"BODO AMAT JEN SUMPAH"
"Hae-"
Tutt tutt tutt
"Yah dimatiin," Jeno menatap handphonenya lalu tersenyum kecut.
"Haechan ngambek sama lo lagi Jen?" tanya Mark tanpa memandang Jeno dan masih sibuk mendrible bola.
Jeno hanya tersenyum dan mengangguk membenarkan.
"Ini hari Minggu sih, masih sore juga. Masak Haechan marah cuma gara-gara lo main basket sama kita?" Lucas tak habis pikir dengan Haechan.
"Kok lo betah deh sama Haechan, perasaan dia ngekang lo banget gitu. Ini ngambek, itu ngambek, dikit-dikit marah," Renjun sebagai teman yang baik kasihan juga lama-lama sama temennya itu.
"Iya deh Jen. Lo kalem mulu sih sama Haechan, dia jadi semena-mena. Coba lo gantian gituin dia Jen," Lucas a.k.a si kompor ikut berpendapat.
Jeno sih ketawa aja ya. Jeno tau kok kalau temen-temennya ini cuma kasian sama dia. Tapi Jeno kan lebih tau apa yang dia lakuin dan rasain, ya gak?
"Kok lo malah ketawa sih? Kita ini kasian sama lo," Renjun heran sama Jeno. Dinasehatin kok malah ngakak. Kurang sabar apa mereka punya temen kaya Jeno, ehem mungkin kebalik.
"Maaf deh maaf. Tapi ngomong-ngomong Njun, Haechan itu bukannya marah. Dia cuma keliatan jutek aja kalo sama orang baru. Bukan berarti dia marah," Jeno ingat kok kalau pertemuan Haechan dan teman-temannya tidak berjalan mulus. Dalam artian Haechan terlalu jutek waktu ketemu temen-temennya. Tapi mereka menganggap Haechan lagi marah waktu itu.
"Gila cuy, masih dibelain. Iya deh, yang pacar emang beda,"
Jeno senyumin Jaemin yang barusan nyindir dia.
"Tapi gue penasaran Jen, bagusnya Haechan apa deh. Perasaan lo segitunya banget sama Haechan," pertanyaan Jaemin sukses membuat Mark, Renjun, dan Lucas seketika berhenti bermain basket dan memutar badannya demi jawaban Jeno.
"Banyak. Tapi mending kalian gatau dariapada nanti malah suka sama Haechan," Jeno senyum lagi.
"Lagian marahnya Haechan itu kaya asep. Dan asep gaakan muncul kalo gaada api,"
Mark, Jaemin, dan Renjun antara kagum dan kaget denger kata-kata Jeno.
"Nanti ada Haechan jangan pada nyinyir mulutnya. Awas aja lo semua" mata Jeno berubah tajam memandang teman-temannya.
"Iya bawel," Renjun memutar matanya malas dan kembali memainkan bolanya diikuti Mark dan Lucas.
Tak berselang lama, Haechan datang dengan membawa tas yang yang cukup besar di tangannya. Ia berjalan lurus ke tempat dimana Jeno dan Jaemin sedang duduk memperhatikan tiga orang yang sedang bermain di tengah lapangan. Jaemin yang pertama sadar ada Haechan menyikut pelan pinggang Jeno. Dan ketika menoleh, Jeno melihat Haechan yang berjalan ke arahnya dengan mata memicing tajam tapi ekspresinya datar.
"Hai bear," sapa Jeno dengan senyum gantengnya.
Haechan masih berdiri menatap tajam Jeno. Jeno sih santai, tapi Jaemin udah merinding merasakan aura gelap Haechan.
"Ulangin lagi Jen, kalo perlu gausah pulang sekalian. Siapa tau besok gue bisa jengukin lo di ICU," Haechan berkata dengan nada dingin. Dan sukses membuat semua orang minus Jeno Haechan seketika kaget.
Mulutnya Haechan kalo ngomong emang suka gatau aturan. Mungkin itu kira-kira isi otak mereka.
"Maaf deh, kan aku udah nggak ikut main. Tuh tanya aja sama mereka. Daritadi aku tuh cuma duduk diem di sini doang,"
