Part 24

2.3K 114 2
                                    

Cara berusaha untuk berjalan, namun.....

"Woiiiiiiii Vino tunggu dulu." Panggil Cara setengah berbisik.

"Apa?" Tanya Vino yang tak berniat untuk berbalik menghadap gadis yang memanggilnya tadi.

"Tolongin gue plissss.... Gue ga bisa jalan ini." Mohon Cara pada Vino.

"Tadi katanya bisa ya udah jalan sendiri aja." Ucap Vino ketus.

"Ya udah." Ucap Cara sambil berusaha untuk berjalan dengan kaki kiri yang terkilir.

Tiba-tiba saja ada tangan yang mengangkat tubuh mungil Cara.

"Duduk disini, gue mau bayar buku." Ucap Vino yang telah mendudukkan Cara di kursi depan toko tersebut.

"Eemm." Ucap Cara mengangguk patuh.

Tak lama ia menunggu akhirnya Vino datang sambil membawa buku-buku yang ia dan Cara beli tadi.

"Pegang." Ucap Vino yang langsung memberi kan plastik yang berisikan buku mereka dan menggendong tubuh Cara lagi untuk menuju ke parkiran.

Banyak sekali pasang mata yang melihat tingkah dua remaja tersebut, sekarang wajahnya pun sudah merah merona dan lagi-lagi jika berdekatan dengan Vino jantungnya memompa dengan cepat.

Cara agak mendongak untuk melihat wajah dingin itu, rahang yang tegas, tatapan yang tajam, bahu yang lebar. Aiihh malu, iyaa Cara malu. Langsung saja ia menyurukkan wajahnya di dada bidang Vino.

"Masuk." Ucap Vino menyuruh Cara untuk memasuki mobil Erick.

"I...iya."

Saat Cara hendak memasuki mobil Erick...

"Eh Ra, maaf ya Lo bisa pulang sama Vino ga? Soalnya gue pusing banget ini." Ucap Erick yang wajahnya sudah sangat pucat.

"Ehh.. iya yaudah gue pulang sama Vino ya. Hati-hati."

"Iya-iya. Lo juga hati-hati." Cara menganggukkan kepalanya.

"Vin gue titip Cara ya." Ucap Erick dari dalam mobil yang dibalas anggukan oleh Vino.

"Kalo gitu gue duluan ya." Mobil Erick perlahan meninggalkan mereka berdua di parkiran.

Tanpa banyak cing-cong Vino kembali menggendong Cara untuk di dudukkan di jok belakang motor Vino.

Dalam perjalanan pulang tak ada yang bersuara hanya Cara yang menyenderkan kepalanya ke punggung tegap Vino.

Tadi Vino berangan-angan Cara ada dibelakang nya merasakan pelukan hangat dari Cara, dan sekarang angan-angan itu menjadi nyata. Ahhh betapa bahagianya ia hari ini. Perasaan apa ini? Di satu sisi ia menyukai Cara dan disisi lain Cara bukan lah tipe ideal Vino. Cara yang cupu sangatlah jauh dari tipe ideal Vino. Tapi, Vino merasakan hangat saat bersama Cara, sehangat saat ia bersama ibunya dulu.

Lupakan, sekarang mereka telah berada di depan gerbang rumah Cara. Kembali Vino menggendong Cara sampai ke ruang tamu.

"Aduhh, ini Cara kenapa?" Tanya Vanya.

"Cuma keseleo dikit mom." Ucap Cara.

"Ga ada cuma-cuma Cara, mommy panggilin dokter dulu." Ucap Vanya.

"Mommy ga usah lebay lah, cuma keseleo juga entar sembuh sendiri." Ucap Cara yang gemas dengan kelakuan Vanya.

"Kalo gitu Vino pamit dulu ya tan." Ucap Vino ramah.

"Ga mau minum dulu Vino?" Tanya Vanya.

"Ga usah tan, udah sore langsung pulang aja." Ucap Vino yang menyalami tangan Vanya.

"Oh yaudah, makasih ya Vino."

"Iya tan, sama-sama. Vino pulang assalamualaikum." Pamit Vino.

"Wa'alaikumsalam." Ucap Cara dan Vanya berbarengan.

•••

"Kamu kenapa bisa keseleo gini?" Tanya Vanya sambil mengompres kaki Cara dengan air dingin agar pembuluh darah yang pecah akibat keseleo menciut.

"Ga diurut kan mom?" Tanya Cara takut.

"Ya enggaklah, karena kalo diurut atau diberi obat panas, kaki kamu bukannya sembuh malah akan semakin membengkak." Jelas Vanya kepada anak semata wayangnya ini.

"Ohh seperti itu." Ucap Cara manggut-manggut.

"Ya udah istirahat gih."

"Gimana mau naik tangga? Sakit mom." Ringis Cara melihat ke arah tangga yang cukup membuat kaki Cara kan bertambah sakit.

"Yaudah tidur di kamar mommy aja dulu."

"Beneran gapapa?" Tanya Cara memastikan.

"Iyaaa, yaudah sini mommy bantuin kamu berjalan."

Vanya pun memapah Cara menuju kamarnya.

~••~

Falsum NerdsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang