TERROR • TUJUH

844 72 4
                                    

BOBBY menatap kagum bintang-bintang yang kini bertaburan di langit malam.

Cowok berkacamata itu senyum-senyum sendiri kala dirinya mengingat kejadian tadi sore bersama Vika.

Di mana dirinya dan Vika yang berboncengan sepeda, melihat sunset bersama hingga saling mengejar dan bergurau bersama.

Sungguh menyenangkan.

Apalagi tadi Bobby sempat mengantarkan Vika pulang ke rumahnya, yang membuatnya jadi mengetahui alamat Vika sekarang.

"Ternyata begini rasanya jatuh cinta."
Gumam Bobby sembari masih tersenyum dengan kedua pipi merona merah.

Drrrttt drrrtt drrttt

Ponsel Bobby yang terletak di atas meja yang berada di dekatnya tiba-tiba saja bergetar menandakan ada panggilan wa masuk dari seseorang.
Dengan malas, tangan Bobby mencapai ponselnya, dan menatap nama yang tertampil di layar ponselnya.

Cantika? Untuk apa menelepon?

Langsung saja setelahnya cowok gendut tersebut menggeser tombol hijau hingga menerima panggilan dari Cantika.

"Halo Can, ada apa?"

Bobby terheran saat menangkap isakan tangis Cantika di seberang sana, lama gadis itu tak menjawab pertanyaan Bobby, membuat Bobby semakin penasaran sebenarnya apa yang terjadi.

"Can, kok nangis? Ada a---"

"Hiks...Rafa Bobb, Rafa..."

Bobby meneguk salivanya dengan susah payah, entah mengapa perasaannya jadi tak enak ketika Cantika menyebut nama Rafa.

Dengan memberanikan diri, Bobby bertanya lagi, "Me-memangnya kenapa dengan Rafa, Can?"

Tangisan Cantika terdengar semakin menjadi di sambungan telepon mereka, sungguh hal itu semakin membuat perasaan Bobby menjadi tak karuan, pikirannya pun sudah menenangkan jika tak ada sesuatu apapun yang terjadi dengan Rafa.

"Can, cepetan bilang, Rafa nggak kenapa-napa kan?!"

"Hiks...hiks...Rafa sahabat kita meninggal Bobb, kali ini gue serius. Mayatnya lagi diotopsi di rumah sakit Carva Medika, Rafa meninggal karena kecelakaan. Motor dan tubuh Rafa sama-sama hancur Bobb, polisi lagi menyelidiki akibat meninggalnya Rafa. Buruan ke rumah sakit hiks...Arga, Kevin, dan Tio, kita semua udah ada di sini."

Ponselnya yang ia letakkan di telinga langsung jatuh begitu saja di lantai setelah mengakhiri panggilannya bersama Cantika.

Cowok itu benar-benar shock dengan kabar yang baru saja ia dapatkan.
Dengan bibir bergetar ia menggumam, "Innalillahiwainnalillahirojiun..."
kemudian air mata Bobby sudah tak bisa dibendung lagi.
Ia menangis sembari bersandar di tembok yang ada di sampingnya.

Ini seperti mimpi.
Padahal baru saja tadi siang Rafa pura-pura mati karena ingin memberi kejutan untuk Arga yang berulang tahun, tapi sekarang tepat pukul 18:30 Bobby harus menerima kenyataan jika Rafa sudah benar-benar meninggal, bukan pura-pura lagi.

Terror✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang