Trust? (Taeyong x Haechan)

6.5K 515 18
                                    

Cerita kali ini diambil dari sudut pandang Taeyong ya, ^^

Untuk kesekian kalinya aku terjebak bersama bocah ini. Bocah manis yang selalu mendatangiku di tempat yang sama dan di waktu yang sama. Di bukit, pukul 4 sore. Dia selalu mendatangiku hanya untuk menceritakan kegiatannya dalam satu hari, keluh kesahnya, masalahnya, semua tentangnya. Aku bahkan hanya menanggapi seadanya setiap dia menceritakan semua itu padaku.

Tapi tunggu dulu, terjebak? Apa aku tadi bilang terjebak? Kurasa hal itu berlebihan, karena....

Apakah aku bosan? Kurasa tidak.

Apa aku merasa terganggu? Tidak juga.

Atau aku menganggapnya angin lalu? Kupikir juga tidak karena aku masih mengingat cerita-ceritanya.

Dia, Lee Haechan, bocah yang terpaut 5 tahun dariku dan kami baru bertemu enam bulan yang lalu. Pertemuan pertamaku dengannya adalah saat dia menangis sendirian di tempat ini, tempat kami selalu bertemu. Saat itulah dia mulai menceritakan kisahnya padaku, hingga saat ini. 

Dan seperti yang telah kami lakukan sebelumya, aku hanya diam menanti matahari yang mulai terbenam dengan dia yang terus bercerita padaku. 

"Jadi begitu hyung. Bukankah mereka menyebalkan? Aku bukannya tidak suka kalau diajak bermain, hanya saja-"

"Haechan," untuk pertama kalinnya aku memotong cerita Haechan.

"Ada apa hyung?" aku bisa membayangkan wajahnya yang saat ini memandangku bingung. 

"Kenapa orang-orang suka sekali menceritakan masalah mereka pada orang lain?" tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku padanya. Kurasa dia masih berpikir saat ini, ditandai dengan dia yang hanya diam tanpa menjawabku. 

"Memangnya kenapa kalau menceritakan masalah pada orang lain? Bukanya tidak apa-apa?" Haechan balik bertanya padaku.

"Bagiku, hanya ada tiga alasan untuk seseorang menceritakan masalahnya pada orang lain. Pertama, dia ingin membuat orang lain simpatik kepadanya. Kedua dia ingin mencari teman yang senasib atau memiliki pemikiran yang sama. Dan yang terakhir dia memang ingin mencari solusi untuk masalahnya," aku mengalihkan pandanganku pada Haechan yang terlihat serius menyimak apa yang kubicarakan. "Jadi, yang mana alasanmu saat menceritakan semua hal padaku?" 

"Kurasa aku termasuk ketiganya Hyung. Tapi," Haechan memotong perkataannya. Terlihat berpikir untuk mencari kata yang tepat. "Kurasa aku juga bercerita padamu karena aku ingin berbagi," 

"Berbagi?" 

"Ya, berbagi. Aku ingin berbagi apa yang kupikirkan, apa yang kurasakan, dan apa yang kualami denganmu Hyung," Haechan menjawab dengan yakin dan dengan senyuman manisnya. 

"Kenapa? Apa kau tidak takut aku akan membocorkan semuanya pada orang lain?" aku masih menatapnya sangsi. Entah kenapa aku benar-benar ingin mencari tahu tentang hal ini. 

"Tidak. Lagipula Tae hyung tidak terlihat seperti orang yang akan membocorkan rahasiaku ke semua orang," Haechan masih tersenyum senang menanggapiku. 

"Apa kau juga seperti ini pada orang-orang? Apa kau tidak takut orang-orang yang sudah mendengar ceritamu menusukmu dari belakang?"

Haechan terlihat mengerutkan keningnya bingung. 

"Kau tau? Musuh paling berbahaya itu bisa jadi temanmu yang paling kau percaya," 

"Memangnya kenapa hyung? Hyung tidak percaya pada orang lain ya?" Haechan mungkin bertanya dengan tenang, tapi dia menebaknya dengan tepat. 

"Apa-," dia terlihat ragu untuk kembali bertanya padaku. "-apa hyung pernah dikhianati orang lain?"

Aku terdiam sedangkan Haechan terlihat menanti jawabanku. 

Aku tersenyum kecil. Beruang kecil ini entah kenapa selalu bisa menebakku dengan tepat. 

"Ya dan aku tidak bisa mempercayai orang lain karenanya," aku berdiri diikuti Haechan. 

Aku mengalihkan perhatianku pada Haechan yang saat ini masih memandangku dengan penasaran. 

Matahari sudah mulai tak terlihat, tapi aku masih bisa memandang wajah Haechan dengan jelas. Manis. 

"Kau tau Haechan? Asalkan bukan kau yang melakukannya aku akan baik-baik saja," 

Haechan terdiam, kurasa dia berpikir tentang arti ucapanku. Haechan sungguh menggemaskan. Aku tidak tahan untuk mengusak rambut beruang ini. 

"Sudah tidak usah dipikirkan. Ayo kuantar pulang," 

Haechan tersenyum cerah menggantikan matahari yang kini tenggelam sempurna. Senyumnya selalu membuatku ikut tersenyum. Hangat. 

Dan begitulah aku mengenalnya, Haechanku. 

Dengan menikmati setiap ceritanya, mengingat semua kisahnya, mendengarkan suaranya, dan menikmati setiap ekspresinya. 

FIN

***********************

Yak begitulah ini sekali lagi pelarianku dari ujian. Makanya pendek aja ya. 

Sebenernya ini salah satu hal yang mengganjal di pikiranku gara-gara ada yang nanya, kenapa sih kamu suka curhat ke temenmu. Dan yah, daripada pusing dipikir sendiri mending jadiin story yekan wkwk. Dan berhubung Taeyong sepertinya cocok, jadi kupake Taeyong dehh. 

BTW NIH. Ini yang minta Taeyong sama Hyuck hayo mana. Lunas yaaaaa XD

Haechan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang