Takdir atau bukan?

22 7 3
                                    

   Ketukan dari arah  luar memberhentikan kejaran yang dibuat Jessy dan Tono.Semua dalam posisi rapi dikelas.Aba-aba yang diberikan ketua kelas mampu menjadikan kelas sunyi.Sebuah salam yang diberikan siswa dibalas dengan guru perepuan dengan baik.Aku belum pernah melihat guru ini disekolah.Sepertinya guru baru.Namun, aku tidak memperdulikannya.Yang kini kuperdulikan ucapan guru itu, apa tadi? buku IPA?.Tidak ada didalam tas.Dan seperti biasa tertinggal dimeja belajar.Suara bariton bertanya kepadaku disamping.

"Lu bawa buku Rah?".
Pertanyaanya membuat aku gelagapan.Bagaimana tidak, jika aku berkata 'iya' maka lapangan menjadi saksi dimana diri ini dihukum.Jika aku menjawab 'tidak' kebohongan telah aku perbuat.Jujur saja, walaupun prilakuku bengal, tetap saja aku tidak menyukai kata bohong.Apa lagi melakukannya.

"Kalo  lu gak bawa, liat punya gue aja dulu".

Sebuah buku tulis IPA dia sodorkan kehadapanku.Tatapannya menyuruhku agar mengambilnya, tapi aku malu.Yasudah dari pada dihukum.Apa boleh buat.

Kusalin jawaban yang ada dibukunya.Secepat  mungkin kuusahakan agar  selesai dijawab semua.Dengan asyik nya aku menyalin jawaban.Suara langkah kaki dari celah pintu diluar.Tarikkan orang  itu  membuat  sedikit  celah  dipintu, dan  itu  memjadikan suara  yang cukup  terdengar.Tidak terlihat jelas wajah seseorang itu.Aku mulai merasa penasaran dengan identitasnya.Kepala yang sedikit kumiringkan membuat dia sedikit terlihat dari sebelumnya.Cowok.Itu yang kudapat setelah melihat samar-samar wajahnya.

Guru perempuan itu mulai menyadari kedatangannya.

Aku tak perduli, dan melanjutkan misi yang tertunda.Menyalin jawaban.

   Ajakan guru perempuan itu membuat lelaki itu masuk kedalam kelas yang seketika sepi.Tangan kecilku menari diatas kertas yang memiliki gambaran kosong.Kemudian, tinta membasahi dengan jawaban-jawaban dadakan.Seperti halnya tahu bulat, yang menyuarakan kata 'dadakan'.

Perkenalan pagi dimulai, sedikit pun mataku tidak pergi dari pancaran buku dimeja.Aku tidak tertarik melihat wajah dan  identitasnya.Bagiku murid baru  adalah seseatu yang biasa, tidak spesial.

"Nama saya  Rayhan Attirmidzi.Panggil aja saya Attir.

Attir? Tidak asing nama itu.Suara baritonnya membuat ku berpikir dimana aku pernah mendengar nama itu dan... 

Aku ingat.Tidak lagi dengan fokus kearah buku berada.Tatapan sudah tertuju pada sepasang bola mata miliknya.Kurasa dia tidak menyadari keberadaanku dikelas ini.Seragam yang dikenakannya membalut dengan sempurna dan rapi.Tas digembol dengan tali tas yang menempel dibahu dengan baik.Sorotan ragu terlintas dimata ini, apakah benar itu dia? pertemuan dikelas yang sama sangat tak terduga.Kesan yang pertama ada dipikiran adalah apakah ini takdir atau bukan?

"Rah ...rahma"

"Hah iya kenapa"Kepalaku terputar sembilan puluh derajat mendengar panggilan dari samping.Kudapati tatapan bingung dan sedikit heran yang diberikannya.

"Kok bengong?".Suara yang sangat terdengar khawatir jelas sekali dilontarkannya.Untuk membuat yakin padanya, aku segera membalikkan kembali situasi yang normal.

"Enggak".

   Pagi yang sungguh membuat bingung.Attir sekelas denganku, sebenarnya ini sepele.Tapi, mengapa harus dia.Semenjak pertemuan di mall dengannya, hati ini mulai tak karuan menatap mata indah yang dimilikinya.Tampilan yang sangat rapi mungkin dapat memikat hati kaum hawa yang melihatnya.Aku sudah lama tak merasakan indahnya cinta, terakhir waktu kelas dua SMP, dan tak berjalan sesuai harapan.Aku yang mencintai dia, menyayangi, tapi dia pergi dengan wanita lain.Itu yang menjadi pertimbanganku sekarang untuk kembali merasakan cinta.Sangat tragis cintaku dulu, bertepuk sebelah tangan.Kurasa hal ini yang dapat membuatku tidak  terlalu terpancing dengan cinta, semoga.Wajahnya yang tampan bukan menjadi alasan untuk  aku tidak mencintainya.

"Rah lu mau kekantin?".Pertanyaan yang membuat aku terbangun dari lamunan diatas meja.Awalnya pekerjaan menyalin jawaban menyita waktu ditambah anak baru yang kedatangannya tidak terduga.Setelah beberapa jam suara bel berbunyi nyaring.Kurasa perut ini akan menyerbu semua makanan dikantin.Namun, pikiranku mulai mencari alamat kehadiran nya.Kesunyian dipikiran memikirkan dia.Tak butuh waktu lama, suara Hilmy dari sampingku mulai muncul.

"Iya".Jawaban singkat.

"Bareng gue ya?".
Berpikir untuk mengelak sejenak.Sebenarnya jawaban yang tepat adalah tidak.Tapi, pertemanan kami baru dimulai tadi pagi, haruskah terpisah karena kalasanku bergerak kekantin.Kurasa tidak.

Suasana kantin yang ramai dan padat.Sendi ditubuhku seperti mau copot.Tulang yang seakan tak kuat menyangga berat badan.Terlintas untuk mengajak Meli pergi bersama kekantin.Namun, aku baru ingat kalau dia ada urusan penting dengan OSIS.Mungkin hanya aku dan Hilmy yang akan berjalan beriringan sekarang.Mataku menyapu pemandangan meja akan kantin yang masih kosong.
Terasa ada rangkulan hangat mengelilingi bahuku.Risih sekali dengan keadaan yang dibuat Hilmy.Rangkulannya membuat aku segera  menjauhkan tangannya dari bahu ini.Tak ingin ada yang melihat peristiwa tadi, langkah kaki srngaja kucepatkan kemeja yang sedaritadi telah kuincar.

"Kenapa lu ngehindar dari gue?".Perkataan yang membuat kaki terpaku ditempat aku berdiri.Jarak kami  tak terlalu jauh, kalau dihitung sekitar 6 langkah dari tempat keberadaanku sekarang.

Aku mulai mencari kata yang tepat untuk membalas perkataannya.Aku mulai mengeluarkan cucuran keringat dingin.Pikiran mulai kalut dibuatnya.Terasa merinding aku saat ini.Tak ada balasan dari ku, suara langkah nya mulai mendekat.Dan tepat didepanku dia berdiri.Sungguh aku tidak suka dengan kedekatan dengan seorang lelaki, aku lebih suka dengan pertemanan yang menyenangkan.Bukan pertemanan yang sedekat ini.

Wajahnya menatapku dengan tanya yang dipancarkan terang olehnya.Terasa hemvusan nafasnya menampar wajahku yang berada didepannya.Semoga seorang pun tidak ada  yang melihat kejadian yang kualami.Tubuh jangkungnya condong kearahku.Dan kata mulai bersuara darinya.

"Masih temenankan? gapapakan kalo gue rangkul lu?.Ya, anggap aja ini sebuah hadiah dari pertemanan kita".

Hadiah?

Aku memikirkan perkataannya.Berputar diotak, dan belum menemukan sesuatu yang  tepat untuk menafsirkannya.Memerlukan waktu yang lama memang untjk menemukan kata yang cocok.Akan tetapi, rangkulannya mendarat dengan sangat cepat, dan lebih erat dari yang tadi.

Kaki kami berjalan dengan serasi, terlihat dekat sekali.Sampai semua pasang mata menatap dengan tanya yang memenuhi pikiran semua panghuni kantin.Banyak gosip yang akan menimpaku secepatnya.Mereka menganggap kedekatan kami merupakan wujud dari seorang kekasih yang baru jadian.Dan yang sebenarnya sabgatlah berbeda, kami habya teman biasa.Teman yang baru memulai pertemanan tadi pagi.

"Tuh liat deh, baru aja diomelin dilapangan.Eh, udah langsung gandengan".Bahan gosipan yang  empuk aku sekarang.Ingin tangan ini mengepal untuk menonjok wajahnya.Namun, aku tidak berdaya.Senyuman Hilmy justru sangatlah menebar kebahagiaan untuk semua wanita penggosip kantin.Senyumannya yang membalas semua ejekan dan cemoohan penjuru tempat ini.

Ngapain coba nih anak, senyum segala?.Pertanyaan yang tepat untuk Hilmy sekarang terlintas dipikiran.Kalau dia bukan temanku, mungkin sekarang ocehan dan bentakkan aku mendarat ditelinganya.

Tolong comment dan vote ya...Comment dan vote kalian sangat berharga.Tolong kasih tahu yaa kalo ada typo...

Semoga kalian suka bagian ini dan yang lain.




 

The story about usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang