EPILOG

1.2K 55 7
                                    

Sebelum baca yuk dengerin lagu di atas dulu biar berasa feelnya :3.

HARRIS, Donna, Wandy, dan Salsa. Mereka semua adalah orang tua dari Bobby dan juga Kevin.

Kini tengah menangis pilu memandangi tubuh anak mereka yang sama-sama sudah tak bernyawa di ruang autopsi rumah sakit.
Salah satu dari mereka tak ada yang menyangka bahwa anak mereka akan pergi terlebih dahulu diakibatkan oleh insiden tak terduga.

Tak berbeda jauh dengan para orang tua yang menangisi anak mereka, ketiga teman dari Bobby dan Kevin juga ikut kembali mengurai air mata menimbulkan suasana haru luar biasa di ruangan itu.

Setelah pulang dari rumah sakit, ketiga teman Bobby dan Kevin beserta orang tua Bobby dimintai polisi untuk memberi keterangan dengan apa yang terjadi sebenarnya.

Barulah keesokan harinya, kedua jenazah itu dimakamkan di tempat pemakaman umum.

Polisi menyimpulkan masalah ini murni karena ketidaksengajaan Bobby sendiri.
Tapi mau bagaimana lagi? Bobby sudah menerima akibatnya. Lelaki itu sudah ikut bersama dengan kedua sahabatnya.

Cantika, Tio, dan Arga menatap pusara kedua temannya yang kini dalam posisi berdampingan.
Tak henti-hentinya air mata mereka turun, begitu juga dengan orang tua Bobby dan Kevin, masih tak percaya jika semua ini bukanlah mimpi.

Bobby memang bersalah atas semua kejadian ini, namun itu murni dari ketidaksengajaannya. Kalau waktu bisa diputar ulang, Cantika, Arga, dan Tio tentu tak ingin mengadakan kejutan pesta ulang tahun semacam yang mereka rencanakan kemarin. Kejutan pesta ulang tahun itu bukan hanya terbilang gila, tapi juga meninggalkan luka menganga di hati mereka.

Kehilangan sahabat, kehilangan orang yang sudah lama disuka, rasanya mereka ingin menyusul ketiga teman mereka yang sudah tiada.
Namun tentu hal itu tak baik, dan mereka sungguh paham.

Mereka tetap harus melanjutkan hidup meski tanpa ketiga teman mereka.
Kelompok Unique Squad tetap harus berdiri meski kehilangan ketiga anggota.
Semuanya sudah berlalu, tak ada yang bisa diubah lagi.
Semua sudah terlambat, ibarat nasi sudah menjadi bubur.
Ketiga teman mereka yang sudah berbaring sambil memejamkan mata di balik tanah tak bisa mereka bangkitkan kembali.

"Ayo, Can, kita pulang."

Cantika menggeleng lemah, tangannya masih setia bertumpu di pusara milik Kevin dengan kedua mata yang terus mengalirkan air mata, "Gue di sini dulu. Kalian pulang aja."

"Tapi Can---"

"Ga, udah biarin. Cantika butuh waktu sebentar, kita harus ninggalin dia."

Arga yang tadinya ingin protes akhirnya mengangguk setelah mendapat tatapan meyakinkan dari Tio. Mereka segera pergi dari situ meninggalkan Cantika seorang diri di pemakaman.

"Gue tau gue bodoh selama ini gak bisa ngomongin ini ke lo, vin."

Cantika menghapus sekilas air matanya, kemudian melanjutkan kata-katanya, "Gue selama ini suka sama lo. G-gue gak bisa ngungkapinnya karena gue mikirin persahabatan kita. Gue takut kalo gue ngungkapin apa yang gue rasa lo bakalan ngejauhin gue, dan gue gak mau sampe itu terjadi makanya gue pendem sendirian perasaan ini."
Isakan tangis Cantika semakin kencang diikuti kedua bahunya yang bergetar hebat.
Saat mengatakan hal barusan, seolah ada yang meremas hatinya, membuat dadanya sesak seketika.
Dia tak sanggup mengatakannya, tapi dia harus.
Perasaan yang sudah dipendamnya untuk Kevin sekian lama, kini harus dia ungkapkan meski sang pujaan hati sudah tak ada di dunia ini.

"Sumpah vin, gue mau banget ngungkapin ini secara langsung di depan lo, di saat lo masih hidup. Tapi gue gak bisa, maaf. Gue gak nyesel udah suka sama lo. Gue sayang sama lo, vin. Gue harap lo yang tenang di sana. I love you."
Bisik Cantika di akhir kalimatnya seraya bergerak mencium batu nisan milik Kevin.

Terror✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang