TERROR • DUA BELAS

683 53 4
                                    

KEVIN bergerak mematikan lampu tidur di kamarnya. Sekarang sudah pukul 10 malam, setelah mengerjakan beberapa lama pr matematika yang diberikan oleh Bu Afifah, Kevin berniat untuk langsung menidurkan diri dengan tak lupa membawa boneka keropi kesayangannya.

"Gue mau pipis dulu ya, keropi."
Ucapnya pada boneka keropi yang ada di pelukannya. Cowok tampan berambut coklat itu dengan cepat turun dari ranjangnya menuju kamar mandi setelah sebelumnya sempat membuang boneka keropinya di atas tempat tidur.

Setelah sekitar dua menitan ia sudah membuang air kecilnya, laki-laki itu lalu bergerak menghampiri wastafel yang berada di samping toilet duduknya.
Kevin membasuh tangannya dengan air keran yang ia hidupkan setelah sebelumnya menggosok kedua tangannya menggunakan sabun cair.

Namun selang beberapa detik ia sudah selesai membasuh tangannya, lampu tiba-tiba saja mati membuat Kevin harus berdecak sebal lantaran ia tak bisa memandang apapun saat ini.

Maka mau tak mau ia pun berjalan perlahan dengan meraba-raba sekitarnya untuk mendapatkan letak pintu kamar mandinya.

Namun baru dua langkah kaki Kevin bergerak, lampu sudah kembali menyala membuat Kevin dapat bernafas lega sambil memandangi dirinya di depan cermin besar yang tersedia di kamar mandi itu.

Tapi kelegaan Kevin rupanya tidak bisa bertahan lama.
Cowok itu kini menjadi ketakutan saat menyadari sudah ada seseorang yang berdiri di belakangnya lewat cermin.

Kevin meneguk salivanya dengan susah payah, untuk berkata-kata pun seakan dirinya sulit seolah ada sesuatu yang besar tengah menyumbat tenggorokannya, "Ra-Rafa?"

Cowok itu dapat melihat bagaimana perubahan ekspresi Rafa yang tadinya hanya datar menjadi menyeringai lebar dengan wajahnya yang hancur, "Ya. Halo Kevin."

Kevin sudah akan beranjak lari dari kamar mandi itu namun sebuah tangan langsung mencekal sikunya membuatnya tidak bisa berbuat apapun.

"Mau kemana? Lo otak dari semua ini Kevin. Lo yang ngerencanain kejutan itu!!!"

Kevin menggeleng cepat, "Nggak! Lo itu udah mati Raf! Jangan gangguin gue!"

Rafa terkikik geli mendengarnya semakin membuat bulu kuduk Kevin merinding lantaran suara tawa Rafa yang terdengar sangat menyeramkan.

Tiba-tiba saja tubuh Kevin dengan gerakan cepat langsung di dorong oleh Rafa ke arah bak mandi berisi air yang berada di dekatnya.
Rafa menenggelamkan kepala Kevin berulang kali di sana, membuat oksigen Kevin lama kelamaan mulai menipis. Cowok itu terus berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Rafa di kedua lengannya, namun nihil usahanya itu tidak membuahkan hasil.

Alhasil karena sudah merasa oksigennya terbatas akibat ditenggelamkan kepalanya berulang kali di dalam bak mandi, Kevin dengan satu gerakan kuat menyiku wajah Rafa yang berada di belakangnya, "PERGI LO! LO UDAH MATI!!!"

Secara tiba-tiba saja bayangan Rafa sudah hilang dari bagian belakang tubuhnya. Kevin menghela napas dengan terengah-engah. Cowok itu langsung bergerak mengambil handuk kecil yang berada di kamar mandi untuk mengelap wajah serta rambutnya yang basah.

"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Gumam Kevin dengan jantung yang masih berpompa cepat.

Ia sudah ketakutan membuatnya langsung keluar dari kamar mandi miliknya.

•••

Tio baru saja selesai mengerjakan pr matematika berjumlah 20 soal yang diberikan Ibu Hafifah pada kelasnya.
Cowok berkulit coklat itu sengaja mengerjakan pr matematika malam-malam begini.

Baginya, pr matematika bisa ia selesaikan dengan mudah, karena memang dirinya yang paling pintar mengenai pelajaran mtk di kelasnya.

Terror✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang