Langit gelap yang dipenuhi hamparan bintang dan bulan setengah penuh itu menyinari kota Jakarta malam ini. Zeze duduk, tertawa dan menceritakan banyak hal bersama Putra.
Banyak hal yang sudah berubah dari Putra semenjak kenal dengan Zeze. Putra yang tidak pernah lagi ikut nongkrong sama anak motornya setiap malam minggu, dan menghabiskan malam mingguan dengan duduk dan ngibrol di kosan Zeze. Zeze bahkan tidak pernah melarang Putra untuk ikut komunitas ninjanya, namun hanya jawaban singkat dan tegas yang diberikan Putra "gue udah bukan umurnya lagi ikut nongkrong malam dan ikut komunitas ninja lagi Ze, masih banyak hal yang harus gue kejar buat karir gue, gue berubah bukan karena lo tapi gue berubah karena belajar banyak hal dari lo Ze, umur gue udah segini, mau main-main sampai kapan?" Kata-kata Putra yang membuat Zeze bungkam dan tidak bisa berbicara apalagi.
"Ze liat deh video ini lucu, gue jamin lo bakal tawa ngakak" kata Putra sambil mencari video yang dimaksud dari handphone nya.
"Awas aja kalau gue gak ketawa. Kalau gue gak ketawa mau lo kasih apa?" kata Zeze
"Bawel, liat aja udah!" Singkat Omongan Putra, video yang dimaksud sudah di putar. Putra tidak sepenuhnya melihat video yang dimaksud, namun malah teralihkan dan menatap Zeze yang ada didepannya, Zeze yang tengah bersusah payah menahan tawa, Zeze yang senyum-senyum, yang membuat Putra mulai menyentuh kepala Zeze dengan lembut.
"Kenapa? Kotor ya?" Zeze mundur dan memegangi kepalanya.
"Gak ko, gue lebih seneng liat lo senyum dari pada video ini Ze" Kata Putra
"Idih" Zeze dengan bibir miringnya.
Putra tersenyum melihat reaksi Zeze "Ini ada lagi!"
Belum sempat Putra memutar video yang dimaksud, ada panggilan video yang membuat Zeze kaget setengah mati "Papa", namun ekspresi Putra dan Zeze sangat berbeda. Wajah bahagia terpancar cerah di wajah nya, tentu saja, panggilan ini panggilan yang sudah di tunggu-tunggu Putra selama beberapa minggu ini.
Putra anak pertama daru empat bersaudara, tinggal di Jakarta dengan Mama dan Ayah serta adek-adeknya, sementara Papa Putra tinggal di Semarang yang bisa bertemu beberapa kali dalam setahun. Jika ada kerjaan ke Jakarta, Putra pasti, dan akan selalu menghabiskan waktunya bersama Papa.
"Assalamualaikum Pa" Putra tersenyum nenatap layar handphonnya. Senyuman Putra jelas-jelas sangat berbeda, sangat bahagia dan iklas sekali. Berbincang-bincang mengenai kehidupan Putra di Jakarta dan Papa di Semarang.
"Lagi dimana bang?" Papa
"Di rumah teman Pa" Putra tersenyum dan menatap Zeze santai. Nada bicara Putra tidak seperti bicara pada seorang ayah melainkan seperti seorang teman. Putra yang dengan santainya menceritakan mengenai Zeze kepada Papanya membuat Zeze bingung dan kaget, bahkan Putra juga memperlihatkan wajah Zeze pada Papanya yang hanya di balas kaku Zeze "malam om" yang membuat Putra tertawa terpingkal dan seolah berbisik pada Papanya "Anaknya pemalu Pa".Setelah telpon Papa diputus, Putra menatap Zeze dengan bahagia, senyum yang beda dan belum pernah dilihat Zeze sebelumnya "Papa gua Ze" kata-kata itu di ucapkan lembut dari mulutnya "gue kangen sama bokap gue Ze. Enak ya kalau punya keluarga yang utuh Ze" Zeze tidak bisa menjawab omongan Putra tapi hanya balas tersenyum dan menggenggam tangan Putra.
"Apaan ini?" Putra menatap tangan Zeze yang tengah menggenggam tangannya. Belum sempat Zeze menarik tangannya, tangan itu telah di genggam Putra lebih erat.
"Gue baik-baik aja ko Ze, gue juga sering telponan begini sama bokap, tapi karena bokap gue sibuk jadi lebih sering gue yang telpon duluan" Putra mulai bercerita mengenai Papanya, keluarganya, juga kehidupan masa kecilnya dengan keluarga yang utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Footstep
Teen FictionHubungan Zeze dan Wahid yang sudah berjalan empat tahun, benar-benar hancur setelah Putra muncul dikehidupan Zeze. Putra yang tiba-tiba datang dalam kehidupan Zeze, memberikan perhatian tanpa minta sebuah balasan perasaan, menjaga dan selalu melind...