Tak terasa hari cepat sekali berlalu.Seminggu bersekolah telah aku lewati.Sekarang adalah hari minggu, hari yang melelahkan, mengapa tidak?.Sekarang aku harus mengerjakan pekerjaan rumah yang sebelumnya tidak pernah aku kerjakan.Pertama-tama ku mulai hari ini dengan menyapu kamar yang terlihat kotor.Banyak tumpukkan kertas dipojok kamar.Tidak seperti dulu, yang ukuran kamar saja bisa dijadikan rumah kontrakkan, karena luasnya yang besar.Tetapi, sekarang berubah, kamar yang hanya memiliki luas yang bisa dibilang kecil dan sempit.Akan tetapi, aku mensyukirinya, masih bagus dan untung aku memiliki atap untuk berlindung dari panasnya matahari dan dinginnya hujan turun.Karena, masih banyak diluaran sana yang tidak memiliki atap untik mereka bernaung.
"Rah! Rahma...sini bentar deh, tolong bantu gue dong!".Teriak Meli dari lantai bawah.Meliana terlalu panjang untuk disebutkan makadari itu, aku hanya memanggilnya dengan sebutan nama depannya saja, Meli.Seketika aku berdecak malas untuk menuruni tangga dan mendatanginya.Seperti rumah sendiri, disini kos-kosan khusus anak perempuan saja.Dan semuanya memiliki sikap yang baik dan ramah.
Segera kupaksakan kaki ini untuk berlangkah."Kenapa Mel?".Aku sudah berada didepan pintu kamarnya sekarang.Seketika aku terkejut melihat kerta yang berserakan dan sangat menggangu pemandangan.
"Ya ampun Mel!.Kok kotor banget sih kamar loe?!.Abis banjir bandeng apa tsunami?!".Teriak histeris yang kulakukan untik merespon keadaan kamarnya.
"Bandeng, bandeng.Mending sekarang loe bantuin gue deh, nih sekarang gue ada tugas buat loe".Sahutnya yang mengoreksi ucapanku yang salah.Ya, salah itu wajar bukan?, apalagi aku hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa.Meli memang seperti komentator yang terkadang mengoreksi kasalahan yang ada.
Tunggu, kerjaan?, tidak.Aku tidak akan ingin diberikan kerjaan sedangkan dikamarku sendiri telah berteriak meminta pertanggung jawaban untuk dibereskan."Kerjaan?.Loe ngasih gue kerjaan?,sorry ya friend gue gak butuh tuh kerjaan tambahan dari loe.Karena, tuh dikamar gue masih banyak kerjaan yang harus ditangani".Jelasku yang nenggunaka kata friend sambil menunjuk keatas, kearah kamarku.Setelah aku bicara dengan lantang penuh dengan pembelaan, segera aku balikkan tubuh ini untuk kembali melanjutkan kerjaan yang tertunda tadi.
Namun, tak butuh waktu lama untuk Meli menahan tanganku agar tidak pergi dan mau membantunya.Terlihat tangan yang menahanku dari belakang.Tubuh ini seakan berhenti dan kaku."Rahma yang manis, loe masih inget gak kalo waktu itu gue pernah masakin loe nasi goreng plus segelas es teh manis.Kalo loe lupa kapan waktunya, itu seinget gue pagi hari deh, yang loe lagi laper banget itu loh".Celetuk Meli sambil menggayakan kepala yang sedang mengingat masa yang telah berlalu.
Pikiranku dibuat kembali mengingat masa yang lalu itu.Ya, aku ingat waktu itu aku mamang sangat lapar.Tapi,kenapa dia masih ingat ya?.Dasar pengingat yang baik.Inilah kesan yang dapat diutarakan bila ditanya kesan tidak enaknya berteman dengan anak pintar, anak pengingat.Tapi, pengingat dalam kabaikkan dia saja.Huh."Ya, gue inget.Kok loh masih inget sih Mel? itukan udah hampir satu minggu yang lalu.Itu hari pertama kita masuk loh, tapi loe masih inget aja".Tanyaku pasrah dan meminta untuk tidak mengungkit kebaikannya.
"Inget lah gue,Nah kalo loe udah inget sekarang bantu gue ya.Gantian,oke?".Perkataan yang membanggakan diri sendiri sangat jelas terdengar.Dia sengaja menekankan kata gantian, dan aku hanya bisa pasrah.Dan mengikuti perkataannya.
"Emang loe mau dibantuin apa?".
"Gue pengen loe temenenin gue ke mall buat beli perlengkapan tugas gue yang belum lengkap".
"Tap...tapi Mel
"Gak ada tapi-tapian.Sekarang loe pake baju dan dandan yang cantik ya.Pokoknya jangan lama, gue tunggu loe diteras depan".
Baru ingin membalas sudah dipotong saja perkataanku oleh Meli.Jeans, kemeja hitam, dan topi abu-abu.Itu yang kukenakan untuk mengantar Meli pergi ke mall.Terkesan sangat sederhana, tapi aku memang bukan anak yang ribet, aku lebih suka menggunakan kemeja dibandingka dress yang membuat tubuh menjadi kaku.Mungkin ini yang membuat aku dibilang cewek tomboi.Sepatu flat shoes yang kini kubawa menuruni tangga.
Terlihat Meli yang seperti biasa, yang mengenakan kaos pink dan rambut yang dibiarkan terurai serta dandanan yang kalau dinilai mendapat kata sempurna.Kami memiliki kebiasaan dan berbusana yang bertolak belakang."Udah ayo".
"Yo".
Kami menaiki taxi untuk sampai di sebuah mall di Jakarta.Rasanya aku mengingat masa lalu yang lama sekali, yang kemvali memutarkan ceritaku dulu bersama Bunda.Kami sering sekali melewatkan semua hal dengan bersama.Tak ada hari tanpa Bunda dan aku lewatkan bersama.Banyak yang bilang 'kalau ada Bu Suli pasti ada Rahna dibelakang'.Suli adalah nama Bunda, sebenarnya nama panjangnya adalah Suliati, tapi dipanggil Suli oleh kawan-kawannya.Bunda tidak bekerja, beliau memilih untuk merawatku dan menjagaku.Dimana pun aku berada pasti Bunda ikut atau setidaknya aku izin keBunda terlebih dahulu.
Banyak sekali orang yang lalu lalang disini, ada yang memang perlu untuk berbelanja, hiburan karena ada libur sekolah atau kerja, dan ada juga yang sengaja engajak pacarnya untuk jalan-jalan sebentar.Kami pun memasuki toko buku dan alat perlengkapan sekolah.Buku berjejer rapi disusun dirak khusus sesuai dengan jenisnya.Berbagai perlengkapan alat tulis tersedia disini, mulai dari yang harga kaki lima sampai harga setinggi langit meskipun barang yang dijual kecil, tapi kualitasnya bisa dikatakan awet atau langgeng.
Seperti hubungan saja langgeng, tapi itulah yang banyak dilatakan pengunjung setia toko ini."Gue mau kesana sebentar loe mau ikut ga?" Tanya Meli yang menyadarkan aku dari pandangan yang sedang memperhatikan suasana sekitar toko serta pengunjungnya.Sebenarnya aku tak jarang untuk pergi ke mall ini, namun aku jarang sekali ketoko buku dan alat tulis ini, atau jarang. Tunjuk Meli mengarahkan kearah kanan dari tenpat kami berdiri.Arah pandangku pun mengikutinya.
"Oh, yaudah.Tapi jangan lama-lama ya, gue tunggu loe disini".Pesanku sambil senunjuk tempat dimana aku sedang berdiri sekarang.
"Ok".
Aku mencari tempat duduk disekitarku.Dan haailnya ada sebuah kursi yang sudah terlihat lapuk, kubawa tubuh ini menuju kursi.Terlihat tulisan yang melaranglu untuk mendudukinya.Padahal, rasanya tubuh sangat lelah sekali ingin duduk saja ada halangannya.
Dilarang mendudukinya, sudah lapuk.
Kembali kutegakkan tubuh ini yang sudah hampir menduduki kayu lapuk itu.Padat, itulah kata yang kudapat setelah mencari tempat dusuk yang lain, mungkin kerena ini adalah hari minggu, hari yang membuat pengunjung toko ini banyak berdatangan.Mengisi waktu luang, mungkin.
Majulah dengan mengikuti banyaknya namamu, satu huruf, satu langkah maju kedepan, dan kamu akan menemukan jodohmu.-Jebakan kocak-
Terpampang tulisan yang ditempel didinding sebelah kananku, dengan plastik laminating membungkusnya.Sungguh aneh tulisan itu, kukira itu hal yang paling bodoh, mana ada hanya dengan maju mengikuti banyak huruf nama, dapat menemukan jodoh.Aneh.
Kalau dipikir-pikir lagi boleh juga aku mencobanya, bukan untuk mencari jodoh, melainkan mencari hal yang menarik, sambil menunggu Meli.Dengan langkah kaki yang pasti dan kuucapkan namaku sambil melangkah.Mataku tertuju pada lantai toko yang berwarna putih bersih.
"Velika Rahma".Bisikku dalam mulut.Entah terdengar atau tidak, yang jelas aku menyebutkannya dengan sangat pelan.
Nampak sepasang sepatu dibawah, dan punggung lelaki berada didepanku.Tubuhnya menghadap kearah depan, dan aku berada disampingnya.
Tubuhnya menyampingiku.Kuangkat kepala dan mendapatkan senyuman dari cowok berkemeja kotak dan rambut yang ditata dengan rapi.Ganteng banget."Hai".
"Ha...hai".
"Rayhan Atirmidzi, panggil aja gue Atir".
"N...nama gue Velika rahma, panggilannya Rah...rahma".
"Nama yang cantik".
Makasih.Jawaban dalam hati yang tak terdengar olehku.Tangan kami masih bejabatan dan diam dalam hening.Rasanya aku ingin terbang saat ini, wajahnya sangat tampan, dan baik.Kehangatan mulai memasuki tubuhku saat kami bejabatan.Hati ku dibuat kacau oleh senyuman manisnya.Bibir terasa kelu dan bisu ketika ingin berkenalan, mengucapkan nama padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The story about us
Novela JuvenilKisah gadis yang hidup dengan kehangatan keluarga harus hilang begitu saja karena keegoisan Ayahnya. Kehidupannya dimulai dari dia menempati sebuah kos-kosan yang sederhana. Pertemuan dua gadis yang saling bertolak belakang.Mampukah mereka be...