"Naumi"

40 25 13
                                    

Dari pagi semua teman-teman Zeze tak habis-habisnya datang berkunjung dan menemani Zeze, bahkan bisa di bilang Zeze gak bisa istirahat. Mau istirahat gimana? Mulai dari teman-teman gizi, loundry, perawat, kesling, rekam medis, semua pada jengukin Zeze. Tentu saja yang dibahas topik dan pertanyaan yang sama
"Semalam yang jagain kamu Putra ya?"
"Yang bawaain makanan dan buah itu juga Putra?"
"Semalam sama Putra ngapain aja?"
"Jadi kamu sama Putra beneran udah pacaran Ze?"

Tak banyak yang bisa Zeze jawab dari semua pertanyaan mengenai Putra, dari pada berkomentar, tersenyum atau "tanya aja sama Putra" jadi lebih gampang dari pada menjelaskan satu persatu.

"Pasti besok kita bakal jadi topik lagi di rumah sakit ni" Zeze mulai cemberut dan menarik nafas panjang

"Ya Allah masih sakit sempat-sempatnya mikirin itu, gak penting Ze" Putra menjawab singkat dan biasa saja.

"Bagimu gak penting, tapi bagiku penting Putra. Liat aja tu! Perawat yang setiap cek infus dan yang papasan ketika kita ke kamar mandi aja udah pada ketawa dan ngeledek kita kan? Padahal kita gak ngapa-ngapain" Zeze makin cemberut melihat Putra yang menanggapi segampang itu dan datar saja.

"Lo mau gue ajarin cara gampangnya gak?" Putra tersenyum sombong dan menaikan kedua alisnya

"Boleh, apa? Jangan boong tapi!" Zeze mulai curiga dengan reaksi berlebihan Putra

"Ya Allah emang ya, fikiran lo gak pernah bagus kalo tentang gue. Jadi mau gak ni?" Putra mulai jual mahal, tapi tentu saja Zeze akan mengalah karena sifatnya yang mati penasaran

"Dih ngambek, jadi cowo gak boleh gampang ngambek, terutama sama cewe. Malu!" Zeze tertawa menatap Putra yang cemberut dan mencibir omongan Zeze "Apaan? Buru!" Kata Zeze

Putra tidak akan pernah menang jika berhadapan sama Zeze. Apalagi jika Zeze telah penasaran setengah mati.
"Gampang, ntar kalau ditanya lo lakuin dua hal aja. Pertama tersenyum, kedua jawab singkat 'tanya Putra aja' trus kalau gue di tanya tinggal jawab 'tanya Zeze aja' hahah gampangkan Ze?" Putra menjawab dengan wajah sombongnya

"Ya Allah bodoh bangat gue percaya kalau lo punya solusinya, jawaban macam apa itu Putra? Gue gak mau nanya lo lagi!" Zeze geleng-geleng kepala mendengar jawaban ngawur Putra terlebih dengan gaya yang super sombongnya.

Malam itu Zeze menolak mentah-mentah solusi dari Putra, namun ketika ditanya paginya sama teman-teman Zeze tidak melakukan apapun selain dua hal yang telah di ajarkan Putra malam sebelumnya. "Lo bener Put, dua jawaban ini lebih gampang, ketimbang gue jelasin satu per satu" batin Zeze

Naumi sudah datang dari pagi menemani Zeze. Naumi juga ikut ngobrol dan mendengarkan omongan Zeze dan teman-temannya, termasuk topik dan pembahasan mengenai Putra. Naumi sudah tidak kaget lagi mengenai Putra, setiap minggu Zeze libur, Zeze akan menceritakan semua yang ia alami di rumah sakit begitupun desas desus mengenai dirinya dan Putra di rumah sakit.

"Ternyata gak enak ya Ze kalau pacaran sama orang satu tempat kerjaan" Naumi tiba-tiba menceletuk ketika teman-teman Zeze sudah pergi dan kembali bekerja.

"Apaansih kak? Yang pacaran siapa coba?" Kata Zeze gak terima.

"Belum pacaran aja udah begini, apalagi kalau udah bener-bener pacaran" Naumi geleng-geleng kepala "setiap temanmu yang datang, yang dibahas selalu Putra, Putra, dan Putra lagi!" Naumi geleng-geleng kepala dan cukup prihatin sama nasib adeknya itu.
Zeze tidak menjawab apapun dan hanya tersenyum menanggapi omongan Naumi

Ditengah perbincangan mengenai Putra dengan Naumi, tiba-tiba telpon Zeze berbunyi.
"Eh nomor gak dikenal kak, siapa ya?" Zeze menanyai Naumi sebelum mengangkat telpon genggamnya, Naumi tidak menjawab dan hanya mengangkat bahunya

FootstepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang