BOBBY terbangun dari pingsannya setelah beberapa lama.
Matanya mengerjap beberapa kali, menetralisir cahaya berwarna putih yang kini menerpa iris hitamnya.Ia mengernyit bingung saat mendengar suara tangisan perempuan. Suara tangisan Cantika.
Sontak saja ia langsung memposisikan tubuhnya menjadi terduduk, melihat teman-temannya yang mengerumuni sesuatu di dalam kelas."Can?"
Panggilnya, mengalihkan perhatian Cantika, Tio, dan juga Arga.Arga yang melihat Bobby sudah sadarpun segera bergerak menarik kerah baju yang dikenakan Bobby menggunakan sebelah tangannya, sedangkan sebelah tangannya masih saja tampak mengeluarkan darah akibat goresan pisau Rafa padanya tadi.
"Dasar pembunuh! Lo udah ngebunuh Rafa, sekarang lo juga ngebunuh Kevin!"
Arga menghantamkan tubuh Bobby ke dinding, berteriak keras pada cowok berkacamata itu."Nge-bunuh? A-aku---"
Bugh
Satu pukulan telak dilancarkan Arga ke rahang Bobby, mengakibatkan Bobby terjungkal ke lantai.
"Brengsek! Lo yang udah buat masalah ini! Sekarang lo harus mati!""Ga, tenangin diri lo!"
"Gue gak bisa! Kita harus ngasi dia pelajaran! Gara-gara dia kita kehilangan dua teman kita!"
Arga memberontak dalam pegangan tangan Tio yang mencegahnya untuk kembali memukuli Bobby.Alhasil, karena Arga bergerak kuat menyingkirkan tangan Tio dari tubuhnya, Arga kembali menghampiri Bobby dan memberi pukulan lagi di wajah cowok itu hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.
"Cukup, Ga! Lo pikir dengan nyerang Bobby, Rafa dan Kevin bakalan balik lagi?! Nggak 'kan?!"
Teriakan Cantika berhasil membuat Arga terdiam, perlahan emosinya turun saat dirinya memikirkan kata-kata Cantika.
Perkataan Cantika memang benar.
Biarpun dia meluapkan emosinya sebesar apapun pada Bobby, itu semua tak akan mengembalikan Rafa dan juga Kevin yang sudah tiada."Kevin? K-Kevin kenapa?!"
Bobby berlari mendekati Cantika yang masih memeluk tubuh Kevin yang sudah tak bernyawa."Kevin meninggal dibunuh Rafa, Bobb. Dia masukin tubuh lo buat ngelakuin itu tadi."
Penjelasan dari Tio barusan berhasil membuat Bobby terkejut sekaligus sedih, tanpa sadar air matanya sudah turun saat melihat warna merah pekat melumuri baju sekolah Kevin. Darah cowok itu.
"Nggak, Kevin... Nggak nggak. Kevin nggak boleh mati! Ayo kita bawa ke rumah sakit, Kevin masih hidup, Kevin nggak mati---"
"Tenang Bobb! Kevin udah ninggalin kita untuk selamanya!"
Bobby menggeleng berulang kali sambil memeluk tubuh Kevin, Cantika yang tangisannya tadi mulai mereda kini kembali harus mengeluarkan air mata, rasa sakit di hatinya kembali menyeruak menyergapi hatinya."Gue bakalan ngehubungin bokap dan nyokapnya Kevin dulu."
Cantika mengeluarkan ponselnya, berlari kecil ke luar kelas.Dia tak bisa terus-terusan berada di dekat mayat orang yang ia cintai.
Itu sebabnya dia lebih memilih untuk memberitahu kabar buruk ini pada Ibu dan Ayahnya Kevin."Lo puas kan ngeliat ini semua? Ngeliat kedua teman kita meninggal?!"
Tio melirik Arga yang membentak Bobby barusan, cowok itu tidak habis pikir mengapa Arga suka sekali memperparah keadaan di saat-saat yang tidak tepat.
Memang, jika ingin dikatakan marah pun, dirinya juga marah atas perbuatan Bobby dan lagi atas ketidakjujuran cowok gendut itu pada mereka semua.Tapi mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi.
Tio berharap kasus ini nantinya akan diurus oleh pihak yang berwajib agar semuanya adil."Hahahahaha! Kalian lihat? Sekarang, Kevin udah mati! Kini giliran sang pelaku utamalah yang harus mati! Hahahaha."
Arga dan Tio tersentak mendengar suara Rafa yang berasal dari Bobby barusan.
Aura menyeramkan kini tampak pada wajah Bobby serta gerakan tubuh laki-laki tersebut, menandakan dirinya kembali dirasuki oleh arwah Rafa."Raf, gue mohon jangan lakuin apapun sama tubuh Bobby. Kita bakalan ngebawa kasus ini ke jalur hukum."
Rafa menggeleng dan menyeringai, laki-laki itu menatap Arga dan juga Tio secara bergantian sebelum akhirnya berlari cepat ke luar kelas.Membuat Arga dan Tio reflek ikut keluar dengan wajah panik mengikuti ke mana Rafa akan membawa tubuh Bobby.
Cantika yang tadinya tepat berada di depan kelas, sempat bertanya apa yang terjadi, sebelum akhirnya ikut berlari mengejar Rafa setelah Tio menjelaskan bahwa tubuh Bobby kembali dirasuki.
Rupanya Rafa membawa tubuh Bobby ke lantai paling atas gedung sekolahan.
Yang mana biasanya tempat itu menjadi tempat tongkrongan murid-murid yang kelasnya tak jauh dari sana."Gawat, Rafa ke atap sekolah! Kita harus cepat!"
Seru Arga sambil terus menaiki anak tangga dengan cepat diikuti Tio dan Cantika di belakangnya.Mereka bertiga menelan ludah susah payah saat mereka berhasil melewati anak tangga terakhir, melihat Rafa yang sudah berdiri tepat di pembatas atap yang menghubungkan langsung ke bawah gedung.
"Raf, please jangan lakuin apapun yang ingin lo lakuin!"
"Raf inget Raf, Bobby itu temen lo. Temen kita semua."
"Gue juga benci sama Bobby, tapi bukan gini cara ngebalas perbuatannya. Kita bakalan laporin dia ke polisi. Kita janji."
Rafa menyeringai memandangi teman-temannya, "Kalian gak tau apa yang gue rasain."
"Kita tau Raf, lo pasti dendam sama Bobby. Tapi gue yakin Bobby juga gak bermaksud buat ngebunuh lo."
"Ya, tapi gue udah mati sekarang. Gak ada gunanya lagi buat nyesel."
Balas Rafa tajam membalas perkataan Cantika."Gue tau lo orang baik, Raf. Gue yang paling deket sama lo selama ini. Rafa yang gue kenal gak pernah nyimpen dendam sama siapapun."
"Persetan ga! Bobby udah ngelakuin hal buruk sama gue! Gue harus ngebalasnya sekarang. JANGAN MENDEKAT! KALO NGGAK, GUE BAKALAN NGEBUNUH BOBBY BENERAN!"
Teriak Rafa ketika baru menyadari langkah kaki Arga, Cantika, dan Tio perlahan-lahan maju mendekatinya.Ketiga orang itu sontak saja menghentikan langkah mereka, berwaspada pada ancaman yang dilontarkan Rafa barusan.
"Oke, oke. Kita nggak bakalan ngedeketin lo. Tapi tolong, lo ke sini dan kita akan langsung ngebawa Bobby ke kantor polisi, okay?"
Usul dari Tio barusan berhasil membuat Rafa terdiam. Cowok itu tampak menundukkan pandangannya, berpikir.Selang tiga detik Arga, Cantika, dan Tio dapat menghembuskan napas lega, namun nyatanya mereka kembali dikejutkan oleh Rafa yang tiba-tiba sudah menaikkan kedua kakinya ke pembatas kayu berukiran jarang di belakangnya, memanjat ingin melompat.
Hal itu memicu kepanikkan luar biasa dari ketiga temannya, membuat tubuh mereka reflek bergerak maju seolah ingin menghentikan aksi Rafa pada tubuh Bobby itu.
"R-Raf, jangan. Gue mohon sama lo."
"Ini semua udah selesai. Ucapkan selamat tinggal pada Bobby."
Setelah mengatakan itu, Rafa langsung menjatuhkan dirinya ke lantai paling bawah, menyebabkan jeritan dari ketiga temannya menggema memenuhi lorong atap sekolah itu.Cantika, Tio, dan Arga menutup mulut mereka sendiri ketika tubuh mereka sudah di depan pembatas tadi, memandang ke bawah, di mana tubuh Bobby sudah tergeletak tak bernyawa dengan kepala pecah dan kaki serta tangan yang lunglai, patah.
Mereka bertiga segera turun ke lantai paling bawah untuk melihat mayat Bobby yang mengenaskan, diikuti dengan beberapa siswa paskibra dan dancer yang masih ada mendadak berkerumun mengelilingi mayat Bobby saat mendengar suara gaduh barusan.
Tak lama selang itu terjadi, penjaga sekolah pun akhirnya dipanggil membuat Cantika, Arga, dan Tio menceritakan segalanya.
Penjaga sekolah selanjutnya menghubungi ambulans dan tak lupa menghubungi para guru juga kepala sekolah untuk melaporkan kejadian mengenaskan tersebut.Malam itu menjadi malam yang paling menakutkan bagi sekolah Generasi Bangsa.
Tbc...
Bobby juga ikutan mati😢
Adakah yg sedih?Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚❤MelQueeeeeen
KAMU SEDANG MEMBACA
Terror✔️ [TAMAT]
HorrorDON'T COPY MY STORY! Kejutan pesta ulang tahun yang awalnya direncanakan untuk menghibur, malah berubah jadi pembawa maut. Di antara kelima orang sahabat yang tergabung dalam satu squad, yakni Unique Squad, yang menjadi perencana dalam kejutan yang...