Sahabat??!

29 6 8
                                        

   Terkadang rasa nyaman yang ada dari sahabat, belum cukup untukku.Namun, dibutuhkan pula kesetiaan yang ada untukku. -Rahma-

   Aku yakin kamu pernah merasakan kesepian dan keheningan disini.Namun, apakah ini yang akan kudapatkan? bukankah kita adalah teman? atau hanya rekayasa?.
   Saat aku mencari jati diri, aku baru sadar bahwa hidup itu sulit dan rumit.Aku baru sadar bahwa hidup itu butuh perjuangan dan pengorbanan.Kadang tangisan banyak terisak dihati ini, tapi aku ingin kau dapat menghapus air mata yang jatuh, agar tak semakin banyak.
  
"Rahma Velika!" Teriakan yang kini menyadarkanku dari lamunan sontak membuat aku terkejut bukan main.Jujur, selama jam pelajaran dimulai akubtidak  fokus.Jari tanganku hanya menulis goresan kata yang tertera disobekan kertas buku tulisku.
   Isi kepalaku sekarang hanya ada nama Meli, hanya dia.Aku bingung dengan sikapnya dan sikapku.Mengapa aku menjadi begini,? mengapa aku menjadi kesal dengan prilaku Meli? seharusnya sebagai sahabat yang baik aku mesti mempercayainya dan berpikir positif tentangnya bukan?.Seharusnya aku memaklumi sikap Meli yang tadi pagi meninggalkanku berangkat sekolah, mungkin dia sedang banyak tugas yang belum terselesaikan, atau ada jadwal piket dikelasnya.
   Baiklah mulai sekarang aku akan selalu berpikir dan berbuat baik kepada Meli, buat apa bermusuhan karena masalah kecil bukan begitu?

"Rahma!!".

"Iya bu!".Jawabku sambil bangkit dari dudukku.Entah mengapa jika dikejutkan aku langsung bergerak secara refleks.

"Kenapa kamu bengong hah?! kan ibu sedang jelasin! kalo kamu gak paham gimana?!".

"iya Bu, ma...maaf".

"Kamu tau kan apa konsekuensinya kalau gak marhatiin pelajaran Ibu?".Tanya guru wanita yang berada didepan kelas, alisnya naik satu keatas.Aku bingung harus menjawab apa, hanya membisu yang terlihat dariku.

"Kamu tidak boleh mengikuti pelajaran Ibu didalam kelas".Jelasnya sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Maksud Ibu?".

"Maksud saya, kamu yang bernama Rahma Velika...harus keluar dari kelas ini, dan mengerjakan tugas yang akan Ibu beri diLUAR KELAS. MENGERTI??".Dengan penekanan kata diluar kelas aku terkejut sambil membulatkan bola mata.

Hatiku seakan tak percaya dengan perintah dari guru ini.Kenapa dia tega sekali kepadaku, tapi aku akui bahwa ini salahku, tapiii apa ini yang harus aku dapatkan? 
Saat aku mulai berdiri tegak, terdengar suara dari arah samping kursiku.Tak terbayangkan olehku sampai rela membela aku yang kini terdiam bisu.
   Matanya membulat dan suaranya terdengar lebih tegas dari biasanya.Kuharap guru yang tadi menghukumkum keluar kelas dapat berubah pikirannya.

"Maaf Bu, saya memotong pembicaraan Ibu, sebenarnya saya tidak setuju dengan keputusan Ibu mengeluarkan Rahma dari kelas". Kata yang terucap, sedikit demi sedikit membuat alis guru ini naik sebelah.Nampak raut wajahnya tidak bisa menerima pendapat dari Hilmy.
   Langkah guru ini maju secara perlahan mendekati letak berdirinya Hilmy, wajahnya maju beberapa centi mendekati wajah Hilmy, kulihat raut wajah Hilmy bukan takut dibuat guru didepannya, justru semakin menantang.Aku takut Hilmy ikut terbawa karena masalah yang kubuat.

"Oh...jadi kamu tidak setuju dengan hukuman yang saya berikan kepada Rahma? bukan begitu?".Kedua tangannya menyilang didepan dada.Suaranya memenuhi ruang kelas yang kini hening sekali.
 
"Iya, benar Bu".

"Kenapa? kenapa kamu tidak setuju? Ibu minta kamu menjelaskannya".

"Saya setuju jikalau Ibu menghukum saya bukan Rahma, kenapa? karena sebagai teman yang baik saya harus menbantunya".
Kata itu tiba-tiba membuat aku hanyut dalam aliran air yang sejuk yang akan berhenti disatu titik keteduhan yaitu kata yang diucapkan Hilmy.Jujur, aku tidak suka dengan perlakuan Hilmy yang terkadang berlebihan namun, baru kali ini aku mendengar kata itu terlontar dari seseorang, yang menganggap aku sebagai teman.

The story about usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang