti latihan futsal di lapangan.

" hei." Sapa Sita, teman futsalku. Dia adalah satu-satunya orang yang dekat denganku ketika aku berada di klub futsal. Ya bisa dibilang sahabat kedua.

" cemberut aja? Seharian belum ketemu sama kak Alex ya?" Tanya dia.

Aku meringis, lalu tertawa ringan.

" udah kok,Tapi pagi di kantin." Jawabku

" aku kirain belum. Btw, kak Alex baru sembuh ya? Anak-anak pada ngomong kalo kak Alex sakit beberapa hari."

" heem."

" kamu gak mau lihat keadaan kak Alex?"

Aku menoleh, lalu mengangkat kedua alisku.

" maksud kamu?" Tanyaku.

" ya kak Alex kan baru sembuh. Temuin gih sana! Dia lagi di ruang tengah."

" enggak ah. Lagian dia pasti  sama temen-temennya. Ntar disangka aku yang kegenitan."

" hahaha, kamu ngayalnya kejauhan! Udah samperin sana!"

Sita mendorongku keluar dari lapangan. Aku berjalan menuju tempat Alex berada. Semoga saja dia sedang sendiri, atau aku akan malu ditertawakan teman se gengs nya itu.

" kok sepi gini ya?" Ucapku sambil memandangi sekeliling.

Disana memang tempat biasa Alex dan teman-temannya nongkrong. Kelihatannya si untuk umum, tapi seperti yang aku lihat itu jadi markas pribadi mereka.

" cari apa lo?"

" hah?"

Aku berbalik dengan kagetnya, suara tegas yang nyaring itu memang sumbernya dari pita suara Alex. Dia berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan dalam saku celananya.

" mau apa lo kesini?" Tanyanya lagi.

Aku bingung, sangat bingung dan gugup.

" a, aku mau..."

" mau nyolong?" Serobotnya.

" enak aja nuduh aku mau nyolong. Enggak lah!" Jawabku sewot.

Dia menghela, lalu melempar pandangan ke sisi lain.

" dasar es batu." Desisku.

" lo bilang apa?"

" ha? enggak kok. Aku gak bilang apa-apa. Kakak kali yang salah denger."  Ucapku.

Alex maju dan mendekat ke arahku. Sungguh itu membuatku semakin gugup.

" sekarang gue tanya, mau apa lo dateng kesini?" Ucapnya tepat disampingku, dia berbisik ke telingaku dengan ucapan halus. Sama sekali berbeda dengan yang biasanya.

" aku dateng kesini buat mastiin kalau kak Alex baik-baik aja. Takutnya kak Alex kenapa-napa, kan kak Alex baru sembuh." Ucapku dengan canggung, sangat canggung.

Dia mundur lalu memasang wajah kakunya lagi.

" seperti yang lo lihat sekarang, gue baik-baik aja. Sekarang lo keluar!" Jawabnya

" gak semua yang dilihat sama dengan kenyataannya." Balasku dengan nada sama tinggi.

Alex masih diam tapi tetap menatapku.

" ya udah, aku keluar." Ucapku pelan lalu melangkah melalui Alex yang masih berdiri disana.

" cuek banget lu jadi orang!" Gumamku.

Beku yang dinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang