"Itu pacar Rahma?".Suara cowok ini membuat aku menoleh kearah tatapan matanya.Kepalanya yang menengok kearah kantin mulai kuikuti.
"Maybe" .Sambil mengendikkan bahu jawaban menggantung diucapkan Jono.
Cowok asli Betawi menjadi temanku setelah perkenalan dikelas.Belum sempat aku bertanya kepada mereka, candaan Jono menjurus kepada cowok bertubuh gendut disampingku.Alhasil, aku kembali memfokuskan pikiran kepada temanku ini."Eh, entar yang bayar lu ya".omongan Jono lolos mengecohkanku dari pandangan mata Fuad.Aku melihat seorang pria merangkul dengan mesra gadis yang terlihat familiar diingatanku.Sebelum mengingat nama dan identitas gadis itu, Jono segera mengganti topik kami.
"Iya, lu tenang aja".Jawab enteng Fuad.
Bagi Fuad menjajani teman sendiri adalah suatu hal yang wajib dilakukan untuknya, bagaimana tidak.Aku mengakui kekayaan yang mengelilingi hidupnya.Supir yang selalu menjemputnya dengan setia telah stand bye diparkiran.Setiap hari uang jajan Fuad dapat mengalahkan semua tabunganku, itu seperti apa yang dikatakannya.
"Gua bosen jajan sejuta seminggu".Mendengar kata bosan itu dapat menjadikan pikiran mengatakan 'nih anak gila apa ya? kalo gua dikasih sejuta seminggu sih gak keberatan'
"Oke deh Bang.Bu saya nambah semangkok lagi baksonya!".Tambahan mangkok yang dikatakan dengan keras ditujukan ke Mpok Endeh, tukang bakso yang terkenal disekolah.
"Gila kali ya lu, udah abis dua mangkok masih belom kenyang aja tuh perut".Protesku yang seakan tak percaya ucapannya tadi.'Emang dasar rakus'.Sudah dua tumpuk mangkok terpanpang diatas meja bermotif kotak-kotak.
"Yaelah Tir, kayak gak kenal gua aja.Sengaja gua banyakin porsi makan, biar kalo sore gua masih ada cadangan makanan diperut".Rumus pencernaan itu?.Terkadang perkataan Jono menguras waktu untuk dipahami.Karena, ucapannya sangatlah berbeda dari beberapa otak manusia didunia.Mungkin.
"Banyak alasan aja lu, bilang aja puas-puasin makan gratis".Cibirku dengan tatapan mendekat kewajahnya.Senyuman lebar dan cerdik dilakukannya.
Fuad yang tak lepas dari pandangan dari gadis dan pria mesra dimeja pojok kantin.Kugerakkan tangan ini didepan wajahnya untuk kembali menyadarkan kecengoann yang ditampilkan wajahnya.Namun, masih tak terpengaruh anak ini dengan objek yang sama.Rasanya aku sudah tidak sabar menggebrak meja dan menyadarkan Fuad, sebelum terlambat.Karena, Fuad memiliki riwayat penyakit 'kesurupan' yang waktu itu diceritakan Jono dikelas.Kami selalu membicarakannya saat guru menerangkan.
Brak...
"Ih, napa sih lu Tir?! gua kaget tau! kalo tiba-tiba jantung gua copot gimana?.Emangnya lu mau gantiin jantung gua pake apaan?!".
"Pake jantung capung".Ceplos aku berkata itu.Aku tidak perlu memikirkan lagi kata yang tepat.Katena, kelebayannya susah dimengerti dan ditandingi.
"Hah!"Teriaknya keras, belum sempat meneruskan komentar, aku sudah memotong ucapan itu.
"Udah lah lu gak usah lebay elah.Lagian ngapain dari tadi lu cengo aja, kalo udah kesurupan kan gua sama si Jono juga yang repot".
"Kalo gua sih engga peduli sama dia".Asal ceplos saja Jono berbicara sambil mengunyah bakso yang ukurannya masih utuh.Dengan spontan Fuad yang terkenl dengan cowok terbay namun tertajir disekolah ini berkomentar tak setuju.
"Apa lu bilang Jon?!, lu engga peduli sama gua.Oke, Bu entar bakso yang dipesen si Jono dia yang bayar sendiri, bukan saya".Mantap.Ancaman yang dibuat temanku yang satu ini sangatlah manjur dilakukan untuk membalas perkataan Jono tadi.Memang, yang kaya yang berkuasa.Makannya Jono selalu saja berkata manis dan tidak mau membuat Fuad mrah, tidak lain hanya untuk mendapat bayaran dari jajannya yang sangat banyak.
"Yah... jangan gitu dong Bang, gua kan cuma becanda.Lagi juga yang gua maksud engga peduli itu si Attir".Rayuan yabg cukup manis, namun apakah harus membawa-bawa namaku diantara permasalahan mereka?.Kurasa tidak, segera ku bela dengan kata yang cukup keras.
"Kok gua!"Belum selesai bicara, Fuad memotong seenaknya perkataanku.
"Bener?" 'najis' itu mungkin cocok digambarkan untuk nada bicaranya sekarang.Bagai anak kelas 2 SD yang baru saja naik dari kelas 1.
"Iyaa bener, tapi bayarin ya baksonya". 'modus aja lu mah, Jon'.Semoga ucapan dalam hatiku tidak terdengar oleh Jono, kalau dia dengar mungkin sudah banyak hujatan darinya untukku.
"Oh, iyaa tadi lu mau bilang apa Tir?".Tanya Fuad yang berasa tak bersalah.Teman nya sendiri didiamkan dan sekarang aku mendapat getah dari pertengkaran mereka yang membuahkan hasil bagi Jono.
Aku tidak menjawab, namun berbicara dalam hati.
Telat mbak
Kira-kira itu yang aku ucapkan didalam hati."Rah, kamu mau pesen apa? biar aku yang pesenin ya?".
Suara yang tidak gaib terdengar dari kursi kanti dipojok sana.Tidak lain dan tidak bukan, si pangeran dan ratu yang selalu mesra yang pertama kucamkan untuk mereka."Gue pesen bakso sama jus jeruk".
Suara yang lumayan kukenal, dari adegan pertemuan tak sengaja.
Masih dengan mata yang tertuju pada wanita dan pria itu, aku mulai mengingat.Dan utu Rahma, anak yang ditertawai saat upacara dan pertemuan kami dimulai saat bertemu dimall.Cowok itu pergi ketempat bakso didekat meja kami.
"Bu baksonya dua ya, sama jus jeruk satu, kalo saya es campurnya satu". Dengan gaya fisik yang digerakkan cowok tegak mengikuti kata yang diucap.
"Oke deh, omong-omong itu pacar barunya ya?".'Dasar emak-enak sekarang pada kepo amat ya?' aku masih menasang antena ditelinga guna mendengar percakapan mereka.
"Oh, engga kok.Tapi pengen jadi pacar Bu".Senyunan kecil terlihat diwajahnya, sambil berkata.Elaknya, aku tahu kalau cowok ini menyukai cewek yang dibawanya kekantin sekarang.Aku sudah dapat menyimpulkan itu karena perilakunya terlihat seperti sepasang kekasih.
"Ah, kamu bisa aja".Balas Mpok Endeh dengan gaya genitnya.Kalau saja suaminya melihat tingkah laku Mpok Endeh, pasti sudah mendarat omelan yang didengar wanita paruhbaya ini.
"Eh, Bang lu ngapa dari tadi ngeliatin si Rahma melulu?".Tanya Jono mulai berbunyi.Dengan arah mata yang masih melihat seorang gadis bernama tak asing bagiku.Saat pertemuan dengannya sangat tak sengaja.Maklum saja aku pengingat yang baik, sehari berkenalan saja aku dapat hafal wajah dan nama,apalagi terus bertemu, sudah hafal sekali pastinya, seperti Jono dan Fuad ini, selalu bersamaku dimana saja.
"Lu liat si Rahma kan? nah, justru itu gua heran sama dia, kok mau aja jalan sambil dirangkul segala lagi sama si Kambing".Bibirnya memanggil cowok itu dengan sebutan kambing, entah apa yang membuat sebutan tercap olehnya.
"Mungkin dia abis jadian kali Bang".Segelas air putih habis diteguk cowok disamping Fuad, sambil menerka alasan yang tepat menurutnya.
Tak ada jawaban dari Fuad, dia hanya mengangguk setelah mendengar pendapat Jono.
"Eh, napa lu pada manggil tuh cowok si kambing? perasaan mukanya gak kayak kambing".Aku bertanya sambil menatap lekat kedua cowok dihadapanku sekarang.Mendengar aku bertanya Fuad segera menjawab dengan ejekan.
"Ah elah Tir, anak kayak dia emang pantes disebut kambing, mukanya aja kayak kambing, ya gak Jon?".Sambil menaikkan satu alis Fuad menatap Jono untuk membenarkan perkataannya, lebih tepan ejekannya.
"Haha, bener banget Bang".
Ketawa mereka mulai pecah, dan aku hanya dapat diam.Tak butuh waktu lama untuk menunggu bunyi bel bersuara.Kurasa sangat cepat jam istirahat disekolah, rasanya ingin selalu bercanda dan bergurau bersama temanku ini.
Kami memulai untuk pergi setelah melihat keberadaan kedua insan yang berada dipojok meja kantin menghilang.Aku tidak ingin berkomentar, hanya langkah kaki yang terus mengikuti kedua anak ini didepanku.
Perpisahan terjadi dipecahan kelas kami, Fuad masuk kekelasnya, dan aku masuk kekelas bersama Jono.Sebelum masuk Jono sudah disambut oleh keberadaan guru dikelas, dengan aba-aba yang menyuruh kami segera duduk guru itu menatap.
Lebay gak tingkah Fuad?
Semoga kalian suka yaa...

KAMU SEDANG MEMBACA
The story about us
Novela JuvenilKisah gadis yang hidup dengan kehangatan keluarga harus hilang begitu saja karena keegoisan Ayahnya. Kehidupannya dimulai dari dia menempati sebuah kos-kosan yang sederhana. Pertemuan dua gadis yang saling bertolak belakang.Mampukah mereka be...