Kim Taehyung

3.4K 211 1
                                    

"eh kamu?!" rose dengan nada tinggi menandakan keterkejutannya.
Ya, pria yang menyapanya barusan adalah kim taehyung, pria ini pernah menjadi teman sekelas rose saat berada di tingkat 2 sma busan.

Ya, pria yang menyapanya barusan adalah kim taehyung, pria ini pernah menjadi teman sekelas rose saat berada di tingkat 2 sma busan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"ya park chaeyoung, kau berkuliah disini juga?" taehyung yang biasa dipanggil tae.

"hmm ya begitulah" jawab rose dengan mimik muka yang terkesan gugup, hal itu membuat lisa merasa heran.

"siapa gadis ini?" tanya tae yang melihat ke arah lisa.

"ah dia teman baruku disini, perkenalkan namanya lalisa" ujar rose memperkenalkan lisa pada pria itu.

"kim taehyung" ujar tae yang saat ini menjulurkan tangannya pada lisa.
Tanpa menghiraukan uluran tangan taehyung, lisa menatap pria itu dari atas sampai bawah, hingga kemudian..

"gue pulang duluan ya rose, see you" lisa. Gadis itu pun pergi menaiki kendaraannya.

"gadis sombong" ujar taehyung saat mobil lisa berlalu meninggalkan dirinya dan rose yang saat ini sedang mengambil sepedanya.

"dia gadis yang baik koq, mungkin karna kalian baru bertemu saja makanya dia seperti itu" sahut rose membela lisa.

"kau bicara seolah sudah mengenalnya lama saja, padahal kau bilang tadi dia teman barumu" tae.
Saat ini keduanya tengah berjalan bersama, rose pun menuntun sepedanya menuju rumah.

"oh iya tae, soal itu,mmm" rose bergumam sendiri.

"tenang saja, aku tidak akan memberitahukan soal identitasmu pada orang lain" tae.
Mendengar ucapan tae, rose cukup terkejut dan sedikit heran.
"eh benarkan kau akan membicarakan tentang itu?" tanya tae.

"kau pengertian sekali rupanya" ujar rose sedikit terkekeh.

"aku mengerti, salah satu alasanmu pindah kesini pasti karena kau ingin menemukan teman dan kehidupan yang baru kan?" ucap tae yang dibalas anggukan kecil oleh rose.

"ya begitulah, bagaimana denganmu?" rose.

"tidak berbeda denganmu, salah satu alasanku melanjutkan sekolah kemari, karna aku ingin terbebas dari anggapan buruk orang lain di sekitarku" tae.

"ternyata kau baik juga" rose.

"apa kau juga berfikiran bahwa aku anak pria yang bermasalah?" tanya tae penasaran.

"bukan begitu, hanya saja selama ini kau kelihatan sulit berbaur dengan kami" rose.

"aku tidak butuh teman seperti mereka semua" jawaban tae cukup membuat rose sedikit tercekat.
"hari ini mereka adalah teman-temanmu, tapi keesokan harinya mereka semua membicarakan keburukanmu" ujar tae lagi.

"pasti sulit bagimu ya tae, sebenarnya apa yang terjadi saat itu" rose bertanya pada tae, pasalnya tae dikenal sebagai bocah yang senang tawuran dan terlibat perkelahian dengan anak sekolah lain.

"malam itu, aku baru saja pulang dari rumah temanku, aku cukup terkejut karena melihat secara langsung tawuran beberapa siswa di depan mataku, aku ingin lari tapi kakiku seolah tidak bisa digerakkan, tak lama kemudian beberapa polisi datang membawa mereka semua, sialnya aku juga mengenakan seragam sekolah, tanpa mendengar penjelasanku, polisi juga membawaku" ujar tae sedikit mengulang kisah yang membuatnya dicap sebagai anak nakal itu.

"lalu apa yang terjadi setelah itu? Bukankah di setiap jalan selalu ada cctv? Kau kan bisa membuktikan kau tidak terlibat dengan rekaman cctv?" rose.

"kau tahu? Pola fikir manusia itu sangat manipulatif, sekali kau dicap buruk, sebanyak apapun kebaikan yang kau lakukan, mereka hanya akan tetap mengingat keburukanmu saja, padahal hal itu tidak benar adanya, meskipun polisi sudah meminta maaf padaku dan menyatakan bahwa aku tidak bersalah sama sekali, orang-orang tetap manganggap bahwa aku anak yang menakutkan" ujar tae.

"kau benar, hal yang sama juga terjadi padaku, mereka semua berteman denganku tanpa ketulusan, dan mereka berfikir jika aku tidak ditemani maka kakek akan melakukan hal yang tidak baik pada mereka, dulu saat abangku baru saja masuk sma, kakak kelasnya sering meminta uang dan juga menindasnya, saat itu abang tidak berani melawan karena ia tidak ingin mencari masalah di sekolah barunya, puncaknya saat salah satu dari mereka mendorongnya di tangga, tentu saja kakek yang merasa geram saat itu langsung mengadukan hal ini pada yang berwenang, jika dibiarkan bisa saja anak itu jadi seorang penindas yang lebih parah nantinya, tetapi orang-orang malah berpikiran yang tidak-tidak tentang aku dan abangku bahkan hingga sekarang" ujar rose sedih mengingat masa lalunya.

"anggapan sepihak semua orang itu memang mengerikan ya" ujar tae yang diangguki oleh rose.
Tidak terasa saat ini mereka sudah sampai di depan rumah rose.

"kau tinggal disini?" tae.

"benar, papaku membelikan rumah ini untukku, agar aku tidak perlu jauh pergi ke kampus" rose.

"papamu yang belikan atau kau yang merengek memintanya huh?" ujar tae.

"yak! Aku tidak mungkin merengek dalam meminta sesuatu aku kan sudah besar" ujar rose.
Mendengar rose marajuk taehyung pun hanya tertawa kecil dan kemudian mengelus puncak kepala rose dengan tenang, mendapat perlakuan manis dari tae, rose merasa seolah kakaknya ada disini, perlakuan manis taehyung tidak membuat rose baper sedikitpun.

"terimakasih ya kau malah jadi mengantarku kemari, kau mau mampir?" ajak rose pada tae.
Mendengar ajakan rose, tae pun melihat jam tangannya.

"umm tidak kali ini,aku ada keperluan, kalau begitu sampai jumpa chaeyoung" ujar tae yang pergi begitu saja, namun pria itu masih bisa mendengar ucapan rose yang mengatakan bahwa lebih baik pria itu memanggilnya rose saja.

"aneh dia bersikap manis, tapi aku tidak merasa tersentuh sedikitpun, padahal dia cukup tampan dan menarik" ujar rose saat ia memasuki rumahnya, saat ini ia tidak sendirian lagi dirumah karena sudah ada asisten rumah tangga yang dikirim mama dari rumah, bibi sungah, begitulah rose memanggil wanita yang sudah memasuki usia 50 tahunan tersebut.

BlackPink Girls Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang