Suara jam beker yang sangat keras membangunkanku dari dunia mimpi yang baru saja terjadi.Tak terlihat jelas pukul berapa sekarang, tapi yang jelas matahari sudah memasuki jendela yang gordennya dibuka sedikit.Aroma masakan yang harum dan menggoda untuk segera bangun sudah tercium jelas.Langkah kaki yang nampak masih sempoyongan sedang menusuri lantai menuju dapur kosan.Terlihat antara asli atau tidak seorang gadis yang dikuncir sedang memasak nasi goreng.Untuk memastikan, aku mendekatkan diri kearah wajahnya.Sampai akhirnya dia menyadari itu.
"Baru bangun loe?".Pertanyaan yang tak terjawab oleh ku.Perut ini yang menjawab dengan suara keroncongan yang jelas.
"Haha, loe laper Rah?".
"Banget, Mel".
"Nih, udah gue masakin nasi goreng spesial pake pete dan segelas teh manis anget buat loe.".
"Thank you, ya".Kubawa sepiring nasi goreng yang baunya menggoda selera seperti mengucapkan kata 'makanlah aku, enak loh'.Dan kududuki sebuah kursi yang dudepannya terdapat meja bundar bertaplak bunga-bunga.Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan makanan ini.Sudah ada piring kotor dan gelas yang siapbuntuk dicuci disini.
"Cepet banget makannya".Suara yang berasal dari arah belakang.Nampak sesosok gadis yang membawa segelas susu dan sepotong roti dipinringnya.
"Kan udah dibilang gue laper, pake 'banget' pula".
"Haha, untung gue masakin sarapan buat loe ya, kalo gak udah kayak anak kurang gizi kali loe.Kelaparan".Kalimat yang menekankan kata 'kelaparan' lolos keluar dari mulutnya.
Segera aku bangkit dari dudukku tuk masuk kekamar dan bersiap berangkat sekolah.Baru saja melangkahka dua langkah kaki.Sudah ditahan saja oleh sebuah tangan dari sampingku."Loe mau kemana?.Temenin gue dulu, baru juga makan.Udah ditinggal aja nih gue".Mohonnya yang kubalas dengan jawaban beralasan.
"Gue mau siap-siap mandi.Loe kan tau kalo gue mandinya ngalahin siput jalan.Lama".Penekanan kata pun terjadi kembali disini.
"Oke.Tapi, entar pas mau berangkat sekolah loe tungguin gue ya".Pesannya, dan ku jawab dengan anggukkan kepala yang sangat pelan, sampai-sampai dia tidak melihat dan mengulangi kembali pertanyaannya.
"Ya".Tegasnya memastikan kalau jawabannya 'iya'.
"Iyaa, Meliana yang cantik jelitaa".Langsung saja kuledekinya dengan pujian yang memang sesuai dengan realita.
Langakah kakiku kembali menaiki lantai atas tempat tidurku, untuk mengambil handuk, dan mandi.Setelah mendapatkan makanan yang cukup dari Meliana, aku kembali lagi menjalani aktifitasku untuk bergegas berangkat sekolah.
Selepas mandi aku segera mengenakan pakaian sekolah yang telah kucuci dihari minggu dan menyetrikanya dengan lumayan rapi.Kuikat rambut yang sedikit ikal ini dengan kunciran yang berwarna hitam.Dengan sedikit riasan yang kupakai diwajah membuat aku kembali terlihat fresh.Hanya polesan bedak yang tipis dan goresan lipsbalm, terlihat sangat simple.Seutai tali tas yang berwarna biru dongker melekat sempurna ditubuhku.Aku identik dengan kata tomboy.Yang dikarenakan gaya berpakaian yang sederhana, juga sikap yang seperti anak lelaki.Tenang.Tidak ada gosip dihidupku, karena aku tak menyukai itu, tidak dengan kebanyakan wanita diluaran sana.Kutenteng sepatu hitam dan menuruni kembali tangga kosan.
Terlihat gadis yang tadi membuatkan sarapan untukku sedang menunggu diteras depan.Kurubuhkan tubuh ini untuk duduk bersejajaran dengannya, dan memakai sepatu.
"Udah lama ya nunggu nya?".Tanyaku mengawali pembicaraan.Nampak dia sedang asyik membaca sebuah novel yang terlihat begitu tebal, samapai-sampai aku ingin sekali muntah melihatnya.Belum juga membacanya, melihatnya saja sudah tak suka, apalagi membaca.Itu adalah hal yang tak sanggup untuk kulakukan.
Dari sejak kecil aku tak terlalu suka dengan novel apalagi yang tebalnya mengalahkan KKBI.Pasti aku sudah malas untuk membacanya.Tapi, tidak bagi Meliana, menurutnya 'hidup itu bagaikan novel yang tebal'.Entah apa maksudnya aku masih belum mengetahui itu.Mungkin, banyak cobaan?.Mungkin."Eh, enggak kok.Gue baru aja duduk, terus gak lama loe dateng".Jelasnya.
"Yuk".Ajakkaanku hanya diikuti dengan anggukkan kepalanya.Rambut yang dibiarkan terurai menghiasi kepalanya.Tas berwarna pink yang selalu dikenakan seperti warna yang sangat kontras dengan prilakunya yang feminin.Pink, itulah warna kesukaannya.Dia sih bilangnya seperti itu.'Gue suka banget pink.Karena warna pink itu selalu membuat kelembutan dimana-mana'.Kata yang masih terngiang ditelingaku.Sudah lumayan banyak kami bercerita tentang berbagai hal.Mulai dari curhatan hati, perasaan untuk seseorang, kegalakkan guru disekolah, sampai masalah keluarga.Oiya, tadi aku bilang apa? Keluarga?.Bagaimana keadaan keluargaku sekarang?.Mungkin, kalian bertanya kondisi Ayah dan Darni sekarang.
Mereka baik-baik saja, mereka berdua memutuskan untuk memindahkan aku tinggal dikos-kosan dekat dengan sekolah.Untuk biaya sekolah semuanya ditanggung oleh Ayah.Dan keperluanku juga ditangani oleh Ayah.Namun, pekerjaan rumah seperti, mencuci, menyetrika pakaian, dan lain-lain itu semua aku urus sendiri.Fasilitas yang dulu aku nikmati dicabut oleh Ayah, seperti, antar jempu sekolah oleh supir, les, internetan yang serba bebas.Tapi, menurutku ini mengasyikkan dan membuat aku lebih mandiri dari biasanya.Serta, membiasakan diri untuk tidak bergantung pada orang tua.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menempuh perjalanan menuju sekolah.Hanya beberapa enit yang diperlukan.Terlihat pagar yang berwarna putih menghiasi sekolah kebanggaanku.Sekolah yang membuat kenangan tak terlupakan.Dulu disini, didepan pagar sekolah aku diantar dan dijemput oleh Bunda.Disini pula aku menerima kecupan dari Bunda sebelum aku masuk kedalam sekolah.Terlihat manja sekali aku ini, sudah SMA masih saja diantar dan dijemput oleh Orang tuanya.Tetapi, yang pasti aku merasa senang akan kenangan yang tak terlupakan itu.
Kini aku menduduki kelas XI IPS.Yang berada dipang pojok deretan kelas.Kelasku berada dilantai atas, kalau dilantai bawah khusus anak kelas X.Kalau yang dilantai atas unyuk kelas XI-XII.Menurutku, masa SMA adalah masa perubahan dalam hidupku, dimasa ini aku mendapatkan masa yang indah dan kelam.Dimana, masa yang tak bisa dilupakan.Dikelasku terdapat jumlah siswa yang bisa dikatakan sedikit yaitu, 25 siswa.Ya, ada senang dan sedih sih memiliki kawan sekelas yang sedikit.Sedihnya sedikit teman, maka sedikit pula odang yang dapat memfollow IG ku.Sedangkan yang senang yaitu, suasana kelas yang tak terlalu riuh.
"Baik anak-anak kita akan memulai pelajaran hari ini dengan membuka buku IPA halaman 67 bagian B".Perintah Bu Jasmin.Guru muda, cantik, tetapi lebaynya gak ketulungan.
"Kalo yang engga bawa bukunya gimana Bu?".Teriak siswa paling pojok sebelah kanan.Ternyata jujur itu tidak hanya dimasalahkan soal pemerintahan.Ada pula jujur jika tidak membawa buku.Untung saja yang mengajar sekarang Bu Jasmin, kalau tidak.Kami semua udah dihukum memutari lapangan sekarang.
"Ya ampyun...kamu kenapa engga bawa Dani ganteng?".Tadi sepertinya aku sudah bilang kalau guru ini lebay, bukan.Kalian dapat lihat sendiri bagaimana dia menyikapi kenakalan dan ketidakdispilnan siswanya.
"Lupa".
"Lupa? yaudah gapapa deh, kalo buat kamu.Untung ganteng".Dasar guru genit.Candaan guru ini memvuat seisi kelas dibuat tertawa terbahak-bahak.Bukan karena kelebay an guru ini, tapi kepolosannya dalam mengebut wajah Dani yang dikatakan ganteng.Memang, Dani termasuk kedalam siswa yang menjadi bahan gosipan siswi saat membicarakan cowok ganteng sekolahan.
Aku dan Meliana tidak sekelas.Meliana masuk kekelas XI IPA, yang letak kelasnya tak jauh dari kelasku, kami bersebelahan kelas.Meliana adalah siswi cantik, pintar apalagi kalu soal IPA dan yang lainnya, ketua osis, dan segudang prestasi yang masih tersimpan rapi. Kami mulai berteman sejak pertemuan dikos-kosan yang sama, dan tempat bersekolah yang sama.Dari situ lah kami semakin dekat hubungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The story about us
Novela JuvenilKisah gadis yang hidup dengan kehangatan keluarga harus hilang begitu saja karena keegoisan Ayahnya. Kehidupannya dimulai dari dia menempati sebuah kos-kosan yang sederhana. Pertemuan dua gadis yang saling bertolak belakang.Mampukah mereka be...