SATU HARI KEMUDIAN
BOBBY memarkirkan sepedanya di tempat parkir yang memang dikhususkan untuk parkir sepeda di area luar sekolahnya.
Ukuran tempat parkir itu memang terbilang cukup kecil dikarenakan banyak murid-murid di sekolahnya yang sudah tak menggunakan sepeda lagi sebagai kendaraan berangkat ke sekolah, melainkan sudah menggunakan motor. Selain karena praktis dan cepat sampai, namun juga agar mereka tak merasa lelah lantaran harus mengengkol sepeda apalagi yang rumahnya cukup jauh dari keberadaan sekolah.
Hanya 2 sampai 3 orang saja yang masih menggunakan sepeda di sekolah Generasi Bangsa itu, termasuk Bobby sendiri.
Padahal cowok berbadan gempal itu sudah ditawarkan oleh orang tuanya untuk membelikannya motor, namun Bobby menolak dan entah mengapa dia merasa lebih senang mengendarai sepedanya meskipun terkadang juga terasa lelah, tapi itu sangat menyenangkan menurutnya.Bobby melangkah memasuki gerbang sekolahnya, ia mendongak dan mendapati langit dalam keadaan cerah dengan matahari bersinar terang.
"Gue masih nggak nyangka Kak Rafa yang ganteng itu bisa meninggal dalam kejadian yang mengenaskan."
"Gue juga, pas anak-anak kelas pada masang status wa ngucapin RIP ke Kak Rafa gue shock bukan main."
"Katanya Kak Arga yang satu kelas dan jadi sahabat yang paling lengket sama Kak Rafa nggak mau makan sampe dipaksa dulu sama orang tuanya. Kasian ya, sedih banget gue sumpah."
Bobby hanya bisa terus mempercepat langkahnya untuk cepat-cepat sampai ke kelas XII IPA 2 berusaha menghindari omongan adik-adik kelasnya yang tengah berkumpul di lapangan sekolah.
Bukannya apa, Bobby dan teman satu kelompok UniQue Squadnya masih merasa kehilangan yang amat mendalam pada sosok Rafa. Mereka sangat terpukul dan kesedihan belum bisa lepas dari mereka semua.
"Bobb, sini deh."
Panggil Cantika yang sudah berada di dalam kelas bersamaan dengan anggota lainnya, Kevin, Tio, dan Arga.
Mereka semua entah mengapa seperti telah menunggu kedatangan Bobby daritadi terbukti ketika Bobby menapakkan kaki di kelasnya, semua pandangan teman-temannya langsung tertuju pada cowok berkacamata itu.Namun berbeda dengan Cantika, Tio, dan Kevin yang kini berkumpul hingga membentuk sebuah lingkaran, Arga tetap duduk di bangkunya dengan wajah yang masih terlihat murung dengan kedua mata membengkak jelas, tidak ikut bergabung bersama teman-temannya yang lain.
Bobby berpikir, Arga pasti tidak sedang ingin bicara dengan siapapun saat ini dan membutuhkan waktu untuk sendiri.
"Ada apa, Can?"
Bobby bertanya sambil membetulkan letak kacamatanya yang sedikit kendor."Kita-kita baru ingat, lo udah bawa motor Rafa ke bengkel belom pas lo yang ngilang tiba-tiba ke rumah Rafa waktu itu?"
Tanya Cantika setengah berbisik.
Mata gadis cantik itu juga masih kelihatan membengkak, meskipun tidak terlalu tampak karena dia berhasil mengelabuinya menggunakan sedikit bedak.Bobby yang juga baru sadar atas perihal motor Rafa yang diblongin waktu itu, tiba-tiba saja tubuhnya mematung mengingat jika dia belum membawa motor Rafa ke bengkel hari itu lantaran Vika minta ditemani jalan-jalan bersamanya.
Cowok berbadan gempal itu tiba-tiba saja wajahnya berubah pucat diikuti dengan jantungnya yang berpompa cepat.
Rafa meninggal karena kecelakaan motor.
Dan sudah pasti itu gara-gara remnya yang masih blong.
Dan itu semua adalah salah dirinya sendiri lantaran terlalu bersemangat ingin menemui Vika sampai akhirnya lupa untuk membawa motor Rafa ke bengkel."Bobb? Bobby?! Lo kenapa?"
Bobby tersentak dari lamunannya ketika Cantika memegangi kedua bahunya.
Cowok itu menatap mata Cantika takut-takut, "Eh---Engga kok! Tentu saja aku udah bawa ke bengkel. Emangnya ada apa, Can?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terror✔️ [TAMAT]
HorrorDON'T COPY MY STORY! Kejutan pesta ulang tahun yang awalnya direncanakan untuk menghibur, malah berubah jadi pembawa maut. Di antara kelima orang sahabat yang tergabung dalam satu squad, yakni Unique Squad, yang menjadi perencana dalam kejutan yang...