TERROR • ENAM BELAS

680 39 1
                                    

Flashback On

"Truth or dare?"
Tanya Cantika pada Bobby yang duduk di sebelahnya.
Semua anggota unique squad saat ini tengah duduk membentuk lingkaran di lantai ruangan kelas tepatnya di depan papan tulis.

Mereka sedang bermain truth or dare di saat jam pelajaran Matematika yang kebetulan gurunya berhalang untuk hadir. Membuat semua murid di kelas XII IPA 2 itu merasa bahagia menikmati waktu seperti ini waktu di mana guru tidak masuk ke kelas, apalagi mereka bisa terbebas dari kepusingan pelajaran Matematika yang penuh dengan rumus yang banyak tak disukai murid-murid.

Banyak hal yang mereka lakukan di dalam kelas saat ini, ada yang bermain gitar dan menyanyi dengan suara sumbang, ada yang lebih memilih untuk tidur di meja, ada yang bergosip ria, ada yang membaca novel, dan ada pula bagi siswa-siswa yang nakal mereka menghabiskan waktu untuk menjahili teman-temannya, dan terakhir ada juga yang menghabiskan waktu untuk bermain truth or dare seperti yang dilakukan oleh unique squad saat ini.

Mereka berpikir, coba saja setiap hari guru-guru yang mengajar di kelas mereka berhalangan untuk hadir, pasti mereka akan sangat girang menikmati waktu di sekolah dengan kegiatan-kegiatan tak berguna.

Mereka rasa, semua murid di sekolah manapun pasti menginginkan hal tersebut.

Well, jika begitu terus juga tidak baik, karena pada sejatinya seorang murid pergi ke sekolah memang untuk menuntut ilmu yang bahkan tidak bersalah kan?
Oke, lupakan.

"Truth deh."
Jawab Bobby memandangi Cantika yang kini sudah menaruh jari telunjuknya di dagu, memikirkan pertanyaan apa yang ingin ia tanyakan pada lelaki berkacamata itu.

"Hm...lo udah pernah pacaran belom? Lalu siapa cewek pertama lo? Dia cantik atau gak?"

Tio mendelik sinis pada Cantika yang duduk hanya berjarak tubuh Bobby darinya di sebelah kiri, "Elah, banyak bener pertanyaan lo, Can. Kan bolehnya cuma satu."

"Bacot! Gue kan nanya ke Bobby, kenapa lo yang ngejawab?!"
Cantika mendengus sebal sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Can, kan peraturannya emang ngebolehin kasi pertanyaan cuma satu."

Cantika melirik Kevin yang menasehatinya barusan, wajahnya yang tadinya masam langsung berubah menjadi cukup bersahabat dan nyengir tak berdosa, "Gitu ya, maaf deh. Yaudah Bobb, gue cuma mau nanya lo udah pernah pacaran belom?"

"Belom pernah."

"Wah, berarti lo masih disegel dong, Bobb?"
Celetuk Rafa yang langsung dihadiahi sebuah jitakan cukup keras dari Arga di dahinya.

"Aw! Apaan sih, ga! Bisa geger otak ntar nih."
Rafa mengusap dahinya yang sedikit memerah sambil bersungut.

"Lagian, lo ngomong yang nggak-nggak! Apaan coba, masih disegel? Emang Bobby barang?"

Rafa mengerucutkan bibirnya, "Elah, maksud gue tuh berarti hati Bobby masih disegel. Belum dimiliki sama siapapun. Bukan berarti gue bilang kalo Bobby itu barang!"

"Meskipun Bobby belom pernah pacaran, tapi ada yang udah lo taksir saat ini 'kan Bobb? Siapa yang lo taksir?"
Cantika bertanya sambil menaik turunkan kedua alisnya menatap Bobby yang tiba-tiba menjadi panik seketika dengan kedua pipi tembamnya yang sudah memerah.

"Eh, kan cuma satu. Gak boleh nanya lagi."
Peringat Tio menyelamatkan Bobby dari pertanyaan Cantika yang membuatnya merasa tak nyaman. Dia memang sudah punya gadis yang disukai di sekolah, yakni adik kelasnya sendiri, Vika.
Tapi untuk saat ini dia tak ingin memberitahu teman-temannya itu dulu mengenai perasaannya pada Vika.
Ada saatnya nanti dia akan memberitahu pada teman-temannya mengenai hal ini, sampai dia sudah merasa siap.

Terror✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang