Bab 2

6.1K 539 63
                                    

Apa ada yang percaya dengan mitos anak pembawa sial? Atau pembawa keberuntungan? Atau semacamnya?

Semua itu sama sekali tak dipercaya oleh sepasang suami istri Song. Kedua suami istri itu sama sekali tak percaya dengan mitos apapun. Karena menurut mereka, seorang anak, baik itu normal atau cacat. Baik itu bodoh atau pintar. Baik itu jelek atau ganteng, ataupun cantik. Mereka pantas untuk mendapatkan limpahan kasih sayang, bukanlah untuk disia-siakan.

Sejak mengangkat Yoongi menjadi anak mereka, dan merawatnya dengan penuh kasih sayang, kehidupan mereka semakin berwarna. Yoongi itu anak yang pintar. Yoongi itu anak yang cerdas. Dan Yoongi itu anak yang aktif. Penyemangat mereka.

Tapi entah kenapa beberapa hari ini Gain merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Gain akan mudah lelah, muntah-muntah, dan merasakan pusing.

Bukan hanya itu, entah kenapa juga dirinya merasa menginginkan sesuatu, terutama makanan dan harus dipenuhi. Jika tidak, dia akan marah dan uring-uringan.

Seperti hari itu, Gain merasa sangat pusing. Kepalanya seakan ditusuk-tusuk. Namun entah kenapa dirinya justru ingin memakan buah mangga muda. Aneh bukan? Karena apapun yang masuk ke dalam perutnya akan dikeluarkannya kembali. Namun buah masam itu cukup membuatnya senang dan nyaman saat masuk ke dalam perutnya.

"Mommy," panggil Yoongi yang baru saja pulang dari sekolahnya di jemput oleh bibi Han, pelayan tua yang setia mengabdi pada keluarganya sejak sang suami masih kecil itu.

Gain masih menikmati buah mangga yang baru saja dikupas olehnya itu. Gain menyambut kedatangan anak kesayangannya itu dan menggendongnya.

Entah kenapa perutnya terasa sakit dan tertusuk saat mengangkat tubuh berisi Yoongi. Membuat Gain dengan cepat menurunkan Yoongi dan memegangi perutnya yang sakit.

"Mommy," panggil Yoongi menangis melihat Gain yang sedang menahan sakit menyengkram perutnya.

"Nyonya," panggil bibi Han membantu Gain duduk di sofa.

"Sakit, Bi. Perutku sangat sakit," rintihnya semakin mengeratkan cengkramannya pada perutnya.

Bibi Han kaget melihat darah mulai mengalir membasahi kaki Gain. "Ya Tuhan, Nyonya. Anda mengalami pendarahan," katanya panik.

Kepanikan bibi Han membuat Gain ikutan panik. Belum lagi mendengar kata pendarahan. Apa dirinya sedang mengandung? Kenapa bisa dirinya tak menyadarinya?

Bibi Han langsung menelpon ambulance agar datang, tak lupa pula menghubungi Seung Heon, sang majikan.

Gain pun dibawa ke rumah sakit setah ambulace datang. Yoongi terus menangis dalam gendongan bibi Han.

Tak berapa lama, Seung Heon datang dengan tergesa-gesa.

"Bagaimana keadaan Gain, Bi?" tanya Seung Heon pada bibi Han panik.

"Daddy," panggil Yoongi mengulurkan tangannya yang masih dalam gendongan bibi Han.

Seung Heon langsung menyambut uluran tangan Yoongi dan mengambilnya dari gendongan bibi Han.

"Jangan menangis! Mommy pasti baik-baik saja," kata Seung Heon menghapus airmata di pipi chuby Yoongi.

"Hiks... Yoongi nakal. Hiks... Yoongi buat mommy cakit. Hiks... Yoongi anak cial. Hiks..."

Tangisan dan perkataan Yoongi membuat Seung Heon kaget dan sedih. Ternyata anaknya itu mengalami trauma hebat akibat perkataan dan perbuatan keluarga kandungnya dulu.

Seung Heon menggeleng. "Yoongi tidak salah. Yoongi juga bukan anak sial. Yoongi anak daddy dan mommy. Yoongi harus kuat untuk menjaga mommy!" katanya mencium pipi Yoongi yang masih basah karena airmata.

In Your Eyes - Vminkook Family (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang