" susah ya mencoba senyum saat kamu lagi jengkel?
Tapi akan slalu kucoba selagi aku mampu.
Mampu untuk bertahan dalam lingkaran duri esmu yang membeku"
Laura****
" gimana keadaan kak Alex?" Tanya Mia diikuti juga oleh Andien.
" ya gitu." Jawabku santai.
" sakit apa dia? Parah ya?" Tanya Mia. Kali ini dia mendekat dan sungguh sangat mendesakku.
" demam biasa kok. lagian dia gak kelihatan kaya orang sakit, galaknya aja masih sama." Desusku.
" emang kamu digalakin gimana?"
" ya gitu lah!" Ucapku sebal.
" gitu gimana?"
" masa iya aku udah bela-belain dateng buat jengukin dia, terus diusir gitu aja? Kan gak fear namanya." Ketusku.
" Hah, kamu diusir?"
" ah masa iya kamu diusir gitu?"" ya nyatanya gitu!"
" keterlaluan banget tuh namanya! Masa orang mau jengukin dia, malah diusir? Gak punya perasaan banget sih jadi orang!" Cetus Mia.
" ah udah lah, gak udah dibahas lagi! Gak penting." Ucapku mencoba mengalihkan topik baru.
Andien mulai mengerutkan dahinya. Aku tetap termenung memandangi segelas es teh tapi dengan bayangan wajah Alex saat kujenguk kemarin.
" btw, bingkisan dari kamu diterimakan sama dia?" Tanya Andien.
Aku menoleh.
" iya, diterima."
" oh."
Suasana kembali hening, setelah percakapan mengenai kegagalan usahaku ke rumah Alex kusudahi.
" aku ke kelas dulu ya?" Ucapku pada Mia dan Andien.
" iya." Jawab Mia.
Kutinggalkan mereka yang masih asik menyantap makan siang. Kakiku seperti tak mau berhenti. entahlah kemana dia ingin lari, tapi rasanya sesak jika masih berada di sekolah itu. Terlebih saat aku mulai bosan tanpa adanya Alex.
" nyebelin sih, tapi kalau gak ada gini jadi kangen." Gumamku.
****
Keesokan harinya kutatap langit biru yang sama. Dengan semangat setengah padam sisa kegalauanku semalam. Jujur saja, aku tidak bisa tidur karena terus memikirkan Alex. Sungguh diluar dugaanku, jika akan selarut itu perasaanku padanya.
" pagi gini mau kemana?" Tanya Andien yang melihatku keluar dari kelas.
" kantin." Jawabku.
Aku kembali berjalan, disusul Andien yang mengikutiku.
" tumben kamu belum sarapan." Ucapnya.
" udah kok! Aku tuh ke kantin mau beli kopi." Jawabku sontak membuat Andien meringis heran.
Kutaruh wajahku diatas meja. Tergeletak bagai orang kekurangan tenaga.
" semalem gak tidur ya?" Tanya dia yang ikut duduk di bangku kantin.
" gimana mau tidur? Orang kefikiran dia terus." Jawabku sontak membuat Andien ternganga.
" dia? Dia siapa maksud kamu?"
" siapa lagi, kalo bukan kak Alex." Ucapku pelan.
" wah udah gak bener nih! Lama-lama kamu bisa jadi gila karena terus mikirin kak Alex. "
" eh eh, enak aja! Aku gak mau jadi orang gila kali! Masa gara-gara jatuh cinta aku masuk RSJ?"
Kuraih segelas kopi hangat yang baru saja diantar ibu kantin untukku. Hawa panas dan aroma khasnya membuatku lupa dengan rasa lelahku semalam.
Andien menggelengkan kepala ketika melihatku minum, lalu menyipitkan matanya kearah lain. Dia tampak sedang fokus pada suatu hal, Entahlah apa itu.
" panjang umur tuh orang, baru diomongin udah nongol aja!" Ucapnya sama sekali tidak melihat kearahku.
" siapa?" Tanyaku sambil meletakkan gelas ke samping.
" Kak Alex." Jawabnya, akupun kaget.
Aku langsung berdiri menghadap sisi yang sama seperti Andien. Benar saja, itu Alex. Dia berjalan dengan tas hitam di punggungnya. Tampak baik-baik saja. Dan itu cukup mengisyaratkan jika dia sudah sembuh.
Dia berjalan tepat lurus didepanku, dan menghadap kearahku. Dia menatapku dari jauh, dan akupun tak berani berkedip satu detikpun saat itu.
" kak Alex udah sembuh?" Ucapku. Dia menoleh. Kurasa ucapanku itu sudah membuatnya berhenti lalu menghadapku.
Ya Tuhan, dia menatapku seakan dia ingin menyihirku menjadi batu.
Dia diam, masih menatapku. Aku tersenyum mencoba mencairkan keheningan yang sesaat itu.
" udah sembuh lo bro?" Tanya seseorang dari belakang yang langsung menepuk pundak Alex.
" yoi." Jawab Alex singkat.
Dia beralih ketemannya, lalu meninggalkanku tanpa menjawab ucapanku padanya.
" loh loh, kok malah ditinggalin?" ucapku pelan dengan bibir manyunku.
" kamu yang sabar ya, Ra?" Sambung Andien lalu menggandengku pergi ke kelas.
Tanpa jawaban, sama sekali gak menjawab! Aku heran deh, sebenernya dia itu manusia atau batu sih? Kaku banget jadi orang! Kalau gak bisa ngomong, ya udah! seenggaknya kan dia bisa senyum. Gitu aja udah cukup kok!
KAMU SEDANG MEMBACA
Beku yang dingin
Romance"aku mudah membaur, aku mudah melupakan, bahkan aku punya satu keahlian yang tak semua orang punyai. yaitu mencintai. aku mudah menyukai seseorang, bahkan dalam hitungan menit atau jam. tanpa berfikir panjang, dan langsung membuat suatu simpulan." L...