TERROR • SEPULUH

776 57 1
                                    

"Main hide and seek yuk!"
Ajak Cantika bersemangat yang tiba-tiba saja datang dari arah kanan Bobby. Cukup mengejutkan cowok yang sedang bermain game di ponsel miliknya itu.

"Het and Sick itu apa emang? Setau gue sick itu sakit."
Suara Tio menyahut.

Cantika yang mendengar itu sontak saja langsung menjintak dengan keras jidat milik Tio, "Bodo! Hide and Seek, bukan Het and Sick! H-i-d-e, a-n-d, s-e-e-k. Itu tuh main petak umpet!"

Tio memutar bola matanya malas, "Elah dari tadi kek bilang main petak umpet, kan gue langsung tau, nggak usah pake sok inggris segala! Mulut masih belepotan juga."

Cantika sudah siap-siap ingin memukul Tio dengan ancang-ancang cewek itu sudah melipat lengan baju sekolah yang dikenakannya, "Mulut siapa yang lo bilang masih belepotan, hah?! Mulut siapa?!"

Tio hanya nyengir kuda sambil memposisikan kedua tangannya seolah meminta ampun lalu dengan cepat bersembunyi di belakang tubuh Kevin, "Tolong gue, vin. Nenek lampir lagi marah."

"GUE DENGER TIO!!!"

"Udah, udah. Jadi nggak main petak umpetnya?"
Tanya Kevin menengahi.

Cantika langsung mengangguk setuju diikuti dengan Arga dan Bobby, sedari tadi kedua cowok itu hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah laku teman-temannya, "Ayo!"

"Bobby yang jaga!"
Ucap Cantika kencang setelah mereka semua melakukan hompimpah dan ternyata Bobby yang kalah, membuat cowok berambut hitam tebal itu harus mendesah kecewa.

"1,2,3,4,5,6,7,8,9,10! Sudah, aku datang ya Cantika, Kevin, Arga, Tio!"

Bobby melangkahkan kakinya menuju ke lorong sekolah yang entah mengapa begitu sepi, tidak ada seorang siswa maupun siswi yang berada di lorong. Namun Bobby tampaknya tak memikirkan hal itu, cowok gendut itu masih terus berjalan mencari teman-temannya, "Can, Vin, Ga, Yo! Kalian di mana?"

Tidak ada yang menyahut.

Semilir angin tiba-tiba saja menerpa rambut Bobby yang tebal hingga membuat rambutnya itu sedikit acak-acakkan, bersamaan dengan datangnya angin itu, bulu kuduk Bobby tiba-tiba saja terasa merinding.

Cowok itu memperhatikan juga banyak dedaunan kering yang kini beterbangan memenuhi lapangan sekolahnya hingga melayang sampai ke lorong tempatnya berpijak.

"Cantika? Kevin? Tio? Arga?"

Bobby memanggil teman-temannya lagi, kali ini cowok itu sambil membuka kelas-kelas yang dilewatinya untuk mencari teman-temannya.

Bobby mulai merasa kelelahan mencari teman-temannya yang bersembunyi, cowok itu kemudian mendudukkan diri di sebuah bangku yang berada di depan kelas yang bukan miliknya.

"Sebenarnya mereka sembunyi ke mana sih? Ahli bener sembunyinya."
Gumamnya sambil bersandar di tembok di belakangnya.

"Bobby..."

Tiba-tiba saja sebuah suara yang sangat asing bagi Bobby memanggil nama lelaki itu, sontak saja Bobby yang tadinya bersandar kini menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber suara.

"Bobby, kau harus bertanggung jawab atas kematianku."
Suara itu menyerupai bisikan-bisikan yang sangat asing dan menakutkan bagi Bobby, cowok itu terus celingak celinguk untuk mencari siapa pemilik dari suara tersebut, "Siapa itu?!"

"Hahahahahahahahaha." Kini suara tawa yang melengking memenuhi lorong sekolah terdengar, Bobby yang sudah ketakutan akan melarikan dirinya namun tiba-tiba saja dua buah tangan segera menahan kakinya membuat cowok gendut itu terdiam di tempat dengan kedua mata yang membulat.

Terror✔️ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang