TERROR • EMPAT

1K 95 2
                                    

BEL panjang berbunyi tanda waktunya pulang, seluruh murid SMA Generasi Bangsa berhamburan keluar, akhirnya, mereka dapat bernafas lega.

Arga yang tak dipedulikan dari ia masuk ke kelas hingga jam sekolah berakhir oleh teman-teman satu kelompok "Unique Squad" nya, berjalan gontai keluar dari kelas.

Tak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun kecuali ayah dan ibunya serta adik perempuannya di rumah tadi pagi.
Dan teman-teman kelompoknya bahkan tak menegurnya, hingga membuatnya harus jajan sendirian saat di kantin tadi.

Kaki Arga yang mengenakan sepatu all star hitam melangkah dengan malas, dirinya akan segera pulang, namun langkahnya terhenti tatkala seseorang kini menepuk pundaknya.

Arga berbalik, dan menemukan Bobby kini sedang tersenyum ke arahnya.
Arga mendengus, "Apa?"

"Yuk pulang sama-sama."
Ajak Bobby yang langsung dibalas dengan satu alis terangkat oleh Arga, "Gak biasanya lo ngajakin pulang bareng? Gak nungguin Vika? Lagipula lo kan naik sepeda, emang sepeda lo muat berdua?"

Bobby hanya menunjukkan cengiran lebarnya, kemudian tak lama berselang itu datang Kevin, Tio, dan Cantika menghampiri mereka dari arah belakang Bobby.

"Sebenernya bukan Bobby aja yang ngajakin pulang bareng, tapi kita-kita juga, kita pengen jengukin Rafa, lo juga ikut ya, setelah dari rumah Rafa, kita pulang bareng-bareng."
Ucap Kevin bersemangat, tapi hal itu tak mengubah ekspresi datar Arga sedikitpun.

"Emang Rafa sakit? Katanya Rafa izin buat pergi."

Wajah Kevin, Tio, Bobby, dan Cantika berubah tegang, dan perubahan air muka itu dapat ditangkap jelas oleh Arga, membuat cowok itu penasaran.

"Ah, lo sok tau ga, mana ada Rafa pergi, jelas-jelas yang bikinin suratnya si Cantika, dan Rafa ngasi tau ke kita-kita kalo dia sakit."
Bantah Tio cepat, Arga awalnya hanya diam sambil memperhatikan tingkah laku teman-temannya, tapi kemudian cowok itu mendengus, "Kenapa dia gak ngasi tau ke gue? Dan hanya ngasi tau ke kalian, apa maksud sikap kalian sama gue hari ini? Apa gue bukan anggota Unique Squad lagi? Apa kalian mau keluarin gue? Kayaknya gue bener-bener gak dianggap, udah ah gue males. Gue gak ikut buat jengukin si Rafa, gue capek mau istirahat di rumah!"
Arga berbalik dan akan melangkahkan kakinya untuk segera pulang, namun 4 orang temannya itu langsung menghadang di depan.

"Ngambekan banget sih lo ga, kaya cewek aja, kita gak bermaksud buat ngejauhin lo kok! Lo aja yang terlalu lebay, seharusnya kalo ada temen yang sakit itu sebagai solidnya lo jengukin, ini diajakin malah nggak mau!"
Bentak Cantika yang sudah emosi, membuat teman-temannya hanya bisa menepuk jidat mereka karena pertengkaran ini tidak masuk dalam rencana.

"Kenapa lo yang bacot sih Can, mau-mau gue dong mau jenguk atau nggak, kalo gue gak ikut pun gak berpengaruh apa-apa kan buat kalian? Jadi, pergi aja kalian, gue gak mau!"
Setelah mengatakan itu, Arga langsung mendorong pelan teman-temannya termasuk Cantika agar menyingkir karena menghalangi jalannya.

Cowok itu sudah sangat kesal hari ini pada teman-teman di kelompoknya itu, sudah tak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun, dia disalahin lagi. Dasar!

Kevin berlari menyusul Arga yang sudah berjalan cepat keluar dari area sekolah, "Tunggu ga!"

Setelah berhasil mengejar Arga, Kevin memegang kedua bahu temannya tersebut.
"Apa lagi lo?!"

"Gue tau perkataan Cantika buat lo sakit hati, tapi dengerin gue dulu, lo udah kenal Cantika dari lama kan? Dia emang gitu sifatnya, mudah emosian ya...secara dia kan setengah cewek setengah cowok, jadi please jangan dengerin apa katanya Cantika yang buruk-buruk, gue mau ngingetin aja, Rafa itu kan yang paling deket sama lo, masa di saat dia sakit gini lo gak jengukin? Dia aja khawatir nanyain lo kan pas lo gak masuk? Iya gak? Kalian deket banget gue tau itu. Jadi, coba pikirin baik-baik lo bakalan ikut gak sama kita?"

Dalam batinnya, Arga membenarkan apa yang dikatakan oleh Kevin barusan, tapi dia kembali mengingat kenapa Rafa bahkan tak memberitahunya, "Tapi vin, kenapa Rafa gak ngasi tau ke gue?"
Akhirnya Arga menyuarakan isi pikirannya.

"Mungkin dia bener-bener sakit, lo tau kan orang sakit itu istirahat bukannya malah main hp."

Arga mengangguk, "Iya."

"Jadi, lo ikut bareng kita ya?"

Arga mengangguk lagi, "Ya."
Jawabnya yang berhasil membuat Kevin bersorak senang. Segera saja Kevin memanggil teman-temannya untuk segera menyusul mereka.

Cantika, Tio, dan Bobby yang masih menunggu di lapangan sekolah segera melangkahkan kaki mereka setelah mendapat kode dari Kevin.

"Lo jangan cari ribut lagi ya sama Arga, Can. Udah cukup lo buat rencana kita hampir gagal karena emosian lo!"
Peringat Tio sambil berjalan berdampingan dengan Bobby dan Cantika.

Merasa disalahkan, Cantika mendengus kasar, "Itu bukan sepenuhnya salah gue, dianya aja yang terlalu lebay! Shit, gue mulu yang disalahin."

"Emang lo yang cari gara-gara."
Tambah Tio yang semakin membuat Cantika pengen memberi pukulan di wajah cowok berkulit coklat itu, "Dasar tiang listrik!"

"Cantika, udah-udah."
Akhirnya Bobby melerai pertengkaran yang tampaknya bakalan terjadi lagi itu, membuat Cantika mau tak mau mengatupkan bibirnya begitupula Tio.

"Bobb, lo tadi udah blong-in rem motornya si Rafa 'kan?"
Tanya Tio dan dibalas anggukan oleh Bobby, "Udah kok tenang aja, kebetulan rumah Rafa gak jauh dari sekolah makanya tadi pas bel bunyi, aku langsung bergegas keluar ngambil sepeda dan ke rumah Rafa. Rafa juga ngeliatin kok pas aku blong-in remnya tadi."

"Oke sip."
Setelah itu mereka sudah dekat dengan Kevin dan Arga, dan mereka segera bergegas ke rumahnya Rafa dengan berjalan kaki kecuali si Bobby yang ngebawa sepedanya, sedangkan teman-temannya yang lain seperti Kevin, Arga, Cantika, dan Tio sengaja ninggalin motor mereka di parkiran sekolah.

▫▫▫▫▫▫▫

Drrrtttt drrrrttt drrrttt

Di tengah perjalanan menuju rumah Rafa, ponsel Cantika berbunyi menandakan ada panggilan masuk, Cantika menatap layar ponselnya heran, "Lha kok tante Laras, tetangganya Rafa, nelponin gue?"
Tanya Cantika masih menatap layar ponselnya.

Mendengar hal itu tentu saja membuat Arga, Kevin, Tio, dan Bobby yang mengendarai sepeda dengan pelan menyejajarkan dengan teman-temannya mengalihkan pandangan mereka ke arah Cantika.

"Angkat aja, siapa tau penting."
Usul Kevin, dan langsung dituruti Cantika dengan menggeser tombol hijau di layar ponselnya, "Iya, hallo tante."

Cantika terdiam dengan mulut terbuka, wajah gadis itu berubah pucat, dan tangannya yang memegang ponsel di telinganya bergetar ketika tante Laras berbicara di telepon.

"A-apa?!!! Ra-rafa meninggal?!!! Innalillahiwainnalillahirojiun..."

Tbc...

Rafa meninggal kenapa?!

Kalo mau tau, stay read this story!^^

❤MelQueeeeeen

Terror✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang