Rangkulannya dikantin dapat membuat aku menggigil setengah mati.Andai saja tak ada oxigen disekitarku, pasti aku tinggal jasad yang hanya meninggalkan nama dibatu nisan.Kukira tak ada seorang pembuat jantung maraton disini, namun tebakan itu meleset.Dia ada bersama kedua cowok yang sangat terkenal dengan julukan yang diberikan untuknya.
"Yaampun kenapa harus ada dia sih, dunia serasa sempit banget buat gue".Dalam hati sudah ada dercak yang membuat gelisah.
"Oh iya, Hil kita duduk disana aja".Tanganku menunjuk arah yang bertempatan dipojok meja kantin.
"Oh oke".
Tiga cowok mulai menatap kani dengan tanya yang besar diatas kepalanya.Kuharap tidak ada gosip yang aneh setelah ini.Tapi, ternyata ada si cowok lebay plus penyebar gosip tercepat kelas dunia.Siapa lagi kalau bukan Fuad.Anak tajir, lebay, alay, engga ada kerjaan selain gosip, dan yabg teridentik darinya gendut.Namun, keimutan dari wajahnya masih memancar.
"Rah kamu pesen apa? biar aku yang pesenin ya?".
Dengan mata melirik kearah cowok pembuat jantung berlari seakan maraton aku fokuskan.Tapi, suara Hilmy mebuyarkan lamunan."Gue bakso sama jus jeruk".Matanya melihat kearahku, dapat terbaca bahwa dia mengira Hilmy pacarku.Namun itu salah, Hilmy dan aku hanya sebats teman.Tetapi, mengapa aku memikirkan perasaan dan pemikiran Attir? Siapa dia, pacar bukan sahabat bukan.Langsung saja aku kembali mebuang pikiran tentang Attir sekarang.
"Nih, baksonya sama es teh manis juga jus jeruk buat kalian".Kedatangan Mpok Endeh sangat cepat dan tepat, disaat perut demo segera saja nakanan datang.
"Makasih Bu".
"Sama-sama neng geulis".Nada yang sama seperti seorang yang berasal dari Sunda diucapkan Mpok Endeh.Sehujurnya aku tidak terlalu paham tentang bahasa Sunda, hanya tiga kata yang aku pahami artinya.
Geulis itu Cantik
Kasep itu ganteng
Dan Hiji itu satu
Untuk menghafal arti itu saja sudah membuat frustasi, apalagi satu kamus besar bahasa Sunda.
Tidak bagi rumus IPA dan Matematika, aku jagonya.
Bukannya aku sombong, tapi itu menjadi kebanggaanku, dan pembuat semangat."Rah".
"Napa?!".
"Kok kamu judes banget sih sama aku?!".
"Sensi ya lu?!".Dalam hati aku berdercak.Kurasa Hilmy lembut ucapannya namun mengapa sekarang seperti ini?.Kutepis sangkaan untuknya, dan bersabar menanggapi pertanyaan yang memojok untukku dari cowok didepanku.
"Engga kok, gue lagi laper aja.Jadi suka emosian gini, maaf ya".
"Oke,kamu bisa ngerti itu.Tapi, jangan gitu lagi ya...aku gak suka kamu yang kasar, janji?".Kelingkingnya mengarah kearahku.Tepat didepan wajah.Kami berdua duduk berhadap-hadapan, biasanya ada Meli yang menemaniku.Tapi, dia ada urusan tentang OSIS, jadi hanya ada aku dan Hilmy.
Inginku jawab"Apaan sih lu, ngapain larang gue buat kasar?!.Emang lu siapa gue, kita tuh baru temenan, tapi lu udah banyak ngasih aturan kegue!".
Sungguh rasa emosi dapat tertahan didada sehingga tidak keluar dibibir.Karena, dapat mungkin dapat menghancurkan pertemanan yang kami baru jalani.Dan ucapan dia memanggilku dengan panggilan yang membuat risih, yaitu kamu.Sangat sederhana sebenarnya panggilan ini, namun justru satu kata ini yang menjadikan aku merasa ada yang aneh dengannya.Kurasa perasaan ini sangat memojokkan Hilmy, maka kuhindarkan dugaan itu.
Dan kujawab perjanjian yang dibuatnya untukku."Janji".Kukaitkan kelingkingku sehingga mengait dengannya.Hangatan yang diberikan tangan Hilny, belum membuat hati ini merasakannya.Tidak sama seperti genggaman erat dari Bunda dulu.
"Rahma sini janji kelingking dulu sama Bunda kamu gak ngebuat Bunda khawatir lagi sama kamu gara-gara telat pulang sekolah, dan janji sama Bunda kamu harus izin dulu sama Bunda kalau mau pulang telat dan kalo mau main dulu sama teman, janji?".
"Iya Bun janji".Kaitan jaribkami berdua menghiasi ujung senja hari ini.Kami berdua sedang duduk direrumputan yang membentang, diatas matahari yang mulai turun menambah indahnya sore ini.Seakan tak ada yang aku pikirkan sekarang, hidup terasa bebas dan indah.Hanya bersama Bunda.
Ayah yang sibuk tidak mempunyai waktu untuk kumpul keluarga.Kepergian dinas yang banyak dijalani Ayah.Aku disini sekarang bertiga.Bunda, Aku, dan matahari yang menjafi saksi bisu.
"Rah"
"E...eh kenapa?".Mata yang masih terlihat tak fokus memancar dari mata.Pikiranku yang buyar, segera terpanggil oleh suara bariton yang mengagetkan.
"Kok kamu ngelamun".Terlihat cemas dari raut wajah tampan cowok didepanku.Kualihkan pandangan kesamping, dan menjawab dengan elakkan.
"Eng...engga kok".Mengapa aku bisa buyar seperti ini?! hatiku berdecak untuk tingkah lamunanku yang mencaskan baginya.Mungkin karena memikirkan kenangan masa lalu.
"Kesian tuh baksonya dicuekkin".Bibirnya manyun kearah bakso yang sepertinya sudah dihinggapi lalat.Tapi, tidak mungkin.Karena, kebersihan kantin sekolah kami terjaga kebersihannya.
Kepalaku mencari keberadaan sendok dan garpu didalam mangkok berisi bakso yang penuh dengan tambahan sayur dan bihun melengkapi kenikmatannya.
Pendaratan suapan pertama meluncur dengan baik didalam mulut, lidah dibuat menggoyang dengan mantap saat merasakan makanan yang lumayan menjadi santapan favoritku.
Kring...Kring...Kring...
Bel memanggil diriku untuk memulai kembali proses pembelajaran yang belum selesai.Terasa kenyang perut ini diisi makanan gratis yang dibelikan Hilmy.Entah mengapa dia memaksaku untuk mau dibayarkan olehnya.Mungkin sedang tajir anak ini, pikirku.
"Yuk".
Anggukkan kepala lumayan terlihat sebagai jawaban dari ajakkan cowok didepanku.Punggungnya menjadi pandangan mata didepan saat ini.Terasa sangat kecil dan mungil tubuh ini, bila dijajarkan dengan dirinya.
Postur tinggi semampai dimilikinya.Pancaran ketampanan digenggam olehnya, bagaimana cewek tidak suka dengannya...semua ada didirinya.
"Memberi salam"
"Selamat siang Bu...".
"Baik, sekarang kita memasuki pengajaran tentang bola besar.Ibu tunggu kalian dilapangan depan Ruang OSIS, sepuluh menit dari sekarang!, yang telat akan dapat hukuman dari Ibu".
"Cepetan Rah...nanti dihukum sama Bu Derry!".
Berisik..Oncom! Aku sangat terganggu dengan teriakkan Jessy yang tepat ditelinga."Iya, sabar...Gue lagi cari celana bentar...aduh mana ya?".Leherku seperti ingin patah, yang selalu menengok kearah kanan-kiri-kanan-kiri-kanan-kiri...dan seterusnya.
"Tuh kan udah pada keluar.Rah, GECE!".Padahal masih ada seperempat siswa dikelas yang ngaret datang kelapangan.Memang keberlebihan sikap dan ucapan Jessy menyaingi Fuad.Serasa Raja dan Ratu saja siswa disekolah kami.
"Nah ini dia, Yuk!".Dengan menganggkat celana berwarna biru tua yang dipadu warna putih kuangkat keudara.
Larian kami berhamburan menuju lapangan yang mungkin sekarang sudah dipenuhi siswa yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The story about us
Teen FictionKisah gadis yang hidup dengan kehangatan keluarga harus hilang begitu saja karena keegoisan Ayahnya. Kehidupannya dimulai dari dia menempati sebuah kos-kosan yang sederhana. Pertemuan dua gadis yang saling bertolak belakang.Mampukah mereka be...