sekedar Hoax

17 5 0
                                    

" saat hatiku bingung ingin kemana harus berpijak,
Maka aku akan mengingatmu sebagai tujuan pertamaku."
LAURA

                        ****
Hari dengan seribu kecemasan diwajahku telah tiba. Pagi hari aku harus menatap wajah-wajah peliput berita, atau tatapan-tatapan tajam para mengobral gosip yang sedang hangat-hangatnya.

" apa berita aku yang nolak Sony udah jadi trending topik ya?" Bisikku pada hati nurani.

Mungkin orang akan mulai berfikir kalau aku bodoh. Setidaknya bukan sebelum mereka mengetahui semuanya. Dan biarlah waktu yang membongkarnya. Tragedi antara aku dan Sony memang bukan hal yang besar, tapi akan menjadi besar jika sampai ke mulut paus-paus berbisa. Sony adalah siswa famous di sekolahku. akan tidak mungkin jika rahasia itu tak segera terbongkar.

" siap-siap menyapa wajah-wajah publik" ucapku sambil berjalan pelan.


Di kelas

" hoe, ngelamun aja! kenapa lo?" Gertak Maya, teman sekelasku.

"Hisss, Kamu nih ngagetin aja deh!. Ada apaan?" Jawabku setengah gelagapan.

" nih tugas bahasa inggris, hari ini harus udah dikumpulin! Gurunya lagi gak bisa masuk. Makanya jangan ngelamun aja! " Kata dia sambil meletakkan selembar soal di mejaku.

" iya, bawel banget si!." Jawabku.

Konsentrasiku mendadak buyar hati itu. Moodku sedang tidak baik, mengingat kejadian Sony tempo lalu.

" kenapa aku yang harus gelisah? Ngapain juga aku merasa bersalah? Lagian nolak perasaan cinta itu bukan suatu perbuatan salah kan?arghhhh!!!!" Gumamku.

Hari itu berlangsung cepat, dengan atau tanpa kuceritakan pasti kalian sendiri akan paham bagaimana suasana hatiku. Untuk seorang gadis yang pertama kali mendapat ungkapan cinta secara live memanglah tidak mudah menyikapinya. Begitulah aku yang over load dengan masalah cinta.

                        *****

Keesokan harinya, aku tetap sama. Dengan mood yang sebelas duabelas dengan kemarin. Berantakan dan belum kunjung reda. Tapi entah kenapa hari itu pemikiranku teralihkan oleh nama lain. Bukan Sony, ataupun masalah ungkapan cintanya itu. Tapi ini mengenai Alex. Alexku.

" tau nggak, ternyata kak Alex sama kak Decha itu gak ada hubungan apa-apa. Alias gak pacaran!" Ungkap Mia dengan penuh semangat.

Aku mendongak dengan wajah datar.

" tau dari mana?" Tanyaku.

" denger dari temen-temen." Jawab Mia.

" gimana kamu bisa nyangka gitu, kalo bukan orangnya sendiri yang ngasih tau?" Sambungku.

" emang kamu gak seneng kalo berita kedekatan kak Alex sama Decha itu hoax? " tanya Andien.

Aku diam. Masih fokus ke novel  bacaanku.

" ayolah, Ra! Gara-gara berita hoax itu, bukan berarti kamu barus benci sama kak Alex kan?" Kata Mia mencoba membuka pita suaraku.

" aku gak benci dia!" Kataku sedikit mengelak dan terdengar dengan nada kurang mengenakkan.

" gak semua ucapan itu sama dengan kata hati nurani, Ra." Sambung Andien.

" aku lihat sikap kamu belakangan ini beda, gak kaya Laura yang dulunya sangat menyukai kak Alex. Kamu berubah tapi kamu sendiri gak ngerasa!" Timpal Mia.

" sebenarnya arah pembicaraan kita itu kemana sih?" Tanyaku sambil meletakkan novel di meja.

" Ra, aku tau kamu kecewa sama pemberitaan yang beredar. Tapi percaya deh, itu semua gak bener." Kata Mia sambil memegang pundakku.

" kalo itu gak bener, kenapa aku harus percaya? " jawabku.

" jadi kamu gak percaya?" Tanya Mia sekali lagi.

"Aku suka sama kak Alex. dan apapun resiko mengenai itu, siap gak siap aku harus terima dong.!" Jawabku tenang.

Mereka tersenyum, begitupun aku.

" ini baru Laura yang kami kenal dulu." Ucap Andien.

" maaf, aku udah sedikit kasar sama kalian."

" iya gak pa-apa."

Mereka memelukku dengan penuh dukungan. Hatiku mendadak dapat dorongan yang penuh dari perkataan mereka. Cinta harus dipupuk dan disertai harapan juga kerja keras. Bukannya menyerah dengan satu halangan kecil. Melawan dengan semangat dan tekadlah yang menjadi alasanku untuk tetap bertahan diposisiku saat itu.

Bel pulang sekolah berbunyi.

" aku mau latihan futsal hari ini." Kataku pada Mia dan Andien.

" ya udah, aku duluan ya?"  Ucap Mia
" aku juga. Bye,Ra!" Sambung Andien

" hati-hati!" Jawabku.

Aku kembali berjalan menuju lapangan. Sesampainya disana, langsung kulihat Alex ada disisi  lapangan, sedang mencoba menendang-nendang bola ke arah gawang.

" ketemu!" Gumamku.

" hei!" Sapa Sita dari belakang, aku menoleh lalu tersenyum.

" kenapa gak dateng waktu latihan yang kemaren?" Tanya dia.

" oh itu? Aku lagi ada urusan." Jawabku singkat.

" gitu. Btw, kamu kepilih di tim inti loh!"

" Tim inti buat apa?"

" tim inti buat turnamen futsal  bulan depan."

" turnamen futsal?"

" iya. Makanya jangan bolos latihan! Dan sekarang kita harus fokus buat persiapan turnamen! " kata Sita sambil berlari pergi.

Sita tampak biasa aja. Semoga dia tidak tahu alasan sebenarnya aku tidak ikut latihan futsal, itu karena ingin pergi dengan Sony tempo lalu. Kalau dia tahu itu akan jadi masalah besar buatku.

Beku yang dinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang