PROLOG

3.6K 189 4
                                    

BOBBY menggoyang-goyangkan kaki dengan riang seraya matanya terus mengamati gerak-gerik sang gadis pujaan yang berada agak jauh darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BOBBY menggoyang-goyangkan kaki dengan riang seraya matanya terus mengamati gerak-gerik sang gadis pujaan yang berada agak jauh darinya.

Laki-laki berbadan gempal itu mengembangkan senyum kala matanya mendapati sang gadis sedang tertawa bersama teman-temannya.

Gadis itu bernama Vika, adik kelasnya yang duduk di kelas XI IPA 2, yang sudah ia taksir sejak lama.

Beginilah Bobby setiap hari, setiap pulang sekolah tiba, ia tidak akan langsung pulang ke rumah seperti teman-temannya yang lain, melainkan menunggu di depan kelas XII IPA 1 yang berada di sebelah kelasnya, yaitu XII IPA 2.

Sembari duduk menggunakan bangku panjang yang memang tersedia di depan masing-masing kelas, ia setiap pulang sekolah selalu menemani Vika menunggu jemputan---meskipun dengan jarak yang jauh.

Alasan mengapa Bobby tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya pada Vika---gadis rambut panjang sebahu itu---karena dirinya merasa tidak percaya diri.
Lihat saja dirinya yang gemuk dan lemaknya yang berlipat-lipat di perut itu, apalagi ia harus mengenakan kaca mata karena matanya sudah minus akibat sering bermain game online di komputer.

Ia juga sering dijadikan bahan bully-an di kelasnya ketika ada hal-hal yang menyangkut orang-orang berbadan gendut.
Namun, semenjak ia bergabung bersama sebuah kelompok sahabat yang semuanya beranggotakan teman-teman dari kelasnya, ia jadi jarang diejek lagi.

Karena, kelompok yang terdiri dari 6 orang itu beranggotakan anak-anak yang menarik baik dari segi fisik maupun dari segi otak, namun Bobby sadar jika dirinya tak menarik maupun tak mempunyai kepintaran seperti yang dimiliki teman-teman satu kelompoknya.

Tapi, beruntungnya dia karena mengenal Kevin, teman dekatnya yang pertama kali mau berteman dengannya, Kevin itu anaknya baik dan berwajah tampan pula, makanya saat Kevin diajak masuk oleh kelompok yang diberi nama "Unique Squad" itu Kevin mengajukan syarat jika dia masuk ke kelompok maka Bobby juga harus ikut masuk.

Awalnya para anggota kelompok yang lain, kecuali Kevin tak menyukai kehadiran Bobby namun lama kelamaan setelah mereka mengenal karakter Bobby secara dalam, mereka menyukai karakter Bobby dan akhirnya menerimanya.

Dan Bobby sangat bersyukur mempunyai teman seperti Rafa, Tio, Arga, Cantika, dan Kevin.

Bobby menghentikan pergerakan kakinya yang sejak tadi bergoyang-goyang sembari duduk di kursi, di ujung sana, ia melihat Vika telah dijemput oleh supirnya menggunakan mobil avanza putih.

Gadis cantik itu melambaikan tangan pada kedua orang temannya yang masih menunggu jemputan di kantin tepi jalan sekolah, ia kemudian masuk ke mobil dan mobilnya segera meninggalkan sekolah.

"Saatnya pulang."
Gumam Bobby senang, entah kenapa rutinitas menemani Vika merupakan kesenangan tersendiri untuknya.

Ia beranjak dari duduknya sembari membetulkan kaca mata yang dikenakannya, laki-laki itu akan segera pulang dengan sepeda berwarna hijau kesayangannya, namun belum sempat ia berjalan menjauh dari kelas XII IPA 1, telinganya menangkap sebuah alunan lagu berputar agak kencang.

Karena penasaran, padahal ia yakin jika sekolah sudah sepi, Bobby pun berjalan mengikuti suara lagu tersebut.
Ketika kakinya berjalan ke sebelah kelas XII IPA 1 yaitu menuju ke XII IPA 2, kelasnya, suara lagu itu semakin jelas terdengar.

"Siapa yang kira-kira masih di kelas ya?"
Bobby semakin menajamkan indera pendengarannya.

"Tunggu dulu, ini terdengar seperti lagu kesukaan Rafa."
Entah mengapa setiap kali ia menapakkan kakinya yang terbaluti sepatu, ia semakin penasaran dengan siapa yang masih ada di kelasnya.

Bobby membuka pintu kelasnya.

Cklek

Kriieeeetttttttttttttttttttttttttttt

Bobby mengernyitkan dahi, tidak ada siapa-siapa.

Namun lagu tersebut masih terdengar jelas.

Bobby melangkahkan kakinya memasuki kelas dengan lambat, ia berpikir mungkin saja ada ponsel salah seorang teman sekelasnya yang tertinggal dan lagu masih dibiarkan menyala.

Maka, ia pun memeriksa laci meja di kelasnya satu persatu berharap menemukan ponsel yang dimaksud.

Sekitar 20 menit ia menghabiskan waktu memeriksa seluruh laci serta lemari yang ada di kelasnya, namun nihil, ponsel itu belum ditemukannya.

Tetapi suara dari lagu itu masih saja ada, Bobby tau ia sedang tak mengada-ngada, ia tau jika bunyi tersebut memang berasal dari kelasnya ini.

Bobby masih mencari ke segala tempat, pandangannya kemudian mendarat di balik papan tulis.

"Tapi, mana mungkin menyimpan ponsel di balik papan tulis."
Ujarnya pelan, berbicara sendiri, namun untuk memenuhi rasa penasarannya kakinya tetap melangkah menuju papan tulis lalu mengintip di balik papan tulis tersebut dan tetap tak menemukan apapun.

Bobby menggeleng lemah, "Sudah kubilang."

Tiba-tiba saja angin berhembus sangat kencang hingga pintu kelas Bobby tertutup rapat dan seluruh jendela di kelasnya terkunci rapat.

"Ba-bagaimana bisa?!"
Bulu kuduk Bobby tiba-tiba saja meremang, ia mulai ketakutan, ia berpikir apakah akan terjadi hujan deras? Padahal tadi dia melihat langit dalam keadaan cerah.

Ketika ia akan berbalik dari papan tulis ke arah tempat duduk, tubuh Bobby mematung seketika.

Nafasnya memburu tatkala matanya mendapati seseorang tengah duduk di barisan ketiga di posisi bangku nomor dua, tepatnya di bangku milik Rafa.

Dan orang tersebut adalah Rafa.

Tubuh Bobby bergetar, nafasnya terasa tercekat dan lidahnya terasa kelu untuk berkata-kata.

Jari telunjuk Bobby terangkat menunjuk Rafa yang sedang duduk, di mana terlihat Rafa dengan tampang menakutkan---di mana matanya membentuk lingkaran hitam pekat dan kepala membentuk setengah dengan mengenakan pakaian santai yang dipenuhi darah dan juga ada beberapa robekan.

Bobby dapat melihat jelas sesuatu yang digenggam Rafa, yaitu ponsel milik Rafa sendiri dengan memutar lagu kesukaannya yaitu, BTS dengan judul not today.

Kini, Bobby tau alasan mengapa ia mendengar lagu kesukaan Rafa tapi tak menemukan sumber bunyi tersebut.

Rafa yang tadinya agak menunduk, kini mendongak menunjukkan jelas wajah hancurnya, ia menyeringai ke arah Bobby yang masih ketakutan setengah mati.

Seperti sekelabat kilat, kini Rafa sudah berada di depan Bobby, tepat berdiri di depan Bobby sehingga Bobby dapat melihat dengan sangat jelas wajah hancur bercucuran darah dengan kepala sisa setengah milik Rafa.

"KEMBALIKAN HIDUPKU!!! KEMBALIKAN HIDUPKU!!!"

"Ma-maafin aku Raf, aku benar-benar nggak sengaja ngelakuinnya....."
Ucap Bobby lirih dengan air mata yang sudah merembes membasahi pipinya.

"KAU HARUS BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEMATIANKU BOBBY!!!!!!!!!!!!!"
Dengan gerakan cepat kedua tangan Rafa sudah mencekik leher Bobby, membuat nafas Bobby semakin tercekat.

"Ku-mo--hon---le-pas!"

"KUMOHON LEPASKAN!!!"
Bobby terbangun dari mimpi buruknya, ia mengusap wajah kasar, sembari menghapus air matanya yang mengalir.

Lelaki itu merasakan lehernya, mengecek apakah ia baik-baik saja.
Ia bernafas lega, "Ternyata cuma mimpi. Mana mungkin Rafa sudah meninggal, hush, apa yang kubicarakan! Tapi...mimpinya terasa nyata sekali. Ah tak mungkin, jangan berpikiran yang macam-macam Bobby, itu hanya mimpi."

Melirik jam di nakasnya, ia kemudian langsung beranjak turun dari tempat tidurnya dan segera mengambil handuk untuk mandi karena akan berangkat ke sekolah.

Semuanya akan dimulai...

❤MelQueeeeeen

Start.15Des17.

Terror✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang