Sinar surya menyinari kamarku yang menerobos lewat jendela yang sedikit terbuka, mungkin Kak Daniz sudah membukanya dan gorden yang terbuka lebar.Hal itu membuat mataku kesilauan dan akhirnya terbangun dari tidurku yang indah.Seakan alarm yang sudah otomatis dipasang ditubuhku, jika ada cahaya yang menyilaukan mata membuat aku terbangun.Mungkin, sekeluargaku sudah tahu kalau aku ini anak yang malas sekali bangun pagi.Apalagi mandi pagi yang menggetarkan seluruh tubuh, dingin.Segelas teh manis hangat mampu menyegarkan tubuhku kembali, setelah rasa kantuk menyeluti.Kantuk itu seperti selimut.Semakin tebal rasa senang dimimpi itu, maka semakin terlelap pula tidur seseorang.Hentakkan kaki yang diiringi dengan penglihatan ramang, menghantarkan aku keruang keluarga.Disana aku menemukan Ayah memegang koran, yang pasti untuk membacanya.Ibu yang menyiapkan sarapan dibantu Kak Daniz.
Bukannya segera masuk kekamar mandi, untuk bersih-bersih berangkat sekolah, aku malah tergeletak disofa dengan posisi tubuh telentang.Kuambil bantal sofa yang bermotif tutul-tutul dan menutupkannya diwajah.Masih dalam pakaian tidur, yaitu kaos oblong dan celana pendek spongebob.Terasa nyaman sekali melanjutkan tidur, namun tidak membutuhkan waktu beberapa menit Ayah langsung menyuruhku agar segera bergegas berangkat sekolah.Suara bariton milik Ayah, mendominasi keheningan diruang keluarga, akibat kesibukkan mereka masing-masing.Ocehan Ibu juga mensahuti pembicaraan Ayah.Seakan tak mau ketinggalan buntut, Kak Daniz sesekali menghampiriku, dan menarik bantal yang kututupkan diwajah dengan sengaja.
"Ttir.Bangun nak, sudah pulul berapa? masa kamu mau telat sih masuk sekolah baru?".
Sekolah baru?.
"Attir, kalau kamu tidak mau bangun, Ayah akan siram kamu pakai ember air.Mau kamu?".
"Attir! heh, bangun loe.Kayak kebo aja, molor mulu kerjaannya".
"Apa Bu?.Sekolah baru?".Tubuh yang tenang berbaring, tiba-kuangkat tegak karena kaget mendengar ucapan Ibu.
"Iya, masa kamu lupa sih? waktu itu kan Ibu pernah bilang kekamu, kalau Ibu mau masukkin kamu disekolah diJakarta, dan pindah dari sekolah Bandung".
"Apa? sekolah baru?".
"Iya Attir ganteng...SE-KO-LAH baru buat loe".
"Sudah, sudah.Attir, sekarang kamu mandi dan pakai seragam, cepat.Ayah tunggu didepan".
"Iya Ayah yang ganteng, Ibu yang bohay, sama tak lupa Kakak Daniz terjelek...Oh ya, makasih loh atas pujiannya.Tadi bilang gue ganteng ya?, So,pasti dong".
Dagelan yang sedikit kubuat supaya cair suasana ruang keluarga yang menghujani komentar tentangku.Dengan tangan memagang perut, Ayah tertawa terpingkal-pingkal saat membaca koran.Bukan sebab berita yang lucu, tapi kata 'Ayah ganteng' yang membuatnya tertawa.Tipikal Ayah yang satu ini memang beda, pada umumnya seorang kepala keluarga itu tegas, dan pemberani, bukannya tertawa saat diledeki.Padahal, dagelan yang kubuat murni terucap dari hati nurani.Kalau tidak percaya, yasudah.
"Aku mandi dulu ya, jangan kangen".
Tanpa perlu balasan yang pasti, kamar mandi sudah terisi satu orang disini.Sekolah baru diJakarta, Apakah sama dengan Bandung? Atau mungkin tidak?.
Semoga lebih baik.Ayah sudah siap menyetir mobil yang tengah dipanaskan dihalaman rumah.Kak Daniz sudah melesat dengan sepeda motor nya menuju kampus.Serta Ibu yang membereskan meja makan yang telah menumpuk piring disana.Walaupun aku belum sarapan, tapi Ibu selalu membereskan.Sebenarnya aku disuruh tadi untuk sarapan dulu, namun cowok nakal tapi patuh kalau ada maunya ini kurang tergiur untuk sarapan pagi.Biasanya aku hanya meminum segelas teh manis hangat dan langsung berangkat sekolah.
Sepatu hitam yang dipadu dengan tali sepatu putih siap dipakai.Tas coklat yang digendong sempurna.Kutata rambut dengan sedemikian rapi, agar terlihat ganteng.Dulu, diBandung aku mendapat julukan 'cowok terganteng' disekolah.Mungkin, sampai sekarang juga.Setelah berpamitan, Ayah menawarkanku untuk diantarkan oleh nya.Mataku melihat sebuah sepeda motor yang berwarna biru muda terpajang disamping mobil Ayah.Motor itu terlihat seperti menyuruhku untuk pergi bersamanya saja.Kemudian aku katakan kepada Ayah bahwa aku sedang ingin menaiki motor kesekolah."Yah, Atir naik motor aja kesekolahnya.Lagi pengen naik motor".Ujarku mengikuti gaya pembalap terkenal.Ayah hanya mengangguk dan asap yang ditinggalkan dihalaman.Jalur Jakarta yang pernah Kak Daniz beri tahu kepadaku untuk sampai disekolah baru.Lalu-lalang kendaraan yang bermacam bentuk dan warnanya kian padat memenuhi jalan raya.Pinggiran aspal yang dihiasi pepohonan rimbun menambah kesan asri dikota metropolitan ini.Tak sama halnya seperti Bandung, Jakarta memiliki gedung tinggi yang berdiam diri menjulang disekeliling.Asap pabrik yang menutupi arah angin berhembus bagaikan menampar keindahan dengan gersang.Namun, Jakarta sudah lebih baik dari yang dulu.Berbeda dengan kota Bandung yang dipenuhi kicauan burung menyambut pagi cerah.Lantunan syair udara sejuk dibalut dalam satu genggaman.Memang, kota yang memiliki tolak belakang berbeda, namun dapat menjadi aksen yang indah dengan berbagai keragaman ciri khas masing-masing kota.
Kusempatkan melirik jam yang mengikat tangan kiri, nampak pukul 07:15, sedikit kehawatiran dihatiku.Telat adalah hal yang ditakuti semua murid, tetapi bagiku itu sebuah peristiwa bersejarah.Mengapa? karena aku tak pernah menjadi murid bulanan guru bk yang menghukumnya dengan alasan telat yang berjejer rapi dibuku kehadiran siswa.Keadaan berbeda dan berbalik disini, aku murid baru, dan tak boleh ada coretan noda yang ada.Mungkin, tidak jika sudah lama aku menjadi penunggu disekolah ini.
Sedikit sorotan gerbang putih menatap motor ninjaku.Gerbang yang dipenuhi siswa dan siswi mengerubuni lapangan yang akan mengikuti upacara bendera bersama.Atribut lengkap terpasang sudah ditubuh, mulai dari topi, dasi, sepatu hitam, dan yang lainnya.Waktu dulu, diBandung sekolah lamaku.Pernah ada peristiwa berarti dan berbekas dipikiran, telat yang dihukum berdiri dilapangan sekolah.Kuharap, itu tak terjadi kembali dan sekolah baruku dapat mengubah pribadiku yang lebih baim lagi.Ketika menuruni motor, banyak siswa yang memandangi dengan tatapan bingung, terasa berbeda mingkin wajahku dilingkungan sekolahnya.Murid baru yang pindah dari kota kembang sepertiku.
Kulepaskan senyuman yang sangat manis kesemua rekan kawanku nanti.Guru yang menyerbu pertanyaan untukku, seperti 'Kamu ada pindahan ya?'.Dan ada juga yang bertanya seperti ini, 'Dari Bandung ya?, pasti dari Bandung'.Soalnya ganteng'.
Terdengar familiar bila Bandung memiliki ketampanan yang sempurna untuk pria.Tapi, bagiku semua kota dan seluruh pria didunia memang tampan sejak kecil.Bukan begitu?."Ayo, anak-anak berkumpul dilapangan sekarang!.Pakai semua atribut dan nanti ada pengecekan rutin rambut".Teriakkan lebih jelas lagi terdengar dari arah lapangan berukuran cukup untuk menampung siswa dengan bantuan toa putih yang dipegang guru berjas coklat dengan dasi yang membuatnya lebih berwibawa.Menoleh kearahnya aku lantas berlari kecil menuju arah lapangan, nampak petugas upacara yang sudah terlihat siap dengan seragam yang dikenakan mereka sangatlah cocok.Setelah memakai topi dan membereskan posisi dasi, barisan yang kosong segera kuisi.Barisan ini sudah dipenuhi siswa yang berambut rapi dan potongan yang mengikiti peraturan sekolah.
"Hai, anak baru ya?".Suara yang datang dari arah sebelah kiriku berbunyi.Kekagetan ku sungguh tak terlalu tetlihat, yang segera ditutupi oleh jawaban.Alis kerang menambah ketampanan cowok yang menanyakan keberadaanku disini.Seragam yang terlihat rapi sangat menambah ketampanannya menjadi 99% lebih tampan.
"Oh, iya.Kenalin Rayhan Attirmidzi, panggil aja gue Attir".Gerakkan mata yang mengarahkan pertanyaan nama kembali kepadanya.Tak menunggu waktu lama dia menaikkan tangan yang tadinya berada dibawah sejajar dengan paha.Ucapan nama yang cukup singkat dikatakan.
"Fuad".Sesingkat itu nmanya diucapkan.Hanya meng-o kan nama tersebut.Berselang hanya beberapa detik lapangan sidah semakin ramai dipenuhi siswa, dan petugas yang sudah membacakan susunan acara.Semoga perkenalan pertamaku dapat membuahkan teman yang baik untuk yang satu ini.Tidak halnya teman-temanku dulu.Seakan angin menarik tubuhku untuk berdiri tegap mendengar seruan dari para pemimpi barisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The story about us
Novela JuvenilKisah gadis yang hidup dengan kehangatan keluarga harus hilang begitu saja karena keegoisan Ayahnya. Kehidupannya dimulai dari dia menempati sebuah kos-kosan yang sederhana. Pertemuan dua gadis yang saling bertolak belakang.Mampukah mereka be...